part 9

436 51 14
                                    

"Terus ngapain masih lanjut, Tam?? Percaya deh sama abang, masih banyak cewe yang seiman dan seadat sama kita. Tapi kamu sabar dan tunggu waktu aja." ucap Michael.

"Kalo ga sabar ya udah sama sahabatmu aja." sambung Melisa.

"Oh iya temen deket dia yang sering main ke rumah itu seadat juga, Pii. Boru Simanjuntak kalo gasalah ya, Tam?" tanya Nova.

Anggi lagi Anggi lagi, batin Tama kesal. Semua orang selalu menyangkut pautkan dirinya dengan Anggi. Apakah seistimewa itukah Anggi untuk Tama menurut pandangan banyak orang? Hmm mungkin bisa jadi.

"Oh Papi tauu. Yang putih cantik sama logat bataknya masih fasih banget itu bukan?"

"Nah papi benerr. Si Anggi namanya. Baik dia itu kalo sama orang. Orangnya juga ga yang aneh-aneh. Pintar juga kuliat." Melisa mendeskripsikan Anggi dengan semangat.

"Oalah Anggi. Iya anaknya baik, ramah jugaa. Cara ngomongnya sopan sama orang lain. Ga perlu kau nunggu lama, Tama. Tuhan udah kasih kau jodoh di depan mata masih aja kau tolak." Logat Batak Michael mulai keluar.

"Papi, mami, abang, sama kakak pada kenapa sih? Tama tuh cuma sahabatan  sama dia. S-A-H-A-B-A-T. Ngga ada embel-embel lain." ucap Tama mulai kesal dengan keluarganya.

"Hubungan sahabat antara cewe sama cowo mustahil, Tam. Mungkin kalo cowo emang bener cuma anggep sahabat biasa. Tapi cewe beda. Kau coba pikir mana ada cewe yang ga nyaman kalo diperlakukan spesial sama cowo." Melisa mulai menasehati Tama dengan berbagai kata andalannya yang selalu mampu membuat Tama berfikir keras dan mencermati maknanya.

"Kalo emang bener nih ya Anggi kebawa perasaan, ga kasian kamu Tam sama dia? Abang juga yakin kamu pasti ada rasa dikit sama Anggi." sambung Michael. Jika masalah percintaan seperti ini, kedua kakak Tama kompak menasehati Tama.

Tama menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Rasa sayang as a bestfriend aja, Bang."

Setelah makan malam tadi, Tama kembali ke kamarnya. Karena waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam dan semua tugas sekolah Tama sudah selesai, Tama memilih untuk berbaring santai di ranjang kesayangannya. Ia memikirkan semua perkataan orang tua dan kedua kakaknya. Hubungannya dengan Melora sudah jelas tidak akan bertahan lama, tetapi Tama bersikeras ingin mempertahankan hubungan ini.

Ya, Tama memilih untuk tetap mempertahankan hubungannya dengan Melora. Itu berarti dia harus menepati janjinya kepada Melora untuk menjauhi sahabat perempuannya, yaitu Anggi. Tentu ini bukan keputusan yang mudah. Tama sudah memikirkan matang-matang keputusannya.



~~~~~~~~~~~~~

Tama masuk kelas dengan muka lesu dan tidak terlihat aura semangat di wajah tampannya. Ia berjalan dengan perlahan menuju ke bangkunya, melewati bangku Anggi, tetapi tidak menyapa Anggi sama sekali. Anggi menyadari ada sesuatu yang janggal pada Tama, karena setiap pagi Tama selalu menyapa dan mengejek Anggi dengan berbagai kata andalannya. Tetapi hari ini berbeda.

Anggi berniat menghampiri bangku Tama, namun ia mengurungkan niatnya. Mungkin Tama sedang ada masaah keluarga atau hal lain yang tidak seharusnya Anggi ikut campur.

"Nggi, si Tama kenapa ya? Biasanya kalo pagi dia yang paling berisik. Biasanya muka dia berbunga-bunga banget kek ga ada masala idup." Tanya Elen yang juga bingung terhadap tingkah Tama saat ini.

"Ngga tau tuh. Lagi waras aja kali."

Waktu demi waktu pun berlalu, hingga sekarang sudah menunjukkan jam pulang sekolah. Dari pagi tadi, Tama dan Anggi sama sekali tidak mengobrol dan bercanda seperti biasanya. Teman-teman Anggi mulai curiga terhadap Melora, mungkinkah ia yang meminta Tama untuk menjauhi Anggi? Ketika istirahat pun Tama langsung pergi keluar kelas dan menemui Melora.

JUST FRIEND?? || MarkNatama × AnggiMaritoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang