Jangan lupa vote dan komen! thx, love<3
***
Suasana di dalam gedung terasa dingin, karena ada beberapa AC diujung ruangan. Gelap, hanya satu lampu yang kini menyorot ke arah pemeran utama yang sedang bermonolog. Musik dengan tempo lambat melantun, menambah kesan sedih yang mengiringi tangisan sang pemeran utama. Harusnya Anna masuk ke dalam cerita, merasakan sedih dari cerita itu. Tapi tidak bisa, karena sekarang dia sedang menahan pipisnya.
Anna ingin pergi ke kamar mandi dari tadi, tapi tidak satupun temannya yang mau mengantar. Alasannya adalah nanggung, nanti kalau ketinggalan ceritanya, pasti bingung dan penasaran. Pentas ini terbagi menjadi dua bagian. Ini sudah mau maghrib, nanti akan ada break untuk salat. Tapi itu masih sekitar 15 menit lagi, Anna sudah tidak kuat!
Ah, bodo amatlah sendiri! Anna berteriak dalam hati. Kesal dia tidak bisa berteriak sungguhan, karena saat pentas berjalan, penonton diperintahkan untuk tidak berisik.
Perempuan itu segera berdiri dengan wajah tertekuk, meninggalkan tempat duduknya. Sempat menginjak kaki Linda dan Marsha dengan sengaja. Membuat keduanya mengaduh pelan, lalu merutuki Anna juga dengan pelan. Dira yang baru sadar Anna pergi, menatap Salwa dan Rossa, lalu bertanya, "Mau kemana dia?"
Salwa mengendikkan bahu. "Kamar mandi kayaknya." Rossa menjawab berbisik.
"Tumben nggak minta anter? Dia berani sendiri?" Dira mengerutkan kening bingung.
Salwa mengangkat alisnya, "Lah, tadi dia minta anter. Lo nggak denger?"
Dira langsung menggeleng, "Enggak, kalian denger? Kok nggak nganter Anna?"
"Mager jalan." Rossa berucap.
"Nanti ketinggalan ini. Udah ah, sst!" Salwa berbisik.
Dira menatap tak percaya para sahabatnya. Lalu menatap tajam Linda dan Marsha, yang ditatap hanya mengendikkan bahu tak bersalah. Membuat Dira mendengus, lalu berdiri menyusul Anna yang mungkin sekarang sudah masuk ke dalam kamar mandi.
***
Anna kelimpungan mencari letak kamar mandi. Dengan grasak-grusuk dia berlari dan menemui salah satu—yang diasumsikan Anna—panitia di dekat tangga. Gelap, tidak tau itu cowok atau cewek, Anna segera bertanya, "Permisi, kakak panitia ya? Kamar mandi dimana Kak?"
Orang itu sedikit bingung, tapi segera menjawab, "disitu." Oh, cowok.
Anna mengerutkan keningnya, ia tidak bisa melihat arah tunjuk laki-laki itu. "Disitu itu dimana mas?" yang jelas dong! Lanjut Anna dalam hati, gemas.
Laki-laki yang sekarang dipanggil 'mas' oleh Anna tadi tertawa pelan, "Sori, kamu jalan lurus dari sini, terus belok kanan. Nanti ada tulisan toilet—"
"Oke, makasih mas!" Anna memotong dan segera berlari ke arah yang sudah dijelaskan lelaki tadi.
Mulutnya masih sedikit terbuka, Janar lagi-lagi tertawa pelan. Melihat Anna yang sudah lari menuju kamar mandi. Dia tadi juga dari kamar mandi, maka dari itu, ia tau letaknya. Janar juga dapat melihat ekspresi Anna saat bertanya padanya, wajahnya tertekuk kesal dan seperti menahan sesuatu, yang diyakini Janar menahan buang air. Dia bisa melihat Anna karena ada sedikit sinar lampu dari arah luar, tapi sepertinya Anna tidak bisa melihat Janar.
Lucu. Itu yang ada dipikiran Janar saat itu. Ia lalu pergi untuk kembali duduk di tempatnya.
***
Anna sudah lega setelah menyelesaikan hajatnya. Gadis itu kemudian segera keluar dari kamar mandi, dan berteriak terkejut saat melihat seseorang di kiri pintu toilet ini. Ada Dira disana.
Anna mendengus sebal, "Kenapa lo disitu? Tadi aja disuruh nemenin gue nggak mau!"
Dira tersenyum maklum, dia memang seperti kakak diantara mereka berenam. "Maaf, gue tadi nggak denger lo ngajak gue. Sumpah deh!"
Anna mengedip beberapa kali, lalu menarik senyum dan mengangguk. "Okelah, gue maafin. Yaudah, yuk, balik. Nanti kita ketinggalan jauh ceritanya lagi!"
"Ayo!"
Mereka berjalan menuju gedung pentas, lalu Dira teringat sesuatu. "Eh, Na. Lo tadi ketemu Janar nggak?"
"Janar? Temen lo itu? Yang dari SMA Adiwangsa, kan?" tanya Anna, dijawab anggukan oleh Dira.
Anna berpikir sejenak, kemudian menggeleng. "Nggak tuh, cuma tadi pas kenalan aja ketemunya. Kenapa?"
"Oh, yaudah kalau gitu. Soalnya tadi gue lihat dia jalan dari luar, mau naik ke tempat duduknya kayaknya. Sekilas aja sih gue lihatnya, dari lampu yang tiba-tiba nyorot. Kali aja tadi ketemu sama lo, papasan gitu?" ucap Dira, membuat Anna kembali berpikir.
Tiba-tiba Anna menghentikan langkahnya. Lalu menarik napas, seperti terkejut. Dia menatap Dira yang juga menghentikan langkahnya dan menatap aneh sahabatnya itu. Baru saja Dira akan bertanya kenapa, Anna berkata terlebih dahulu, dan membuat Dira tertawa.
"Eh, kalau bener itu Janar, berarti tadi gue nanya kamar mandi ke dia dong? Ya Tuhan, gue kira dia mas-mas panitia! Duh, malu banget gue, Dir!" Anna mengacak rambutnya frustasi.
***
Hmmm, emang Anna lucu? Bukannya dia aneh ya? Janar perlu periksa kayaknya.
Gimana menurut kamu? Kalau suka, jangan lupa vote pliss.
makasiih hihi! sampai jumpa di bab 3~
love<3
KAMU SEDANG MEMBACA
venn
Teen FictionAnna bertemu dengan Janar di sebuah pentas teater. Saat berkenalan, Anna tidak pernah menyangka jika akan terus berhubungan dengan lelaki itu. Hingga rasa lain muncul dalam hatinya. Di sisi lain, ada Geo, teman sekelas Anna yang selalu mengganggunya...