Minta tolong vote-nya dong. Komen juga yaa, makasiih! Love<3
***
Keenam gadis dengan seragam putih abu-abu, yang kemejanya dibalut dengan sweter, hoodie, dan jaketnya masing-masing itu, berjalan turun dari motornya. Anna yang berjalan sok cuek padahal deg-degan karena... nggak tau karena apa, dia sendiri juga bingung kenapa jantungnya berdetak lebih cepat.
Mereka sudah membeli tiket sekitar seminggu yang lalu, dari koneksi yang Dira kenal tentunya. Omong-omong, kalian belum mengenal sahabat-sahabat Anna, ya? Oke, sekarang kenalkan. Pertama ada Anna, lengkapnya Anada Carissa, dia periang, tapi kalau kalian belum kenal pasti mengira kalau dia itu galak dan cuek. Itu dikarenakan Anna memiliki mata yang terlihat tajam, dan kadang juga mood-nya suka tidak jelas, jadi bisa marah-marah lalu tiba-tiba tertawa bahagia—aneh memang. Anna anggota Paskibra, by the way.
Lalu, yang kedua ada Dira. Dia yang paling dewasa diantara keenam gadis itu. Dari segi umur, maupun pikiran. Ketua OSIS SMA Danurdara! Anak teater dan tari, pokoknya jiwa seni mengalir di darah dia dari kecil, deh—sama dengan Anna sebenarnya, tapi ia di SMA ini tidak melanjutkan kegiatan seni lagi, entah karena apa. Ketiga ada Marsha, dia itu ambisius. Kalau mau sesuatu ya dikejar dan harus dapat. Jadilah dia yang punya mantan terbanyak diantara mereka berenam.
Kemudian ada Linda, dia pintar dalam segala ilmu, menurut Anna. Dia juga pandai bernyanyi! Linda itu pakar percintaan, alias dokter cinta, karena keseringan jadi mak comblang. Lalu yang kelima ada Salwa, dia yang paling hits diantara mereka. Suka fashion sama make up gitu. Cewek banget pokoknya. Eh, omong-omong, saat ini cuma Salwa yang nggak jomlo diantara enam gadis itu.
Dan yang terakhir, Rossa. Gadis pendiam, cuek, dan dingin—kalau baru kenal, tapi kalau Rossa udah nggak suka sama kamu, doi bakal kayak gitu ke kamu selamanya. Banyak yang mengira Rossa itu sulit diajak berteman, padahal nggak sama sekali. Eh, ingat, Rossa yang ini tidak pandai bernyanyi.
OH! Hampir lupa, fyi kalau Linda, Salwa, dan Rossa itu berjilbab. Sedangkan Anna, Dira, dan Marsha masih belum mendapat hidayah-Nya. Sekian.
Anna dan kawan-kawannya segera duduk di bawah pohon. Jongkok sih tepatnya, karena tidak ada tempat duduk disitu. Ada sebenarnya, tapi sudah terisi oleh orang lain.
Rossa melihat jam pada ponselnya, lalu mengeluh. "Ini kenapa belum boleh masuk sih? Udah jam setengah 5 lebih, loh. Bukannya masuknya jam setengah 5 ya, Na?"
"Iya ya? Nggak tau juga deh gue. Mungkin ada kendala dikit di dalem, Sa. Udah sabar, duduk sini, loh." Anna menunjuk samping kirinya dengan dagu, mengajak Rossa duduk—eh, jongkok bareng maksudnya.
Rossa mencebik lalu menggeleng pelan, "ogah ah, nanti gue kebelet lagi."
Marsha terkekeh pelan, lalu matanya melebar, teringat sesuatu. Ia menepuk pundak Dira pelan, "eh, Dir! Temen lo mana? Gue lihat-lihat disini ada beberapa cogan sih, tapi nggak mungkin kan, gue ajak kenalan semua. Jadi, sama temen lo aja, kali aja nyantol, hehe."
Dira mendengus, kemudian matanya mencari-cari seseorang. "Katanya sih, kemarin dia mau nonton. Gue lihat di snapgram dia soalnya. Tapi nggak tau deh, jadi nonton nggak ya?"
Marsha mencebik kesal, "gimana sih, Dir. Gue kan mau ikut gara-gara cari cogan. Ah, lo mah PHP—"
"Nah, itu dia!" kelima perempuan itu langsung melihat ke arah telunjuk Dira. Ada lima cowok yang sedang tertawa, entah karena apa, di depan area parkir. Sepertinya mereka baru turun dari motor, lalu tertawa karena suatu hal, mungkin ya.
Iya, ganteng semua. Gila, kok bisa ya? Eh, ada sih, yang biasa aja. Tapi, dia manis dan... keren! Anna berkomentar dalam hati.
Dira melambai dan memanggil nama seseorang. Laki-laki yang merasa dipanggil namanya, mencoba mencari arah suara itu. Salah satu temannya menepuk pundaknya, lalu menunjuk Dira. Laki-laki itu melihat ke arah yang ditunjuk temannya dan menemukan Dira dengan lima perempuan yang ia yakini adalah teman-teman Dira.
Lelaki itu tersenyum manis, lalu mengangkat tangan sejenak, menyapa Dira. Dia mengajak keempat sobatnya untuk bertemu Dira dan teman-temannya. Sementara di komplotan enam gadis itu, Marsha sudah seperti cacing kepanasan. Buru-buru merapikan rambut, baju, dan bertanya dimana kaca. Sahabatnya yang lain hanya terkekeh dan menggeleng melihat kelakuan seorang Marsha.
