halo! jangan lupa vote~
***
Pagi itu, Anna mengerutkan kening setelah membaca pesan terakhir Janar. Tidak tau kenapa, tiba-tiba saja jantungnya mulai berdetak lebih cepat. Bibirnya mengulum senyum, lalu menuliskan balasan permintaan maaf ke Janar, karena sudah tidur duluan.
"Kenapa cuma gara-gara night doang, gue udah deg-degan anjir. Kenapa sih, elah, murah banget lo, jantung!" Anna merutuk, sambil menepuk pelan dada kirinya. Gadis dengan seragam batik biru itu segera melangkah keluar kamar. Siap untuk berangkat sekolah.
Anna berpamitan kepada ayah dan ibunya, lalu dengan cepat menaiki motor matic-nya dan mengendarainya menuju SMA Danurdara tercinta. Setelah sampai di parkiran, ia memarkirkan motornya, dibantu dengan Mas Parkir.
Gadis itu parkir di depan sekolah, bukan di dalam sekolahnya. Karena kadang, kalau parkir di sekolah itu motornya diduduki murid lain, terus ditempeli stiker-stiker aneh. Memang kurang kerjaan orang-orang seperti itu.
Anna mengeluarkan uang dua ribu rupiah, kemudian memberikannya ke Mas Parkir-tidak tau namanya siapa, mereka biasa memanggilnya seperti itu, Mas Parkir.
"Makasih Mas!" ucap Anna, yang dibalas anggukan oleh Mas Parkir. Perempuan yang rambutnya dikuncir setengah bagian dengan pita biru tua itu berlari untuk segera menyeberang.
Tapi seperti biasa, Anna adalah golongan manusia yang cukup ceroboh.
Hampir saja dia terserempet motor yang melaju kencang dari arah kanan. Kalau saja tidak ada yang menarik tasnya, mungkin sekarang dia sudah ada di UGD. Jantungnya masih berdetak cepat, terkejut, ia masih agak linglung saat orang yang menarik tasnya langsung mengomelinya tanpa jeda.
Gadis tinggi itu menghadap ke arah suara orang yang mengomelinya. "Kalau jalan itu jangan cuma pakai kaki doang, digunain juga itu mata! Lihat sekitar, kalau sekiranya aman, baru nyeberang. Lain kali hati-hati. Kebiasaan banget sih, jangan suka lari-lari, bikin khawatir aja!" omel Geo dengan tempo cepat.
Iya, dia Geo. Geino Bahar, seorang cowok yang biasanya menjahili dan menggoda Anna selama hampir dua tahun ini.
Anna yang masih agak bingung, hanya bisa mengedipkan mata beberapa kali. Membuat Geo mendengus, lalu menarik pergelangan tangan kanan milik Anna. "Ayo nyeberang!"
Perempuan itu sedikit kelimpungan mengikuti langkah Geo yang cukup besar. Setelah sampai di depan gerbang sekolah, Anna baru sadar sepenuhnya. Ia menatap pergelangan tangannya yang digenggam erat oleh Geo.
"Heh, lepasin!" Anna menyentak tangannya, tapi Geo malah semakin mengeratkan.
Masih sambil berjalan, Anna meringis pelan. Karena sedikit sakit dan juga malu dilihat oleh beberapa murid di koridor. Gadis yang dari tadi mencoba melepas pegangan tangan Geo dari tangannya itu sekarang sudah diam, percuma. Baru setelah sampai di kelas, Geo melepaskan genggamannya.
Geo menatap wajah Anna yang terlihat kesal. Dia tersenyum miring, "Lo itu udah gue tolong, loh. Nggak ada bilang makasih gitu?"
Gadis tinggi yang tingginya setelinga Geo itu semakin mengerutkan alisnya, menatap tajam laki-laki di hadapannya ini. Dengan nada ketus, dia menjawab, "makasih." Kemudian segera berjalan ke kursinya, menaruh tas, lalu duduk.
Geino Bahar—atau yang akrab dipanggil Geo—menatap gerakan Anna sambil tersenyum geli. Ia menaruh tasnya sembarangan di mejanya, lalu keluar dari kelas yang masih sepi itu untuk pergi menuju kantin.
***
"Kenapa lo, Na? Pagi-pagi udah ditekuk aja tuh muka." komen Linda yang baru datang dan melihat wajah bete Anna.

KAMU SEDANG MEMBACA
venn
Fiksi RemajaAnna bertemu dengan Janar di sebuah pentas teater. Saat berkenalan, Anna tidak pernah menyangka jika akan terus berhubungan dengan lelaki itu. Hingga rasa lain muncul dalam hatinya. Di sisi lain, ada Geo, teman sekelas Anna yang selalu mengganggunya...