LDE ||Lembar 12

7.5K 657 41
                                    

Sebesar apapun saya mencintaimu, kembali padamu tidak pernah menjadi inginku

****

Hanya keheningan yang menemani Destian dan Nafa selama perjalanan pulang selepas memeriksakan kondisi kehamilan Nafa. Destian tak berhenti takjub saat untuk pertama kalinya mendengar detak jantung dari putri kecilnya, hatinya terasa begitu hangat mendengar saat mendengar debaran dari mahluk mungil yang sebentar lagi akan memanggilnya dengan sebutan 'papa'.

"Mau makan dulu fa?" tanya Destian yang akhirnya membuka suara.

"Langsung pulang aja Mas, aku abis ini ada acara seminar di kampusnya Wildan." tolak Nafa.

"Kamu masih kerja Fa?" tanya Destian tidak percaya.

"Aku harus menafkahi dua nyawa sekarang Mas, gak mungkin aku cuma santai-santai di rumah." jawab Nafa santai.

Destian yang mendengar itu merasa tersentil oleh ucapan mantan istrinya, entah kenapa dia merasa tidak tega melihat kondisi Nafa yang sekarang. Sekalipun Destian tau Nafa adalah wanita yang kuat, tapi bagaimanapun dia tetaplah wanita biasa. Destian bahkan tidak bisa membayangkan bagaimana rasanya menjadi Nafa menjalani kehamilan pertamanya sendirian. 

"Maafkan aku Fa," ucap Destian sambil memberhentikan mobilnya di tepi jalan.

Nafa menolehkan kepalanya untuk menatap Destian, Nafa tidak mengerti kenapa mantan suaminya itu tiba-tiba saja meminta maaf. 

"Maaf untuk?" tanya Nafa keheranan.

"Maaf karena gak bisa menemani kamu di saat-saat kamu butuh seseorang, maaf karena kamu harus menjalani kehamilan sendirian. Maaf karena aku gak bisa di sisi kamu saat kamu ngidam, bahkan rasanya aku terlalu malu untuk memanggil diriku sendiri sebagai calon papa." ucap Destian dengan raut penyesalan yang terlihat jelas di wajahnya.

Nafa menarik panjang nafasnya sebelum menjawab ucapan Destian.

"Tidak perlu merasa bersalah Mas, bagaimanapun ini memang keputusanku sendiri untuk menjalani kehamilan ini. Awal-awal mungkin memang terasa berat Mas, aku harus pergi tengah malam sendirian cuma karena ngidam tongseng kambing, aku juga gampang cape. Tapi aku gak pernah nyesel menjalani semua sendirian. Dan mau semalu apapun Mas sekarang, Mas harus ingat bahwa sampai kapanpun Mas akan tetap jadi Ayah untuk putri kita,"

"Kamu perempuan baik Fa, tolong temukan pria yang benar-benar layak dan bisa membuat kamu bahagia. Aku pengen kamu bahagia Fa," ucap Destian tulus.

"Aku pasti bahagia Mas, terimakasih sudah pernah menyumbang bahagia di hidupku."

"Apa kita tidak bisa kembali Fa?" pertanyaan yang selama ini ingin Destian tanyakan akhirnya dia ucapkan.

"Seperti novel-novel yang sudah aku tulis Mas, kisah kita sudah sampai bab terakhir dan tokoh-tokoh utamanya sudah punya peran sendiri di cerita barunya. Sudah terlalu jauh kalau harus kembali menyatukan dua tokoh yang sudah memutuskan untuk saling melepas," jawab Nafa masih dengan senyum tulus di wajahnya.

"Kamu tau Fa, untuk pertama kalinya aku menyesal melepas sesuatu dari hidupki." ucap Destian.

"Hidup harus terus berjalan Mas, jangan sesali sesuatu yang sudah tidak bisa kembali. Sama seperti aku, Mas juga berhak bahagia. Jadi tolong ikhlaskan,"

La Douleur ExquiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang