LVL ✧ 05

791 146 51
                                    

"Um, apakah Anda tidak apa-apa?" Suara Jules memecahkan lamunannya, dan sang pangeran bersurai hitam berkedip, terkejut, sebelum mengangguk.

"Ya-um. Terima kasih atas bantuan Anda, Tuan Kemp." Ia memberikan sebuah anggukan. Hampir seketika, bibirnya merapalkan mantra Levitate, dan buku-buku yang tadinya dikontrol sang mantan bangsawan kembali dalam kontrolnya. "Ijinkan saya mengambil alih. Buku saya, tanggung jawab saya."

August dapat melihat kekaguman dalam mata Jules yang melihat kelihaiannya dalam menggunakan sihir. Memang, mengambil alih sihir orang lain bukanlah hal yang mudah, tapi August dapat melakukannya seakan-akan hal tersebut semudah menarik nafas.

"Anda pandai sekali melakukan sihir," puji Jules. "Kenapa sedari tadi Anda tidak menggunakannya?"

Ah, benar juga. Di dunia fantasi game Amoreux, sihir adalah sesuatu yang biasa. Bahkan tujuan terkecil—seperti mematikan lilin atau membuka pintu—biasanya dicapai melalui penggunaan sihir. Sihir sendiri hanya dimiliki oleh dan diajarkan kepada kaum bangsawan. Dalam sepersekian detik, buku yang tadinya melayang langsung jatuh dalam tangkapan tangan August.

"Kemandirian," jawabnya singkat—suatu alasan, kebohongan, sebenarnya. "Saya tidak biasa menggunakan sihir untuk hal sepele." Kalau yang ini, tidak bohong. Memang di dunianya, ia melakukan segalanya sendiri. Tanpa sihir, hanya jerih payah. "Saya dikaruniai sepasang tangan dan kaki. Bila saya dapat melakukannya tanpa sihir, maka saya tidak akan menggambil cara mudah." 

Setelah kata-kata tersebut keluar dari mulutnya, ia langsung menggigit bibirnya. Sepertinya ia terlalu banyak berbicara. Jika ada satu hal yang ia ketahui dari sosialisasi bangsawan menurut game Amoreux, akan lebih baik bila ia irit bicara. Semakin irit bicara, semakin sedikit drama.

Lagipula, buat apa ia terlalu banyak bicara kepada sahabat orang yang akan membunuhnya? Gila, gila, gila.

"Yaampun, Anda—"

Mampus. Tentu saja orang sepintar Jules tidak akan begitu saja termakan kebohongan dan alasannya. Sihir tidak seharusnya digunakan untuk hal sepele—tak ada seorang pun di Amoreux yang memiliki pendirian seperti itu! Orang yang berpikir sebaliknya mungkin akan dicap aneh. August bersiap mendengar tawa tak percaya atau ejekan, tapi yang ia lihat justru mata Jules yang makin berbinar-binar.

"Benar-benar keren sekali! Saya baru pertama kali mendengar seseorang dengan pemikiran seperti itu!"

August tersenyum paksa. Ya, tentu saja. Aku 'kan bukan berasal dari dunia ini, pikirnya. Tapi baguslah, paling tidak anak ini termakan kebohonganku.

"Anda menarik sekali, Tuan."

Untuk beberapa saat, mereka berdua hanya terdiam, berjalan menyusuri koridor sekolah sebelum naik tangga menuju menara asrama siswa. Jules tanpa sadar mengikuti August, yang kukuh tergopoh-gopoh memegang bukunya sambil mencari kamar asramanya. Seharusnya ia tak mengucapkan kata-kata tersebut. Bodo amat dengan idealisme. Ia masih harus ke lantai tujuh, dan dua belas buku yang tertumpuk satu sama lain itu berat! Ia ingin mematahkan prinsipnya dan menggunakan sihir, meski terlihat munafik. Untungnya, melihat August yang keras kepala namun jelas kesusahan, Jules yang baik hati tanpa berkata apapun menggambil sebagian dari buku-buku berat tersebut.

"Biar saya bantu. Tanpa sihir." Sang pangeran bersurai merah tersenyum, berterima kasih, namun dalam hati ia mengernyit mendengar kata-kata tersebut. "Tuan di kamar berapa?"

"Lantai tujuh, kamar satu-tiga-enam," jawab August. "Terima kasih lagi atas bantuan Anda, Tuan Kemp." Ia berpikir sejenak, sebelum menambahkan. "Saya merasa sungkan. Hari ini sudah begitu banyak saya menerima bantuan Anda. Tolong beri tahu saya bagaimana dapat membalas kebaikan Anda."

PLOT TWIST 、taegiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang