part 4

421 41 6
                                    

"Ntar ada yang cemburu kalo Anggi dua dua an sama orang lain." ujar Zale.

Anggi menoleh ke arah Zale. "Siapa cemburu, Zal?"

Zale tersenyum jail. "Ntu tu si pak ketua."

Gefan, teman dekat Regan dan Zale tertawa puas. "Hahahahahahaha yah terbongkar deh kedok bapak ketua kita."

Anggi sedikit terkejut dengan pernyataan kedua sahabat Regan. Anggi mencoba tidak percaya dengan keduanya karena mereka terlalu sering bercanda, tetapi raut muka Regan berubah menjadi tersipu malu. Beberapa bulan ini, Regan sering bertanya beberapa tugas ke Anggi. Tapi Anggi tidak berpikiran jika Regan menyukainya. Mungkin dia hanya bingung mau tanya tugas ke siapa, pikir Anggi pada waktu itu.


Brakkk

"LOH LOH PAK KETUA TERNYATA DIAM-DIAM MENYIMPAN RASA SAMA MRS ABU-ABU KITA?!" ucap Aleta sembari berdiri kemudian menggebrak meja.

"Hoi Aleta, bikin kaget aja lo anjir!" protes Via yang duduk di belakang banggu Aleta.

Aleta hanya menyengir tanpa merasa dosa sedikitpun. "Ngaku lo, Re!!!" paksa Aleta kepada Regan.

"Kalian kok pada percaya sama dua curut ini sih? Udah sering bercanda merekaa. Kenapa masih aja percaya." ujar Regan dengan tegas, tetapi mata Regan tidak bisa berbohong. Ia sangat terlihat sedang menutupi suatu kebohongan.

"Iya sih dua curut itu emang gajelas, tapi entah kenapa omongan mereka kali ini meyakinkan woi." ujar Ghea.

"Halah Ghe bilang aja setuju sama kita, ga perlu pake ngatain gajelas juga." jawab Gefan.

"Emang lo gajelas, Fan. No debat, udah ga usah dijawab lo curut."

"Udah wei malah ngebahas hal ga penting. Jadi gimana? Anggi lo mau ikut nyanyi duet?" tanya Regan.

"Mau sih, tapi jangan sama si Tama bisa ga?? Malas kali aku harus tatap-tatapan sama dia." ujar Anggi sembari menatap Tama kesal.

"Siapa juga yang mau duet sama kau, Anggii." celetuk Tama.

"Gimana ya, Nggi, Tam. Kelas kita cuma ada kalian berdua buat nyanyi. Si Valerie lebih cocok nyanyi di band." jelas Regan. Tatapan Regan seakan memohon kepada Anggi dan Tama supaya mau ikut lomba mewakili kelas.

Anggi menghela napas kemudian menatap Regan dan mengangguk mantap. "Iya, gua mau. Sama Tama juga gapapa deh."

Regan tersenyum. "Tam?"

Berbagai jawaban terlintas di otak Tama. Namun, Tama masih belum bisa menentukan jawabannya. Bukan karena apa, ia hanya tidak mau melukai perasaan pacarnya lagi. Hubungan persahabatan Anggi dan Tama layaknya orang berpacaran, tetapi Melora tidak protes kepada Tama. Tetapi di sisi lain, Tama juga tidak mau mengecewakan kelasnya. Apa yang harus Tama pilih? Haruskah Tama lebih menghargai perasaan Melora dengan menolak tawaran duet dengan Anggi?

"Gua ga bisa deh, Re. Ga enak sama pacar gua. Takut dia cemburu." jawab Tama dengan hati-hati.

Deg. Sakit. Itulah yang dirasakan oleh hati Anggi. Betapa besarnya rasa cinta Tama ke Melora. Hanya berduet saja dia menolaknya karena takut menyakiti perasaan Melora.

"Please banget, Tamm. Demi kelas XI MIPA 4. Kalo njaga perasaan pacar lo, bisa kok lo ngomong baik-baik sama dia. Pasangan yang baik pasti ngerti. Demi kelasmu juga ini." Ucap Indri, wakil ketua kelas XI MIPA 4 yang tiba-tiba muncul. Entah darimana datangnya orang ini.

Tama memainkan jarinya di salah satu meja barisan paling depan. Ia mencoba memikirkan jawaban terbaiknya.

"Oke deh, gua mau." jawab Tama singkat dan yakin.

Hati Anggi terasa lega setelah mendengar jawaban Tama. Berduet dengan pria yang ia sukai, betapa beruntungnya Anggi saat ini. Anggi tersenyum bahagia tanpa orang lain ketahui.