Lima laki-laki tadi sudah ada di depan mereka. Membuat Anna, Salwa, dan Linda yang tadinya jongkok, segera berdiri. Membalas senyuman ramah yang mereka berikan. Dira menyalami laki-laki yang dipanggil Janar tadi. Dan menanyakan kabar atau apalah itu, biasa basa-basi. Lalu, tiba-tiba saja Marsha menjulurkan tangannya ke arah Janar, sedetik setelah Dira dan Janar selesai dengan basa-basinya.
Marsha tersenyum manis dan berucap, "Kenalin, gue Marsha."
Janar sedikit mengangkat alisnya, lalu balas tersenyum tak kalah manis. Dia menyalami Marsha, "Janar." balasnya singkat.
Anna, Linda, dan Salwa mengulum bibirnya. Menahan suara tawa keluar dari mulut mereka. Dira meringis pelan, agak malu melihat kelakuan sahabatnya satu itu. Sedangkan Rossa? Dia hanya diam, kesal, kapan ini mulai pentasnya?!
Janar kemudian segera melepaskan tangannya, dan menoleh ke arah Anna yang masih mengulum senyumnya. Anna yang terkejut, segera menetralkan wajahnya untuk kembali datar. Masih dengan senyumnya, Janar memperkenalkan diri, mengulurkan tangannya. Anna menerima jabat tangan itu, tersenyum lalu berkata. "Anna."
Janar masih menggenggam tangan Anna, tangannya panas. "Err... kamu sakit?"
Pertanyaan Janar membuat pergerakan tangan Anna yang akan melepaskan jabatan tangan itu terhenti. Dia mengerutkan alisnya, bingung. Ia tidak merasa sakit sama sekali.
Anna menggeleng pelan, "Hmm, enggak. Gue nggak sakit. Kenapa nanya gitu?"
Janar tersenyum lalu melepaskan jabatan tangan mereka, "Tangan kamu panas, syukur deh, kalau emang nggak sakit."
Anna dan kelima sahabatnya ber-oh-ria. Mereka sudah tau hal itu, suhu tubuh gadis itu memang selalu panas—eh, hangat lebih tepatnya. Kadang hal itu membuat Geo, teman sekelasnya, menggoda Anna. Katanya dalam tubuh Anna ada setannya, makanya selalu panas. Menyebalkan, memang dasar Geo.
Anna hanya tersenyum membalas ucapan Janar tadi. Kemudian teman-teman Janar dan kelima sahabat Anna juga saling mengenalkan diri. Mereka jadi tau nama teman-teman Janar. Ada Habib, Alam, Kris, dan Fano. Habib dan Fano memiliki kulit kuning langsat hampir putih dan si Habib itu ada lesung pipi! Tambah manis aduhai nggak, tuh? Sedangkan untuk Janar, Kris, dan Alam berkulit sawo matang, mereka semua memiliki senyum yang manis. Bikin para cewek langsung klepek-klepek, deh.
Kedua kelompok beda sekolah itu mulai asik mengobrol, apalagi Marsha dengan sok malu-malunya—yang terlihat malu-maluin di mata sahabatnya. Disisi lain, Anna dan Rossa yang memang cukup canggung dengan orang baru, hanya diam saja dari tadi. Anna kadang masih membalas tertawa, tersenyum, atau menjawab jika ada yang bertanya. Sedangkan, Rossa hanya diam, benar-benar malas. Kadang dia mengajak ngobrol Anna sih, tapi tetap saja, dia itu butuh bersosialisasi!
Obrolan singkat mereka dihentikan oleh pengumuman pihak panitia pentas. Meminta maaf atas mundurnya waktu tampil, dan mengumumkan bahwa gate telah dibuka. Mereka yang memiliki tiket dapat masuk dan menikmati pentas teater.
Mereka semua berseru mendengar itu. Rossa yang paling bahagia, ia segera menarik lengan Anna untuk masuk. Anna yang mau tidak mau diseret Rossa, mencoba melambai pamit ke arah lima laki-laki itu sebelum jauh. Membuat Janar terkekeh pelan, melihat tubuh Anna yang pasrah padahal bisa saja melawan Rossa si kurus kering itu. Mereka yang masih berdiri disana juga segera berjalan untuk masuk.
"Yaaah, sayang ya, tempat duduk kita jauh." Marsha berucap sambil mencebikkan bibirnya.
Janar dan kawan-kawannya hanya tertawa sekilas. Sedangkan Dira, Linda, dan Salwa menahan sabar untuk tidak menabok Marsha saat itu juga.
***
Gimana? Kalau suka, jangan lupa untuk dukung aku yaa. Biar makin semangat nulisnya, hehe.
Cukup tekan icon bintang ajaa, sama komen kalau berkenan—lah kok maksa? hihi sori.
Kalau kamu mau dengerin playlist temen menulisku di spotify bisa, playlist venn - anggun.
https://open.spotify.com/playlist/4BwBG32If0DZnMCLzINQFZ?si=bo3rGET0Qum3iujFCKobuw
much love<3
KAMU SEDANG MEMBACA
venn
Подростковая литератураAnna bertemu dengan Janar di sebuah pentas teater. Saat berkenalan, Anna tidak pernah menyangka jika akan terus berhubungan dengan lelaki itu. Hingga rasa lain muncul dalam hatinya. Di sisi lain, ada Geo, teman sekelas Anna yang selalu mengganggunya...