jangan lupa vote yaa.
***
"Berengsek!" umpat Linda. "Jauhin dia, Na. Dia itu bajingan dan dia nggak pantes dapetin lo!"
"Gue udah pernah bilang, feeling gue nggak enak dari awal. Tuh cowok emang kurang ajar banget!" Rossa berucap dengan amarah yang memuncak.
"Nggak nyangka banget gue tadi. Gila banget sih, Janar." ungkap Marsha dengan pandangan menerawang.
Salwa menatap Anna sedih. "Iya, Na. Jauhin aja dia."
"Eh, Sal. Lo jangan sampe belain tuh cewek. Mentang-mentang dia temen lo, inget, Anna itu sahabat lo!" kata Marsha dengan nada memperingati.
Linda mengangguk setuju. "Iya, lagian ini bukan salah Anna. Itu cowok aja yang buaya, udah ada pawang masih aja cari pawang lain. Busuk banget."
"Apa sih, gue tau kali, Anna nggak salah. Ini semua tuh salah Janar. Gue yakin, si Seli juga nggak tau kelakuan cowoknya kayak gimana," protes Salwa.
Dira menghela napas, lalu menepuk pundak Anna. "Lo nggak apa-apa kan, Na? Perasaan lo gimana sekarang?"
Anna melirik Dira sekilas, kemudian tersenyum. "Nggak papa. Santai aja kali, guys. Udah jangan marah-marah. Percuma, buang tenaga."
Kelimanya memandang Anna dengan sorot khawatir dan sedih. Mereka semua tau, Anna hanya pura-pura kuat. Bisa dibilang Anna memiliki hati yang paling lembut dan sensitif diantara mereka berenam. Gadis itu mudah menangis, tapi saat melihatnya yang sekarang sedang menahan itu semua, benar-benar sakit rasanya.
***
Anna menatap ponselnya yang menampilkan chat Janar yang belum dia balas. Sudah seminggu gadis itu mencoba menjauh dari laki-laki itu.
Laki-laki yang membuatnya menangis diam-diam tiap malam dalam seminggu ini. Laki-laki yang membuatnya harus berpura-pura 'tidak apa-apa' di depan semua orang. Laki-laki yang membuatnya tau bagaimana rasa patah hati yang sebenarnya untuk pertama kali.
Anna belum bicara apa-apa mengenai pengetahuannya tentang Janar dan pacarnya pada laki-laki itu. Ia hanya menjauh dengan membalas singkat pesan-pesan Janar, kadang juga diabaikan tanpa balasan. Menolak ajakan teleponnya, juga ajakan jalan.
Anna tidak memblokir atau menghapus kontak Janar. Karena menurutnya, hubungan mereka bisa dikatakan memang cuma teman. Dekat, tapi hanya berstatus teman. Jadi punya hak apa dia? Tidak ada.
Gadis itu mulai mengetikkan balasan untuk Janar yang mengajaknya bertelepon. Gila memang cowok itu, tidak tau diri.
Kivandra Janardana
anna?
telfon yuk
aku kangen bgt suara kamuAnna
sori jan, gw ada tugas
Tugas apa? Jelas Anna berbohong. Mana ada tugas, Janar tau betul itu, karena besok adalah hari dimulainya libur semester genap. Sebelum mereka naik ke kelas 12.
Janar juga merasakan jika Anna mulai menjauh darinya. Dia juga tidak mengerti apa alasannya. Dan malam ini ia dibuat terkejut lagi oleh balasan Anna.
Sejak seminggu ini Anna memang membalas singkat dan bahkan mengabaikan pesannya. Perempuan dengan rambut hitam legam sepunggung itu juga selalu menolak ajakan telepon rutinnya seperti dulu. Tapi yang membuatnya terkejut saat ini adalah Anna tidak menggunakan sapaan 'aku-kamu' lagi. Dia kembali dengan 'gue-elo'-nya.
Kivandra Janardana
oh, okay
kalau aku ada salah sm kamu, ngomong ya, jgn ngilang please
goodnight annaAnna membaca pesan itu disusul dengan matanya yang mulai meneteskan air, lagi. Dia benar-benar muak, kenapa dia bisa secengeng ini. Kenapa Janar begitu? Kenapa harus Janar?
KAMU SEDANG MEMBACA
venn
Teen FictionAnna bertemu dengan Janar di sebuah pentas teater. Saat berkenalan, Anna tidak pernah menyangka jika akan terus berhubungan dengan lelaki itu. Hingga rasa lain muncul dalam hatinya. Di sisi lain, ada Geo, teman sekelas Anna yang selalu mengganggunya...