Jam Istirahat

Tama dan Melora duduk berdua di kantin, menikmati siomay pak Aziz kesukaan mereka.

"Ra, kamu tau kan bakal ada lomba buat HUT itu. Aku mau bilang sesuatu sama kamu. Tapi jangan marah ya, please."

Melora seketika tersedak mendengar pernyataan Tama. Padahal Tama belum mengungkapkan maksud dan tujuannya. Tetapi feeling Melora sudah tidak enak. Tama menyodorkan botol berisi air putih milik Melora sembari mengusap punggung Melora. Ya, seperti yang orang lain biasa lakukan ketika ada orang yang tersedak.

Setelah merasa enakan, Melora baru mau membuka suara. "Emang kenapa? Kamu mau duet sama Anggi?"

Sial. Bahkan Melora telah mengetahui sebelum Tama memberitahu faktanya. Tama menunduk merasa bersalah. "Bahkan kamu aja udah tau sebelum aku bilang."

Mungkin hati kecil Melora tidak terima jika Tama harus nyanyi duet dengan Anggi. Tetapi Melora juga tidak mau egois. Ia tidak mau membatasi Tama hanya karena keegoisannya.

Melora mengusap tangan Tama dengan halus. "Yaudah kamu duet aja. I'm okay. Selama kamu bisa jaga kepercayaan aku."

Tama menghembuskan napasnya lega. "Thanks ya."

Tak lama kemudian, Melora dan Tama memilih kembali ke kelas walaupun jam istirahat belum berakhir. Di kelas, sudah ada Anggi dan ketiga sahabatnya yang sedang makan bersama.

"Helo gais Tama in the class yow." sapa Tama saat menghampiri meja teman-teman Anggi.

Anggi melirik sebal, tetapi ia tak menghiraukan Tama. Ia melanjutkan aktivitas favoritnya, yaitu makan. "Tumben lo udah balik ke kelas." ujar Elen.

"Kangen suasana kelas aja." jawab Tama simpel tapi menuai kritikan dari keempat perempuan yang sedang makan bersama.

"Heleh ada aja alasan lo. Gimana pacar lo, Tam? Boleh kan lo duet ama Anggi?" tanya Aleta.

"Untungnya boleh sih."

"Masa duet doang ga boleh. Posesif banget si Melora." celetuk Ghea.

"Posesif itu tanda sayang, Ghe. Jomblo iri mulu."

"Amit-amit gua pacaran sama anak posesif. Cape. Ribet. Masa cuma main atau kerja sama cowo lain ga dibolehin? Skip lah skip kalo buat gua." Jawab Ghea.

"Hmmm sebenernya Melora tuh bukan posesif. Tapi gua aja yang kelepasan deket sama Anggi. Wajar lah cewe cemburu." jelas Tama kemudian mengambil kursi dan duduk di antara mereka berempat.

"Sahabatan ya wajar deket lah. Kenapa dia harus cemburu."

Tama masih menanggapi ucapan ketiga teman Anggi dengan santai. Sudah sangat sering mereka berdebat seperti ini. Dan materi debat pun tidak jauh dari Melora. Teman-teman Anggi tidak suka dengan Melora, karena menurut mereka Melora yang sudah mengambil Tama dari Anggi. Padahal Melora tidak pernah membuat masalah dengan mereka berempat. Ya begitulah persahabatan perempuan.

"Hei Anggi kenapa kau diam?" tegur Tama di tengah perdebatannya.

"Gua bosen dengerin kalian debat. Tiap hari Melora mulu. Melora lagi Melora lagi. Ngga bosen hah?" Anggi akhirnya mau membuka suara karena sejak tadi ia fokus dengan makanannya.

"Lah sahabat lo Nggi ngeselin banget. Melora dibelain terus." jawab Elen.

"Yaiyalah kan Melora pacarnya dia. Masa gua yang mau dibelain sama dia? Gua bukan siapa-siapanya Tama. Melora orang istimewanya Tama." jawab Anggi menohok. Perkataan Anggi tadi berhasil membuat Tama dan ketiga temannya diam.

"Kenapa gua bisa bilang gini sih bambang???? Ketauan dong kalo gua cemburu." batin Anggi.

"Kok lo bilang gitu sih, Nggi?" tanya Tama yang sedikit terkejut dengan pengakuan Anggi.



Bersambung

JUST FRIEND?? || MarkNatama × AnggiMaritoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang