BAB 5 : PDKT?

34 10 8
                                    

happy reading~

***

Rapat OSIS sore ini membahas acara pentas seni sekolah, untuk merayakan ulang tahun SMA Danurdara yang ke-50. Maka dari itu, mereka sedang berdiskusi mengenai anggaran untuk mengundang guest star yang telah dipilih melalui voting seluruh murid.

Dira dan Marsha yang paling sibuk di dalam ruangan itu. Mereka sebagai ketua dan wakil ketua OSIS benar-benar ingin memberikan yang terbaik. Karena ini bukan soal pensi atau ulang tahun sekolah. Acara ini membawa nama angkatan mereka.

SMA Danurdara memang masih kental akan senioritas. Pensi sekolah yang diadakan tiap tahun ini adalah ajang penilaian para senior untuk juniornya. Mereka akan membanding-bandingkan kerja keras tiap angkatan, menilai seberapa baik angkatan mereka.

Apalagi angkatan Anna bertepatan dengan ulang tahun yang ke-50. Biasa dibilang sebagai umur emas, setengah abad. Oleh sebab itu, OSIS disibukkan dengan acara ini.

Beban berat memang, tapi angkatannya yakin bisa memberikan yang terbaik, mereka percaya dengan Dira dan kawan-kawannya.

Tak terasa, sore tiba begitu cepat. Sudah hampir pukul setengah enam sekarang. Rapat telah selesai sekitar sepuluh menit yang lalu. Anna berjalan menuju parkiran. Ternyata masih banyak anak-anak yang nongkrong di warung depan sekolah—biasanya mereka adalah para biang masalah di SMA Danurdara. Beruntungnya warung itu berada di barat, dan parkiran Anna ada di timur. Jadi dia tidak perlu berjalan melewati gerombolan itu.

Setelah mengeluarkan motornya dari parkiran—tentu dibantu oleh Mas Parkir. Perempuan dengan rambut yang dicepol asal itu mulai menaiki motor putih kesayangannya. Pergi meninggalkan area sekolah.

Dengan kecepatan rata-rata, angin berembus menerpa wajah kusamnya. Biarpun banyak tugas dan kegiatan yang cukup berat, hanya dengan seperti ini, membuat bebannya terasa sedikit ringan. Anna suka naik motor, walau kadang bisa bikin masuk angin sih.

Setelah sekitar 15 menit perjalanan, gadis itu telah sampai di rumahnya. Ia membuka gerbang, lalu masuk ke dalam. Namun, tanpa sepengetahuan Anna, agak jauh dari rumahnya, ada seseorang yang terus mengawasinya.

***

Anna keluar dari kamar mandi dengan setelan kaus dan celana abu-abu serta balutan handuk pink di rambutnya. Ia kemudian berjalan menuju meja belajar. Mengeluarkan buku-buku pelajaran yang ada di tas, lalu menyiapkan buku-buku untuk besok. Itu sudah jadi kebiasaan Anna, Ibunya yang mengajarkan. Katanya, "Biar nggak nubyak-nubyak nanti kalau pagi, tinggal cus, berangkat."

Setelah selesai dengan buku-bukunya, Anna mengambil ponsel pintarnya lalu merebahkan diri di kasur. Membuka aplikasi chat, dan terkejut saat nama Kavindra Janardana ada di paling atas. Anna membukanya dengan hati-hati—ini gara-gara omongan Rossa tadi—membacanya, lalu segera membalas.

Kivandra Janardana

hari ini gimana anna?

Anna

maksudnya?

Kivandra Janardana

kabarnya

Anna

baik, alhamdulillah

Kivandra Janardana

alhamdulillah
hm, ga nanya balik nih?

Anna

oh, apa kabar?

vennTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang