Dalam bahasa Norwegia; venn, -en = teman.
***
Anna sedang bersiap untuk pulang. Tangannya bergerak memasukkan barang-barang ke dalam tas. Setelah selesai, gadis itu berdiri dan akan melangkah pergi. Tapi aksi itu dihentikan oleh salah satu sahabatnya, Dira.
"Eh, lo mau kemana?" tanya Dira.
Anna menatap bingung sahabatnya itu, "pulang lah."
Jawaban Anna membuat Dira mendengus kesal, "lo lupa kalau kita ada nonton pentas teater abis ini?"
Sedetik kemudian alis Anna yang tadinya berkerut berganti naik dan mulutnya terbuka lebar. "AAAHH, LUPA! HAHAHA." Dia menertawakan dirinya sendiri, karena kebiasaanya sebagai seorang pelupa ini.
Geo, teman sekelasnya hanya terkekeh melihat wajah Dira yang mencoba menahan sabar atas kebodohan Anna. Dia bangkit lalu pergi dari kelasnya, sebelum itu, Geo menyempatkan menepuk pelan kepala Anna dari belakang. Membuat Anna berteriak frustasi karena kebiasaan seorang Geino Bahar ini.
"Geo! Kebiasaan! Nanti kalau kepintaran gue hilang gimana?! Kalau gue jadi pikun dini gimana? HAH!" teriakan Anna hanya membuat tawa Geo menggema lalu perlahan hilang, karena si pelaku sudah pergi dari kelas.
"Udah, udah. Ayo kita salat ashar dulu, abis itu berangkat." ucap Linda—sahabatnya yang lain—membuat Anna mencebik. Meskipun masih sedikit kesal, ia menaruh kembali tasnya di atas meja, lalu mengeluarkan mukena. Mereka berenam kemudian berjalan keluar dengan membawa mukena masing-masing menuju musala sekolah.
Saat melepas sepatu, Marsha bersuara. "Eh, nanti ada cogan nggak ya disana?" Mereka berlima otomatis memutar bola matanya dan mendengus. Cogan terus yang dipikirin! batin Rossa.
"Semoga ada, biar mata lo tambah sehat deh, Mar!" sahut Salwa penuh penekanan.
Dira terkekeh, "Ada tenang aja, pasti banyak, gue yakin. Soalnya nanti juga ada temen gue dari SMA Adiwangsa, yang pernah gue ceritain, kalian ingat kan?"
Anna mencoba mengingat, lalu mengangguk ragu. "Ingat, tapi namanya lupa, siapa ya? Janar apa Janur gitu, ya? Temen OSIS lo kan, Dir?"
Linda mendengus, "lo kalau cogan aja inget ya, Na? Coba kalau gue tanyain Bu Mirna jelasin apa di jam terakhir tadi? Apa hayo?"
Anna berdecak sebal, "Dih, itu mah hal yang berbeda Lin. Nggak adil, ah! Nggak asik lu."
Sahabat-sahabatnya hanya terkikik geli melihat Anna yang selalu berdebat dengan Linda.
"Iya, Janar namanya. Yang gue tau sih, temen-temen dia pada ganteng gitu. Gue lihat di instagram dia soalnya." ucap Dira.
Marsha tersenyum bahagia, "asik lah, bisa cuci mata nanti!"
Rossa dan Salwa menggelengkan kepala, melihat sahabatnya yang satu itu memang pemuja cogan alias cowok ganteng. Bukannya mereka tidak suka cogan, pasti suka lah, jelas karena mereka semua straight. Tapi, Marsha itu terlalu lebay kalau sudah bertemu cogan. Kadang bertingkah memalukan, kayak kurang belaian.
Dira yang paling dewasa diantara mereka, segera berdiri untuk pergi ambil wudhu dan salat. Kalau tidak cepat-cepat, bisa terlambat. Mereka berlima langsung mengikuti Dira dengan isi pikiran yang berbeda-beda.
Anna juga diam sambil menyalakan keran. Hingga tiba-tiba otaknya berpikir hal aneh lagi. Membuatnya terkikik geli sendiri dan menggelengkan kepalanya. Dirinya saja berpikir jika imajinasinya itu sungguh menggelikan.
Mungkin nggak ya, nanti gue bertemu jodoh gue? Seorang pangeran tampan, dengan senyum manisnya gitu? Ah, apa nanti pemeran di teaternya jatuh cinta ke gue? Hahaha, apa sih, Na Na!
Eh, tapi kita tidak tau, Anna tidak tau itu. Mungkin saja angan itu benar adanya? Bisa iya, bisa tidak, kan? Tuhan dengan semesta sudah menuliskan jalannya.
***
Haloo! aku anggun, salam kenal.
semoga kamu suka cerita ini ya, jangan lupa vote :)
love<3
KAMU SEDANG MEMBACA
venn
Dla nastolatkówAnna bertemu dengan Janar di sebuah pentas teater. Saat berkenalan, Anna tidak pernah menyangka jika akan terus berhubungan dengan lelaki itu. Hingga rasa lain muncul dalam hatinya. Di sisi lain, ada Geo, teman sekelas Anna yang selalu mengganggunya...