LVL ✧ 16

579 106 84
                                    

Dentingan dari not terakhir yang ia mainkan di piano menggantung di udara. August menghela nafas panjang, meremas jari-jari tangan kanannya dengan tangan kirinya. Kedua tangannya terasa kelu—ini sudah ketujuh kalinya ia memainkan lagu yang sama, Prelude in C Sharp Minor Opus 3 No. 2 karya Rachmaninoff.

Minggu ujian akhir semester selesai juga. Satu-satunya hal yang dapat ia lakukan hanya menunggu nilainya dan berdoa untuk yang terbaik. Ah, dan juga menunggu datangnya libur musim dingin. Kurang lebih dua minggu lagi, semester pertamanya sebagai murid tahun pertama akan berakhir. Ia tidak menyangka, memang waktu bergulir begitu cepat.

Jam dinding tua di seberangnya menunjukan jam setengah enam sore. August bergegas membereskan dan menutup piano, bersiap kembali ke asrama sebelum jam makan malam tiba.

Ia berusaha tidak merindukan seuntai bunga gardenia dan tiga buah permen cokelat yang biasanya menunggunya tiap selesai latihan.

Acara penutup semester ganjil tahun ini terdiri dari dua bagian—turnamen musim dingin yang akan berlangsung selama seminggu penuh yang akan diikuti acara kemping satu sekolah selama dua malam.

Mendengar kata "turnamen" sudah cukup untuk membuat Jules memeluknya lebih erat malam itu. Seperti biasa, sang mantan bangsawan menyelinap ke kamar August dan minta ditemani tidur, Helio tak terlalu jauh di belakangnya. Satu tatapan dari August kepada sang pangeran Lūx merupakan isyarat yang cukup bagi kedua pihak untuk sama-sama setuju bahwa insiden konfrontasi di perpustakaan yang terjadi waktu itu tidak akan mereka bahas lagi.

"Aku benar-benar benci pemilihan tim turnamen. Ini tidak adil," rengek Jules. "Kenapa aku harus terpisah dari Gi-hyung?"

Helio mencubit pelan pipi Jules. "Gi-hyung saja yang dipikirkan. Kau dan aku juga terpisah, bila kau ingat," ujar Helio dengan nada menggoda. "Justru kaulah yang paling beruntung diantara aku dan Auggie."

"Beruntung bagaimana? Kita bertiga terpisah—aku di tim pathos, Gi-hyung di tim ethos, dan kau, Io-hyung, di tim logos."

"Tapi masih ada Cade dan Vivaldi yang menemanimu di tim pathos," jawab Helio mengingatkan. August menegang di tempat saat mendengar nama Vivaldi, namun ia berusaha mengacuhkan apapun yang ia rasakan. Tampaknya, kedua temannya tak sadar dan berlanjut berbincang. "Sedangkan aku dan Auggie? Kita tidak dekat dengan siapa-siapa di tim kita."

Upaya Helio untuk membuat Jules merasa lebih baik tampaknya gagal, maka August yang sedari tadi diam menghela nafas sebelum berkata, "Seingatku Sir Kerner akan menjadi guru supervisor di tim pathos."

Mendengar nama guru sastra mereka membuat Jules berhenti merengek seketika, pelukannya pada August melonggar.

"Benarkah? Sir Kerner—yang memakai kacamata hitam lucu, terkenal pintar, tampan dan tinggi, dengan lesung pipit dan senyuman yang manis... Sir Juno Kerner yang itu?"

Bucin, batin August. Ia tertawa kecil, sementara Helio menghela nafas panjang. "Menurutmu siapa lagi yang memiliki nama belakang Kerner di sekolah kita, Jules-ah?" tanya August menggoda.

"Aku tahu, aku hanya ingin memastikan!" gumam Jules malu-malu. Sisi Jules yang seperti ini jarang August dan Helio lihat, kecuali bila mereka menyangkut nama Sir Kerner.

"Kau masih saja suka padanya?" tanya Helio.

"Tentu saja aku masih suka padanya! Sampai matahari terbit dari barat dan bukan timur pun, aku akan terus menyukainya."

PLOT TWIST 、taegiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang