LVL ✧ 13

650 129 56
                                    

"Cade?"

Cade tidak membalas sapaan Helio. Matanya memicing. Tanpa basa-basi, ia langsung bertanya. "Apa yang sedang kalian lakukan disini? Bukankah itu-"

"Cade!" Sebuah suara baru memotong ucapan Cade. "Disini kau rupanya. Sedang apa kau?"

August mengenal suara ini—tidak mungkin tidak, mereka sudah terlalu sering berbicara.

Vivaldi.

Tentu saja, mereka bersahabat sejak kecil, dimana ada Cade, pasti tidak jauh dari situ ada Vivaldi. Kedua pangeran itu tidak terpisahkan.

"Hal itu yang ingin kutanyakan pada ketiga siswa disini," ucap Cade, menunjuk ke arah August, Jules, dan Helio yang tengah bersiap merangkak melalui lubang.

Deus. Ingin rasanya August memantrai mukanya agar pindah ke lutut saja. Ia sungguh-sungguh malu. Namun ia sadar bahwa ia tidak punya waktu untuk malu. Dengan cepat ia membisikan mantra invisibilia clypeus agar ruang yang mencakup kehadiran mereka kasat mata.

August angkat suara. "Kita bicara seperti ini saja. Anda sudah memergoki kita, dan saya tidak ingin hal yang sama terulang, namun dengan kepala asrama," jelasnya. "Saya minta tolong kepada kalian, tolong rahasiakan apa yang kalian lihat saat ini."

Cade menaikan sebelah alisnya, curiga. "Merahasiakan apa? Bahwa kalian sedang mencoba untuk kabur?"

Ah, orang yang sulit, rupanya, batin August. "Tidak bisa dibilang begitu juga, tapi..."

"Kami berencana pergi festival di seberang kota." Jules, yang sedari tadi diam, akhirnya angkat bicara. "Cade-hyung, awas kalau kau melapor ke kepala asrama."

August dengan cepat menoleh ke arah Jules. Bahasa informal, jadi Jules dan Cade juga saling mengenal? Apa hanya aku yang tidak mengenal Cade disini?

Mendengar Jules, Cade menyengir. "Jika aku diam, apa untungnya bagiku?"

Dari belakangnya, Helio dan Jules menghela nafas, seakan-akan sudah tahu benar tentang sifat Cade yang seperti ini. August sendiri tak mengenal Cade, tapi ia ingat deskripsi sifatnya yang tertulis di game Amoreux—"pangeran yang amat baik hati bagaikan malaikat, namun bukan berarti ia tak bisa main licik bila suatu keadaan harus menguntungkannya."

"Tidak bisakah kau membiarkan kami pergi? Kereta akan segera sampai," pinta Jules.

"Bagaimana, ya... Tidak semudah itu, Jules-ah. Mari kita buat sebuah kesepakatan."

"Apa yang kau inginkan, Cade?" tanya Helio, dengan nada lelah.

Cade tersenyum. "Oh, mudah saja. Kalian membicarakan festival di luar kota, bukan? Ijinkan aku dan Vivaldi ikut!" Saat melihat Helio dan Jules yang meringis, senyumannya makin manis. "Ayolah, the more the merrier—makin ramai, makin menyenangkan!"

Vivaldi yang sedari tadi diam saja akhirnya berbicara, jelas terlihat sungkan. "Cade, aku rasa ini bukan ide yang tepat. Helio-hyung, Jules, August-hyung, kalian boleh tenang. Kami akan—"

"Deus, Vivaldi. Kau membosankan sekali," potong Cade, melambaikan tangan ke arah Vivaldi. "Aku dengar festival ini akan seru, tapi kukira tidak akan ada yang cukup berani untuk pergi. Tapi lihatlah, ternyata aku salah. Ini kesempatan yang baik untuk menghabiskan masa muda kita." Sang pangeran tersenyum ramah saat matanya bertaut dengan August. "August-ssi, bukan? Tak bisakah Anda membiarkan saya dan Vivaldi ikut bersama kalian?"

Ah, memang cerdas, batinnya. Cade tahu bahwa Helio dan Jules pasti akan mengalah pada keinginanku, dan ia tahu aku pasti tak enak bila menolaknya.

PLOT TWIST 、taegiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang