August melihat sekelilingnya dengan canggung. Mereka tengah duduk dengan posisi melingkar—meja yang awalnya berderet-deret dengan mudahnya berganti bentuk menjadi lingkaran sempurna berkat sihir Forma yang diucapkan Sir Soren.
Pangeran Vivaldi memangku mukanya di tangan, terlihat bosan, sedangkan Catrain sedang tersenyum sopan, jelas terlihat tak nyaman. Sebagai yang paling tua—iya, paling tua, ia tidak lupa ini merupakan kehidupan keduanya—August memutuskan untuk angkat bicara.
"Saya paling malas bila harus canggung saat bekerja sama, maka mari kita semua berkenalan terlebih dahulu," katanya, menepuk kedua tangannya. "Nama saya August, senang bertemu kalian."
"Catrain Alwyss," ucap perempuan bangsawan bersuara manis itu. "Senang bertemu dengan kalian."
"Prince Vivaldi of Hesperus," sang pangeran hanya mengangguk simpul, beribawa. "Saya harap kita bisa bekerja sama dengan baik."
Cih, sok cool sekali, batin August dalam hati. "Benar, kita memang harus bekerja sama dengan baik," kata August riang. "Jadi saya tidak akan segan-segan mencoret nama siapapun yang tidak bekerja dari daftar anggota kelompok. Begitu tidak apa-apa, kan?"
Pangeran berambut pirang itu terlihat kaget, sedangkan Catrain tengah berkedip-kedip seakan kelilipan. Mungkin mereka terkejut melihat August yang amat terus terang, berbeda dengan bangsawan lain yang biasa hanya memilih untuk menyindir secara tidak langsung. Menurutnya, hal tersebut terlalu kompleks. Lebih baik to the point saja, kan?
"Ya, tentu saja," Catrain mengangguk cepat. "Memang sepantasnya begitu."
"Benar. Maka karena itu, mari kita lanjutkan dengan pembagian tugas," sahut August. Mulutnya dengan cepat komat-kamit mengucapkan mantra pembuka pocket dimension-nya, lalu ia dengan gesit mengambil pena bulu, tinta, dan secarik kertas. "Ah, ya. Vivaldi, bukan? Apa Anda membutuhkan pensil bulu hari ini?"
Wajah sang pangeran bersemu merah. "Tidak, terima kasih."
August mengangguk, langsung fokus menulis di atas kertas. "Oke, baik. Satu pertanyaan sebelum kita mulai, apa ada di antara kalian yang lihai dalam aspek kesenian?"
Vivaldi dan Catrain dua-duanya menggeleng. Dalam hati, August mendecih. Mereka berdua protagonis, pasti jago melakukan apa saja. Benar-benar... batinnya dalam hati. Lihat saja. Hari ini mereka mengaku tak pandai dalam hal seni, besoknya membuat seni yang mengharuskan Michaelangelo pensiun.
"Apakah August-ssi lihai dalam mengerjakan aspek seni?" Tanya Catrain.
Lihai. Tapi hanya kalau disuruh menggambar dua gunung dengan sawah dan matahari.
"Sayangnya, tidak."
Catrain mengangguk simpatis. "Kalau begitu, jika saya boleh memberi usul, lebih baik kita mendesain prototip kerajaan bersama. Bila begitu, kita bisa saling membantu," ujar Catrain, dengan sebuah senyuman manis.
Entah August yang salah lihat, atau benar ada spotlight yang menyinari Catrain, atau mungkin lighting di kelas Kingdom Management saja memang bagus. Tata bicaranya juga sopan sekali, berbeda dengan Yoonji.
Ah. Yoonji.
Mengingat Yoonji membuat mood August menjadi lebih sendu, sehingga ia dengan cepat mencubit pahanya agar pikirannya tak kemana-mana.
"Itu ide yang bagus," jawabnya, memberikan Catrain sebuah senyuman lembut. "Terima kasih atas opinimu, Nona Catrain."
Andai saja Yoonji ikut bersamanya di dunia game ini, akankah dia berteman dengan Catrain? August begitu tenggelam memikirkan adik perempuan semata wayangnya itu untuk menyadari bahwa dua pasang mata tengah menatapnya, terpesona.
KAMU SEDANG MEMBACA
PLOT TWIST 、taegi
RandomSetelah terlibat sebuah kecelakaan, Yoongi terbangun sebagai August, tokoh antagonis game otome "Amoreux" yang, menurut alur cerita, akan mati di tangan sang protagonis, Vivaldi. Ia hanya ingin bertahan hidup, namun apa jadinya bila Vivaldi justru j...