LDE || Lembar 25

7.1K 477 6
                                    

Meremat ujung bajunya sendiri, Nafa mencoba untuk memberanikan diri. Dia bersalah dalam semua ini, maka dia juga yang harus menyelesaikannya. Menurunkan sedikit egonya tentang prinsip wanita tak pernah salah, Nafa sudah memutuskan hari ini untuk meminta maaf pada Arga. Semuanya harus selesai hari  ini.

Sudah cukup satu minggu ini Nafa tidak bertemu dengan Arga, jangankan bertemu berkomunikasi saja tidak. Pesan-pesan yang Nafa kirimkan tidak pernah pria itu baca, Nafa paham Arga melakukan itu karena pria itu ingin menenangkan dirinya. Namun, Nafa juga tidak bisa terus-terusan menunggu.

"Arga kemana Sel?" tanya Nafa pada karyawan cafe Arga.

"Pak Arga belum kesini Mbak dari pagi," jawab Seli.

Nafa mengerutkan dahinya, kemana perginya laki-laki itu. Nafa sudah ke rumahnya dan pembantunya mengatakan jika Arga tidak ada di rumah. Dan sekarang Arga juga tidak ada di cafe, kemana perginya pria itu.

"Ya udah kalau gitu aku jemput Ivy di sekolah dulu, nanti kalau Arga kesini bilangin aku nyariin." ucap Nafa.

"Siap Mbak,"

Nafa menggiring langkahnya keluar cafe, memasuki fortune putih miliknya. Nafa sebenarnya ingin menunggu Arga, tapi Nafa juga harus menjemput putri kecilnya. Ada rasa khawatir di dalam hati Nafa, Arga biasanya selalu ada di cafe namun kali ini pria itu tidak ada disana. Apa Arga masih menghindari Nafa.

Nafa kembali merogoh ponselnya di dalam tas, mencari kontak yang di beri nama Bee dengan tambahan emoji love warna pink menekan tombol panggil di sana. Namun masih sama seperti hari-hari sebelumnya hanya terdengar nada sambung sampai suara operator wanita yang mengatakan jika yang di telvon Nafa tidak bisa mengangkat panggilan.

Mobil Nafa berhenti tepat di depan sekolah Ivy, sebelum keluar Nafa memperbaiki raut wajahnya terlebih dahulu. Nafa tidak ingin Ivy melihat kesedihannya, putri kecilnya itu sangat peka.

"Hallo Sayang, gimana belajarnya hari ini?" ucap Nafa saat putri kecilnya sudah berdiri di depannya.

"Gak acik," jawab Ivy sambil menunjukan raut wajah masam.

"Loh kenapa kok gak asik?" tanya Nafa.

"Pokonya gak acik Bunda," ucap Ivy sambil berlalu masuk ke dalam mobil.

Nafa dibuat terheran-heran dengan tingkah putrinya ini, tidak biasanya Ivy semarah ini. Bahkan Ivy sampai tidak mau bercerita pada Nafa. Padahal Nafa tahu, putrinya itu adalah orang yang tidak bisa menyembunyikan perasaannya.

Sebelum masuk ke dalam mobil Nafa memilih bertanya pada guru Ivy, dia harus memastikan apa yang terjadi pada putrinya.

"Permisi Bu Selin," sapa Nafa.

"Loh Bu Nafa, ada Bu?" balas Selin ramah.

"Itu Bu, saya mau bertanya. Apa ada yang terjadi sama Ivy tadi pas sekolah?" tanya Nafa hati-hati.

"Oh Ivy, tadi dia berantem sama Caca Bu. Tapi pas keduanya di tanya berantem kenapa gak ada yang jawab," jelas Selin.

Nafa mengangguk mengerti.

"Baik, terima kasih kalau begitu Bu. Saya permisi dulu," pamit Nafa.

"Sama-sama Bu Nafa."

Nafa bergegas menuju mobilnya, setelah masuk ke dalam mobil Nafa masih bisa melihat jelas wajah tertekuk milik putrinya.

"Ivy mau makan ice cream gak?" ucap Nafa.

"Gak mau," tolak Ivy.

"Beneran gak mau? Nanti Bunda beliin yang rasa strawberry yang ekstra coklat gimana?" tawar Nafa sekali lagi.

La Douleur ExquiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang