"Yoonji, kamu ini gimana, sih?" Yoongi menghela nafas kasar, menggunakan satu tangannya untuk menyisir rambutnya ke belakang. "Masa PR kamu, malah kakakmu yang mengerjakan?"
Yoonji hanya tersenyum usil. "Kita berdua sudah tahu bahwa diantara semua anggota keluarga Min, tanganmu-lah yang paling terberkati, oppa," ucapnya. "Mau itu bermain instrumen, memasak, bahkan sampai membuat prakarya. Kaulah yang paling berbakat."
"Flattery gets you to nowhere, Min Yoonji. Memujiku saja tidak cukup, ya," kata Yoongi, meski tangannya tengah dengan lihai melipat kertas menjadi bentuk bunga-bunga yang cantik.
Sumpah, sepertinya hanya ia kakak laki-laki yang rela membantu mengerjakan (baca: mengerjakan sebagian besar) tugas akhir prakarya adik perempuannya.
Yoonji tertawa. "Iya, iya... Nanti kubelikan ayam goreng."
"Jika kau lupa, aku juga yang memberikanmu uang jajanmu."
"Yah, terus maunya apa, dong?"
࿐
Kesepuluh jarinya melingkar memeluk sebuah cangkir berisi kopi hitam hangat. Di sampingnya, Vivaldi tengah mengunyah blueberry muffin-nya, sedangkan Catrain sibuk memilah-milah kertas tesis alumni.
"Kemarin saya sudah membaca secara garis besar buku 'The People's Laments' dan 'The Bones of a Good Kingdom" yang Anda berikan, August-ssi." August hanya mengangguk, tidak kaget melihat bagaimana pemeran utama dengan mudahnya menyelesaikan dua buku dalam jangka waktu hanya satu sore. Ia harap senyumnya tak menunjukan mirisnya perasaannya. "Saya rasa saya siap bila disuruh membahas bab pertama dari laporan, tentang visi dan misi kerajaan."
"Kalau begitu saya bisa membahas bab kedua," jawab August. "Ah, tentunya bila Vivaldi-ssi tidak keberatan mengerjakan bab ketiga?"
Vivaldi menggeleng, sebelum tersenyum. Selama beberapa kali August melihat Vivaldi, ia dapat menilai bahwa pangeran ini cukup murah senyum, alias, jarang sekali ia melihat sang pangeran Hesperus tanpa senyum khasnya terpatri pada wajahnya.
"Tidak sama sekali," ucapnya. "Saya juga sudah membaca kelima buku yang August-ssi rekomendasikan, jadi tenang saja, saya dapat menangganinya." August kembali tersenyum, berharap senyum kali ini tidak menunjukan rasa bersalah dirinya yang, sejujurnya, belum membaca satu pun dari kelima buku yang ia rekomendasikan. Dua kata yang ingin ia ucapkan bagi dua orang yang duduk bersamanya: edan tenan. "Dan saya perlu berkata, isi buku tersebut amat menarik. Insightful. Terima kasih banyak, August-ssi."
"Ya, sama-sama."
Sebenarnya, ia merekomendasi karena buku-buku tersebut direkomendasikan Sir Kerner, dan lagi sinopsis buku-buku tersebut terkesan penting untuk laporan mereka. Bukan sama sekali karena ia pernah membacanya.
Vivaldi kembali melanjutkan. "Moving on. Seingat saya, untuk pertemuan kita hari ini, agenda kita adalah untuk membahas garis besar dari konten laporan yang akan kita tulis. Mungkin ada baiknya kita berbagi pendapat mengenai bab pertama terlebih dahulu?"
Ia menjentikan jarinya, dan sebuah pena bulu dan pensil terangkat ke udara. Vivaldi membisikan mantera Dictatum, dan pena bulu itu seketika berdiri lebih tegak, siap mencatat.
"Pena ini akan mencatat poin-poin penting dari pembicaraan kita," jelas Vivaldi. "Mari kita mulai dari August-ssi. Menurutmu, apa visi dan misi yang harus dimiliki sebuah kerajaan ideal?"
KAMU SEDANG MEMBACA
PLOT TWIST 、taegi
RandomSetelah terlibat sebuah kecelakaan, Yoongi terbangun sebagai August, tokoh antagonis game otome "Amoreux" yang, menurut alur cerita, akan mati di tangan sang protagonis, Vivaldi. Ia hanya ingin bertahan hidup, namun apa jadinya bila Vivaldi justru j...