Bagi gamers teriakan dari orang sekitar tidak akan pernah menganggu, sekali pun teriakan menggelegar dari seorang perempuan berumur empat puluhan, sebut saja para ibu-ibu. Fokus anak mereka terlalu kuat pada satu titik.
"Miky! Sampai kapan kamu begitu terus? Mama lihat kamu gak pernah keluar kamar, kamu harusnya lihat dunia di luar sana, segerin mata, Miky!" Rinda terus mengomeli anaknya meski tak ada respons sama sekali.
Jengkel, lelah, kecewa, marah bercampur aduk. Berbagai cara telah dilakukan, mulai menyita ponsel, tidak memberi uang jajan, dan masih banyak lagi, tetapi tak satu pun dapat mencegah anaknya berhenti bermain, selalu ada jalan untuk terus bersua di dunia virtual
Rinda memukul meja belajar Miky. "Mau HP kamu Mama jual kayal dulu?!"
Miky mengangkat tangan, mata masih fokus ke layar ponsel. "Sabar, Ma. Dikit lagi, ini menyangkut harga diri."
"Harga diri, harga diri apa! Lepasin HP kamu sekarang atau Mama sita!" Kali ini suara Rinda jauh lebih keras dibanding tadi. Tangannya sudah siap merampas ponsel.
Tidak peduli, jempol cowok itu tetap saja lancar menari-nari menyentuh layar. "Miky harus dapat gelar gemers sejati, Ma. Miky gak mau kalah dari Mahen."
"Mik--"
"Iya, Ma. Ini udah kelar. Miky udah selesai mainnya," ucap cowok bermata sipit itu dengan tenang, "Kalau gitu Miky pamit dulu, ada kegiatan di kampus, dah Mama sayang."
Secepat kilat dia menyalim tangan Rinda, meraih tas di atas kasur, lantas melesat keluar dari rumah hingga Rinda dibuat melongo. Setelah berhasil menapaki jalan menuju luar gang perumahan, Miky mulai sibuk menyumbat telinga dengan headset putih, lalu kembali membalik ponsel menjadi horizontal, gim yang di-pause dimulai.
"Sial, ngapain lo balik!" geram seseorang di seberang sana ketika Miky kembali melakukan aksi.
"Ya buat ngalahin lo, lah." Miky tersenyum remeh, "Diamond lo gue curi, gue yakin bakalan ngalahin lo."
"Bakal gue ambil balik. Gue calon Gamer Sejati, bukan lo."
Suara tembakan saling bersahutan sangat keras, membuat telinga Miky sedikit berdengung. "Jangan mimpi, Hen. Gue, Harmiky gak bakalan biarin itu, rasain."
Sementara di lain tempat, di aula festival musik, di atas panggung dan tepat di bawah lampu sorot, Mahen duduk santai sambil sibuk bermain gim, melawan Miky di seberang sana. Teman-temannya sudah gagal, begitu pun tim Miky dan kini hanya menyisakan mereka berdua, berduel hanya untuk gelar GS.
"Hen, jangan di situ. Cari tempat lain, kek, kalau gak mau bantu dekor."
Salah satu teman meneriakinya, tetapi tak peduli. Gim jauh lebih penting daripada berpindah tempat yang pada akhirnya merusak fokus.
"Gini, nih, kalau neriakin makhluk gameholic, berasa neriakin batu," omel cowok tadi sambil berlalu dari sana, kesal karena tidak digubris.
Tak berselang lama setelah teriakan tadi, lampu sorot di atas sana bergoyang sebab belum dipasang dengan baik, sementara Mahen di bawah sana tidak menyadari hal itu. Tak ada yang sadar hingga benda berukuran cukup besar dan berat tersebut jatuh dan menimpa Mahen tanpa ada yang bisa mencegah.
"Mahen!"
Di tempat lain, Miky tertawa-tawa karena karakter Mahen tidak melakukan perlawanan sama sekali.
"Nyerah lo lawan gue? Ya iyalah, gamer handal kayak gue dilawan," ujar Miky jemawa.
Dia berhenti di pinggir jalan, melihat ke seberang dan sudah menemukan teman seruangannya di sana. Tangannya melambai dan menyuruh untuk menunggu, setelah di rasa tak ada kendaraan yang melintas, Miky menyeberang dengan mata masih fokus bermain gim.
![](https://img.wattpad.com/cover/262180551-288-k86277.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Game (L)over✓
FantasyMiky dan Mahen adalah sepasang sahabat yang rela bermusuhan untuk mendapatkan gelar Gamers Sejati di angkatan prodi mereka, Game Application and Technology. Nasib baik maupun nahas selalu membersamai, termasuk terjebak ke dalam dunia gim, bertemu se...