"Yoongi" berumur delapan tahun saat itu.
Pecahan dari vas baru ibunya terkapar di lantai, bersama dengan genangan air dan beberapa tangkai bunga yang kehilangan kelopaknya. Tangannya memainkan ujung bajunya cemas, sedangkan kepala mungilnya tertunduk ke bawah, tak berani kembali menatap sepasang mata yang menatapnya tajam.
Ia bersalah. Beberapa hari yang lalu, tepat setelah membelinya, ibunya telah dengan lembut memberi tahu Yoongi agar hati-hati bila bermain di sekitar vas tersebut. Hanya ada dua hal yang Yoongi ketahui tentang vas tersebut: pertama, harganya mahal; kedua, vas tersebut cantik dan cukup langka. Dua hak tersebut nampaknya tidak cukup bagi Yoongi untuk mematuhi ucapan ibunya. Ia terlalu antusias saat bermain dan menyenggol vas tersebut hingga pecah.
Tentunya, sang ibunda sontak memarahinya saat melihat vas yang kini dalam keadaan rusak. Sebenarnya, Eomma Min tidak marah karena vasnya pecah. Ia lebih marah karena putranya tak mematuhi ucapannya. Namun, mengingat bahwa ia masih mencicil vas tersebut, dan fakta bahwa vas tersebut tidak mudah ia temukan membuat amarah yang ia lontarkan pada Yoongi kecil bertubi-tubi.
Sedangkan Yoongi sendiri melihat kesalahannya sebagai sebuah "kecelakaan kecil". Di perspektifnya, sang ibu berlebihan memarahinya. Ia tidak pantas dibentak seperti ini! Karena kesal, ia pun kembali membentak ibunya. Namun, argumen di antara keduanya memuncak ketika Yoongi memanggil ibunya seorang "monster jahat" sebelum, beberapa saat kemudian, sebuah tangan telah melayang dan mendarat di pipinya.
Yoongi menangis tersedu-sedan, namun sang ibu tak menggubrisnya sama sekali dan pergi ke kamarnya, membuat Appa Min yang saat itu baru pulang kerja terheran-heran melihat anaknya yang menangis tanpa sebab yang ia ketahui, sedangkan, di sisi lain, istrinya tak dapat ia temukan dimana-mana.
Langkah pertama yang ia lakukan adalah menanyakan alasan mengapa putranya menangis. Di tengah tangisnya, Yoongi menjelaskan kepada ayahnya kekesalannya pada ibunya, betapa kejamnya ibunya yang telah memarahinya, lalu menamparnya.
Setelahnya, sang ayah menggumam kecil, berpikir sejenak, sebelum berkata, "Ibumu adalah wanita yang cerdas, Yoongi. Ia tidak mungkin marah atau menamparmu tanpa alasan." Ia menatap Yoongi lembut. "Apakah ada sesuatu yang telah kau lakukan, yang membuat Ibumu berlaku seperti itu?"
Yoongi menggantung kepalanya malu. "Aku... Memecahkan vas Eomma," akunya. "Lalu saat ia memarahiku, aku memanggilnya seorang monster." Ia hening sejenak, merasa hatinya makin berat oleh rasa bersalah, terisak, sebelum berkata, "Aku telah bersalah... Kepada Eomma."
Ayahnya mengangguk. "Dan apa yang harus kau lakukan bila kau bersalah, Yoongi?"
Sampai saat ini pun, Yoongi masih mengingat rasa berat yang ada di dadanya saat itu, rasa berat yang terjadi karena adanya benturan di antara rasa bersalahnya dan egonya untuk mengucapkan tiga patah kata: "Aku minta maaf." Namun, Yoongi kecil berhasil menelan ketakutan tersebut, mengetuk pintu kamar sang ibu, dan meminta maaf.
Ia ingat bagaimana hal pertama yang ia lihat setelah membuka pintu adalah mata merah sang Ibu, bagaimana terlihat jelas bahwa perempuan yang biasanya berwibawa itu usai menangis. Ia ingat bagaimana sang ibu berlutut, menatapnya di matanya, sebelum merengkuh dan meminta maaf karena telah menamparnya.
Dari kejadian itu, dan banyak kejadian dimana ia berlaku salah dan harus meminta maaf, Yoongi menyadari bahwa mengucapkan kata 'maaf' yang tulus adalah suatu hal yang sulit, bahwa penyangkalan bahwa kita bersalah adalah hal yang sulit—bahkan sering kali menyesakkan. Menyadari mengapa Appa-nya selalu berkata bahwa mereka yang berani meminta maaf adalah orang-orang yang hebat.
Ia harus menjadi orang yang hebat sekarang.
"August" mengambil langkah pelan, dan sedikit takut, ke arah Cade, yang hanya mendelik tajam ke arahnya. Tidak lama sebelum ini, ia baru saja mengirimi pangeran Sidereus sebuah pesan untuk menemuinya di kebun air mancur sekolah. Tidak ia sangka Cade sungguh-sungguh akan datang.
KAMU SEDANG MEMBACA
PLOT TWIST 、taegi
OverigSetelah terlibat sebuah kecelakaan, Yoongi terbangun sebagai August, tokoh antagonis game otome "Amoreux" yang, menurut alur cerita, akan mati di tangan sang protagonis, Vivaldi. Ia hanya ingin bertahan hidup, namun apa jadinya bila Vivaldi justru j...