-dua puluh empat

849 122 9
                                    

jangan lupa vote! 

---

Happy Reading<3

Fiki, Reina, Zweitson, dan Shandy menyaksikan semua perdebatan Fajri dan Chacha melalui layar televisi. Iya, semua itu tersiarkan dan tentu saja seluruh masyarakat Indonesia bisa melihatnya. 

"gila ni cewe beneran gila!" celetuk Zwwitson.

"sumpah ya! ini cewe kalo ketemu gue bakal gue ancurin muka jeleknya, biar tambah jelek!" ucap Reina, ia sedari tadi mengumpati Chacha dengan berbagai macam nama hewan.

Fiki yang mendengar ucapan Reina pun terkekeh, "yakin lo ngelawan orang gila kaya dia? ntar malah lo yang kabur!" 

"enak aja! dia gila sedangkan gue waras, ya jelas menang orang waras lah!" jawab Reina kesal, laki-laki ini sejak tadi terus saja mengomentari dirinya.

Tiga laki-laki di sana tertawa mendengar ucapan Reina, padahal baru pertama kali mereka bertemu tapi gadis ini sudah berkelakuan seakan mereka berteman lama.

Mereka berempat terkejut ketika melihat Chacha melepaskan kaos atasannya, hanya meninggalkan tanktop ketat yang hanya menutupi bagian dada saja. 

"ANJING NENEK LAMPIR" Reina dengan cepat melompat kesamping Fiki dan menutup mata laki-laki itu dengan tangannya, padahal tadi dia duduk di samping Shandy. 

"KOK FIKI DOANG YANG DITUTUPIN?!" ucap Shandy tak terima. 

Reina yang sadar dengan perlakuannnya pun melepaskan tangannya dari mata Fiki.

"e-eh refleks itu bang" 

"iye refleks lo ke Fiki doang" celetuk Zweitson.

Fiki tertawa melihat pipi Reina yang memerah, ia membawa gadis itu ke dalam rengkuhannya. 

"ih apaan si Fik" ucap Reina, ia berusaha melepaskan diri dari Fiki.

"kenapa sih? lo cemburu? gue juga ga minat kali sama  orang gila" ucap Fiki masih dengan tawanya. 

"siapa yang cemburu sih!" kesal Reina. 

"udah diem, daripada gue ngeliatin tv mending gue melukin lo" Fiki tetap menahan Reina dalam rengkuhan tubuhnya. 

Reina tidak lagi berusaha melepaskannya, sudah dibilang, pelukan Fiki sangat nyaman. 

"malu" gumam Reina di dalam pelukan Fiki.

"HAHAHAHAHA bisa malu juga lo"

--

Ricky mendobrak pintu ruangan itu dengan kencang, di sana terlihat Fajri yang sedang diikat di sebuah tiang tanpa menggunakan baju dengan Chacha yang berada di pangkuannya hanya menggunakan tanktop ketat.

"oh shit" Fenly dengan cepat berdiri di hadapan Tiara, agar pandangan Tiara tertutupi oleh tubuhnya.

"CHA! LO KENAPA SIH?!" Farhan menarik Chacha untuk pergi dari pangkuan Fajri.

"APASI LO! LO ITU SAMA AJA KAYA DIA! SAMA SAMA NGEBUANG GUE!" 

"Maksud lo?" 

Chacha tertawa sinis, ia mendekat ke arah Farhan, "lo yang ngebuang gue ke tempat penampungan orang sakit jiwa kan?! dan setiap gue coba masuk kerumah kita semua satpam dan pelayan di sana ga ada yang ngenalin gue, bahkan mereka menganggap gue orang asing!" 

"dan saat itu cuma Fajri yang nerima gue, tapi gue juga ga mau ceritain kebusukan lo bang, but at the end lo semua ninggalin gue! dan lo semua pantas mati untuk itu!" Chacha berlari ke arah Fajri mencekik leher laki-laki itu sekuat tenaganya.

Chacha menatap bengis ke arah Fajri, "sepertinya cara kedua lebih menarik, kalo gue ga bisa milikin lo di dunia, gue bakal lebih mudah bersama lo di neraka, ayo mati bersama sayang"

Pasokan udara Fajri mulai menipis.

Tiara menarik rambut panjang Chacha dengan keras, menjauhkan tangan buruk rupa itu dari tubuh Fajri, Tiara menendang tulang antara betis dan paha Chacha, Chacha memberotak berusaha melepaskan diri dari Tiara.

"KALO LO MAU MATI GAUSAH NGAJAK-NGAJAK ORANG TOLOL!" Teriak Tiara persis di samping telinga Chacha.

Tiara mengepal sebelah tangannya, kakinya menginjak kedua betis Chacha yang sudah tertunduk di tanah.

buk! 

Tiara memukul leher belakang Chacha dengan genggaman tangannya, Chacha langsung tidak sadarkan diri, tidak ia tidak membunuh Chacha, ia masih ingin melihat Chacha tersiksa di dalam penjara. 

Tiara melepaskan genggamannya dari rambut Chacha, nafasnya berderu cepat.

Ikatan tangan Fajri sudah di lepaskan oleh Farhan dan Fenly, "ra.." 

Tiara mendekat ke arah Fajri lalu memeluk tubuh lemah Fajri dengan erat, menumpahkan segala ketakutannya di sana. Fajri mengusap pelan tubuh gadisnya, "maaf ra maaf" 

Fiki, Reina, Zweitson, dan Shandy datang dengan beberapa polisi di belakangnya. Polisi itu segera mengurus tubuh Chacha.

"bentar pak." Ucapan Reina menghentikan kegiatan polisi yang hendak mengangkat tubuh Chacha ke atas tandu. 

srek

srek

Reina mencakar wajah Chacha dengan kuku-kuku panjangnya, ugh dia puas sekali.

"heh udah!" Fiki segera menarik Reina menjauh dari Chacha membiarkan polisi mmelakukan tugasnya. 

"tolong satu perwakilan sebagai saksi ikut saya ke kantor" ucap polisi itu, akhirnya Fenly yang memutuskan ikut bersana para polisi itu karna ia yang menemukan Tiara di perpustakaan.

"ayo ke rumah sakit!" ajak Tiara.

"belum ra gue belum selesai," cegah Reina.

"apalagi sih?" tanya Shandy.

plak

plak

"aduh kenapa si"

"heh lo kenapa"

Reina menggeplak bahu Ricky, dan Farhan, "kenapa harus Tiara yang ngelawan tu nenek lampir hah? guna lo jadi laki apaan?!" 

"itu cewe anjir yakali gue mukulin cewe." Elak Ricky.

"Chacha tetep ade gue ya Rei!" 

"tai, orang gila gitu tetep harus di kasih pelajaran, ngaco banget sih!" omel Reina kepada Ricky dan Farhan.

"sstt heh udah deh lo ngomel mulu dari tadi" Fiki menarik Reina keluar dari gedung itu. 

---

Haiiiii<3
Gimana puasanya tadi? lancar kannn?

Nih udah deh serah kalian Chacha mau kalian apain, kirimin santet juga gapapa!
Sepertinya ini sudah dekat dengan ending hehe.

Make You Mine | UN1TY Completed ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang