Ketika pertama kali masuk Sekolah menengah atas, orang-orang begitu heboh memandangnya.
Watanabe Haruto, Seorang berdarah Jepang dengan segudang harta yang menjadi latar belakangnya.Dia terlihat begitu dingin, dinding yang dia bangun untuk membatasi dirinya dan orang lain menjulang begitu tinggi, seakan terbuat dari baja, tidak ada yang mampu untuk merobohkannya.
Saat Lim Soojin datang membully dan melemparkan sepatuku ke jendala, aku benar-benar frustasi, berpikir keras untuk alasan apa yang harus aku berikan pada Ibu kalau aku pulang dengan satu sepatu.
Saat sedang mencari tiba-tiba seseorang berdiri didepanku, aku terpaku dengan tatapan tajamnya, dia menyerahkan sebuah sepatu hitam yang sedari tadi aku cari.
"Ah terima kasih.." Aku memulai pembicaraan dengan gagap. Tak lama dia berdecak lalu berjongkok didepanku. Haruto memasangkan sepatuku lalu mengikat talinya dengan rapih.
Aku dibuat kagum, bukan karna bagaimana telatennya dia dalam mengikat tali sepatu, tapi dengan tindakannya.
Dia seorang Watanabe Haruto, seorang anak pengusaha terkenal, seseorang yang katanya sangat dingin melebihi es sukses membuatku terpaku dengan segala tindakannya, membuatku jatuh hati.
OoO
Setelah setengah tahun lebih menyukainya dalam diam, aku memutuskan untuk menyatakan perasaanku. Sebenarnya aku pesimis, kita seakan berada di dua dunia yang berbeda.
Aku tidak menyangka dia menerima keberadaanku dengan begitu mudah, walaupun pernyataan cintaku tidak pernah dia terima maupun tolak tapi perlakuannya sudah membuatku merasa cukup.
Aku nyaman berada didekatnya, begitupun sebaliknya. Perasaan ini terus tumbuh seiring berjalannya waktu, aku senang bisa menghabiskan waktu dengan Haruto, meskipun kami terlihat seperti pasangan backstreet.
Haruto adalah harapan ketigaku, dan sekiranya harapan terakhirku.
Aku tidak peduli dengan rasa sakit yang diberikan orang-orang, setiap pukulan dari mereka terasa tidak berarti. Karna aku tau ada Haruto yang akan menjadi tempatku bersandar.
Tapi semua itu sirna ketika dia mulai mengabaikanku tanpa alasan. Saat aku mencoba menggapainya, dia malah menghindar.
Aku tau alasannya melakukan itu. Semua karna tidak ingin melihatku lebih tersiksa.
Aku mencoba mengatakannya kalau aku tidak apa-apa tapi jawaban yang aku dapatkan malah membuatku mematung
"Dengar, ini semua juga kulakukan untukmu. Berhenti mendekatiku, Aku tidak menyukaimu."
oOo
Malam itu aku menelpon Ibu tapi tidak diangkat
Aku menelpon Jeongwoo tapi dia sedang menemani Junghwan.
Aku menelpon ayah tapi tidak diangkat, sepertinya beliau sedang sibuk.
Tak lama sebuah getaran di saku mengejutkanku, aku hampir kembali menangis melihat sebuah kontak bernama "First love" yang tertera di layar ponsel. tanpa menunggu lama aku langsung mengangkatnya,
"Halo? Haruto?" Tidak ada sautan dari sebrang sana.
Apa mungkin salah sambung? atau tidak sengaja tertekan? Masih berkutat dengan pikiranku tak lama telepon itu dimatikan secara sepihak.
Beberapa saat kemudian aku melihat sebuah mobil keluarga Haruto yang juga dikendarai Ayah lewat.
Mobil itu melewatiku begitu saja, seakan-akan aku tidak terlihat. aku memaklumi karna malam ini memang sedang hujan deras.
Ketiga harapanku pergi begitu saja. Aku terlalu banyak menyusahkan Ayah dan Ibu. Benar-benar orang yang tidak berguna.
Aku mengirimkan sebuah pesan singkat kepada orang-orang yang aku sayangi.
"Ibu, aku minta maaf selama ini hidup belum bisa membuatmu bangga, aku minta maaf sudah pernah membuatmu stress atas apa yang aku alami, aku tau Ibu dan Ayah tidak tidur selama beberapa hari memikirkan aku. Ibu, Aku lelah, Tolong relakan aku. Aku harap Ibu dan Ayah akan selalu bahagia."
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗼𝘂𝗿 𝗿𝗲𝗴𝗿𝗲𝘁𝘀 𝗮𝗯𝗼𝘂𝘁 𝘆𝗼𝘂. [ harukyu ft. sahi&woo ]
Fanfiction"𝗕𝗲𝗰𝗮𝘂𝘀𝗲 𝘆𝗼𝘂'𝗹𝗹 𝗻𝗲𝘃𝗲𝗿 𝗸𝗻𝗼𝘄 𝘄𝗵𝗲𝗻 𝗶𝘀 𝘁𝗵𝗲 𝗹𝗮𝘀𝘁 𝘁𝗶𝗺𝗲, 𝘆𝗼𝘂 𝘁𝗵𝗶𝗻𝗸 𝘁𝗵𝗲𝗿𝗲 𝘄𝗶𝗹𝗹 𝗯𝗲 𝗺𝗼𝗿𝗲, 𝗬𝗼𝘂 𝘁𝗵𝗶𝗻𝗸 𝘆𝗼𝘂 𝗵𝗮𝘃𝗲 𝗳𝗼𝗿𝗲𝘃𝗲𝗿, 𝗯𝘂𝘁 𝘆𝗼𝘂 𝗱𝗼𝗻𝘁." ⚠️ BIG WARNING ⚠️ TW // SUICIDE...