part 34

340 45 15
                                    

"Tetep ingat aku ya, Ra. Aku pernah jadi bagian dari hidup kamu. Kita pernah bahagia dan sedih bersama. Udah banyak kenangan yang kita ukir berdua. Aku mohon jangan salahin kenangannya ya. Salahin kita yang gatau diri udah saling jatuh cinta."

Air mata Melora masih bercucuran membasahi pipinya. "Iya. Aku sama sekali ga nyesal pernah bahagia sama kamu."

Kedua tangan Tama berada di pundak Melora. "Kamu harus dapat cowo yang jauh lebih baik daripada aku. Jangan cari cowo yang gampang emosi kaya aku. Kamu berhak dan harus bahagia."

"Kamu juga, Tam. Perjuangin apa yang kamu suka. Kalo kamu emang bener ada rasa sama Anggi yaudah gapapa perjuangin aja. Aku berdoa yang terbaik buat kamu."

Tama tersenyum. "Boleh gak aku peluk kamu buat yang terakhir kalinya?"

Melora memeluk Tama dengan erat. Air matanya tak bisa berhenti mengalir. Perpisahan ini sungguh menyakitkan bagi keduanya. Tama mengusap punggung Melora pelan.

"Resmi jadi mantan ya sekarang." ucap Tama mencairkan suasana.

"Iya nih. Ga pernah kebayang bakal secepet ini ya hahaha." ujar Melora.

"Yaudah sana masuk, mantan."

Melora melepas pelukannya. Ia mengusap semua bekas air mata di pipi dan matanya, kemudian ia membuka pintu dan keluar dari mobil Tama. "Hati-hati ya, mantan."

"Jangan nangis lagi. Kita pisahnya baik-baik kok."

"Iya. Balik sana keburu malam."

"Bye."

Setelah memastikan Melora masuk ke dalam rumahnya, Tama menjalankan mobilnya. Jalan yang ia tuju bukan jalan menuju ke rumahnya, melainkan ke arah pusat kota Jakarta. Ia masih enggan untuk pulang ke rumah, karena ia yakin ia akan larut dalam kesedihan jika ia menyendiri di kamarnya. Tama hanya ingin self healing dengan menikmati gemerlap lampu ibu kota.

Lagu galau ia putar untuk menemani perjalanannya. Pergi tanpa tujuan dengan ditemani lagu galau merupakan salah satu cara yang bisa Tama lakukan saat ini. Pikirannya berkelana, mengingat kembali kenangan yang pernah ia ukir bersama Melora. Sungguh hati Tama teriris ketika ia harus menerima kenyataan jika memang ia dan Melora tidak akan bisa bersatu akibat benteng yang terlalu tinggi.

"Tuhann, kenapaaa aku pernah cinta sama seseorang yang udah jelas ga bisa aku milki selamanya." lirih Tama.

Pernah cinta? Iya, pernah. Karena Tama saat ini sedang mencintai orang yang dulu pernah mencintainya. Begitulah perjalanan hidup yang tidak pernah semulus aspal.

Cinta menyatukan kita yang tak sama
Aku yang mengadah dan tangan yang kau genggam
Berjalan salah, berhenti pun tak mudah
Apakah kita salah?

"Anjrit lagu gatau diri, playlist bangsat." ucap Tama emosi, padahal dia sendiri yang memilih playlist itu untuk diputar di mobil. Memang benar otak akan tidak berfungsi sepenuhnya ketika orang sedang emosi.








~~~~~~~~~~~~~~~~

Waktu menunjukkan pukul setengah dua belas malam. Tama masih belum ada di rumahnya. Pikirannya masih berkecamuk, oleh karena itu ia masih melanjutkan night drive tanpa tujuan ini. Tak mau membuat keluarganya cemas, ia telah memberi kabar kepada kakak perempuannya kalo ia akan pulang telat. Sebenarnya Melisa sudah marah di chat, namun Tama tidak menggubrisnya dan tetap melanjutkan perjalanannya.

Beberapa saat kemudian, Anggi menghubungi Tama lewat video call. Awalnya Tama malas untuk mengangkat. Namun Anggi melakukan spam chat dan mengancam jika Tama tidak mau menerima telponnya, maka Anggi akan menjauh dari Tama. Karena ancaman inilah akhirnya Tama mau menerima video call dari Anggi. Handphonenya ia letakkan di alat khusus untuk menyimpan hp saat melihat maps, makadari itu wajah Tama dapat terlihat sepenuhnya.

JUST FRIEND?? || MarkNatama × AnggiMaritoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang