28 -Secarik Kertas-

75 18 0
                                    

Alo chingu!!🥰

Vote dan commentnya jangan lupa❤️

***

Setelah menyelesaikan masa skorsnya, disaat matahari masih malu-malu menampakkan rupanya. Wijak sudah menapakkan kaki di atas tanah SKIS. Ia datang lebih pagi untuk membantu petugas kebersihan, kemudian jam istirahat ia harus membantu petugas kantin sehat dan saat pulang kembali bersih-bersih. Sama persis seperti hukuman Kayika sebelumnya.

Wijak membuang nafas sambil mendongak menyisir rambut ke belakang. Sekarang ia disuruh mencabut rumput, berhubung ia selesai menyapu halaman lebih awal. Ia malah diberi pekerjaan tambahan yang sebenarnya merepotkan. Sementara Lanang sedang memilah sampah yang ia kumpulkan tadi.

"Ini rumput dicabut juga bakal tumbuh lagi bangsat, ngapa susah-susah dicabutin segala. Demen bener buat gue emosi nih sekolah. Enggak kepseknya, gurunya, muridnya sampe tukang kebersihannya sama semua." Dumal Wijak dengan gerakan bibir cepat.

"YAAMSYONG! A'A WIJAK?! Lo ngapain main masak-masakan disitu? Sadar umur A', sedih aku tuh liat abang gue gini." Ode baru datang dengan wajah segar sementara cowok di depannya sudah buruk rupa.

"Bacot!"

"Udah selesai masa skors lo jak? Itu mau aing bantu tidak?" tanya Niken.

Seketika sorot binar bermunculan di mata Wijak, "Busett Niken, lo emang partner sejati gue. Boleh-boleh."

"Aing udah bantuin dari tadi. Insyaallah, bantu ngeliatin dan doa yang terbaik."

"Sialan." Sejumput rumput melayang bebas ke arah Niken, namun kalah cekatan dari Niken.

"Cepetan atuh A' diselesaiin, habis itu bersih-bersih. Serius lo buluk banget pagi-pagi." Ujar Ode. Kembali membuat Wijak melemparkan rumput padanya.

"Musnah aja lo berdua sana." Kedua gadis itu tertawa lalu pamit ke kelas. Tinggal lah Wijak seorang lagi. Ia kembali melanjutkan tugasnya sebelum semakin banyak siswa berdatangan.

Wijak mengusap keringat di dahinya, meregangkan badan kemudian meninggalkan tempat itu. Selesai sudah tugasnya, sekarang ia harus pergi membersihkan diri.

"WOY JAK! UDAH BELOM? AYOK LAPOR," Wijak mendongak ke atas.

"Lo kenapa bisa disono Lan?"

"Ya ngelapor lah. Gue udah selesai daritadi." Jawab Lanang. Wijak jengkel, kenapa orang-orang di sekitarnya benar-benar menyebalkan.

"Iye tunggu,"

Langkahnya berpijak di sepanjang koridor. Seperti biasa, murid-murid kelas atas selalu menjadikannya buah bibir. Mungkin karena sudah mulai terbiasa jadi Wijak mengabaikannya.

Ia memasuki salah satu bilik toilet, lalu saat keluar reflek Wijak tak berfungsi seperti biasanya. Karena dia malah diam disaat ia melihat sendiri seorang berpakaian serba hitam melakukan sesuatu pada seragamnya.

"Heh, WOI!" Wijak berhenti mengejarnya, tidak mungkin dia berlari-lari tanpa atasan. Wijak tidak segila Gerald.

Wijak melangkah melihat sesuatu di atas seragamnya. Secarik kertas yang diletakkan orang itu. disana tertulis,

21 Maret 2022
08.00 pm
Datang ke Gedung utama.
Banyak drama dan topeng bermuka.

Melihat isinya Wijak mengernyit, apa maksud dari kertas ini. Ia mengantongi benda itu, ini harus dibicarakan dengan teman-teman yang lain, pikirnya.

***

"Puti-puti melati ali babaa... merah-merah delima pinokio. Siapa yang paling cantik Inces Ode, yang paling jelek Sonya.. YHAAA!!!!" Ode bernyanyi mengompori. Gadis itu berlari-lari kesana kemari sambil terus mengulang lagu itu.

Wajah Sonya sudah merah padam sedari tadi, namun jika bukan karena ia sedang sakit perut. Sudah dipastikan Ode habis hari itu juga.

"Wey, kau suka kali nyari perkara Cemong. Anak orang lagi mau lahiran kau ganggu gitu, nanti brojol disini berabe nduk!" peringat Niken dengan kartu UNO di tangannya. Ia duduk hadap belakang menghadap Wijak juga Lanang.

"Lo jangan ikut-ikutan tomboy!" dengus Sonya meremas perut.

"Bebiso mau dibeliin obat kah? Mau dipijetin nggak?" Tanya Gerald berancang-ancang ingin menyentuh Sonya.

"Berani macem-macem tangan lo putus sekarang!" Gerald langsung ciut. Dia sedari tadi setia duduk di depan Sonya, layaknya seorang lelaki yang sedang menjaga pacarnya.

"Lihat kelasku, penuh dengan Sonya. Ada yang burik dan ada yang jelek. Setiap hari ku lihat semua, ingin ku pukul terus aku-"

BUGH!

Sebuah tas selempang melayang bebas ke arah gadis pendek itu, tepat mengenai wajahnya. "Tas gue anjim!"

"Nah kan, sudah aing bilang. Kepala batu sih." Kata Niken menggelengkan kepala.

"AAAAA MONTOKKK!!!!"

"ODE!" seseorang menyeru keras, membuat Ode langsung kicep, begitu juga yang lainnya. Memusatkan pada satu objek yang sama, Panji Danuartha.

Ode meneguk ludah, semuanya langsung tak berkutik. Ketua kelas mereka sudah murka.

"Aik? Pada kenapa ni! Kesambet apa kalian semua?" heran Kayika yang baru tiba. Meneliti sekitarnya dengan kerutan kecil di dahi.

Kayika menolehkan pandangan pada Panji yang tersenyum ramah seperti biasa, "Darimana Kay?"

"Ah iya, lo sama Aci ikut gue." Ujar Kayika. Panji mengangguk juga Aci yang langsung pergi keluar mengikuti Kayika.

"Lo sih, Kyuubi dalam tubuhnya Panji ngamuk kan." Tuding Gerald pada Ode, gadis itu mengerucutkan bibir.

"Weh iya, gue tadi dapet hal penting banget. Dari perusuh." Ucap Wijak baru teringat.

"Apaan ni?" Tanya Ode. Kemudian dijawab cepat oleh Lanang.

"Bakwan." Plak!

"Tadi gue ketemu perusuh, dan gue dikasi ini. Entah perasaan atau gimana, tapi dia kayak sengaja nyuruh kita dateng kesini." Jelas Wijak bersidekap.

"Kenalan lo sama perusuhnya Jak?" Celoteh Ode yang langsung ditatap tajam oleh teman-temannya, "Iye maap." Lanjutnya langsung sadar.

"Jadi gimana?"

"Yakuy lah. Yakali ga kuy. Emang besok pagi ada apa di gedung utama?" tanya Lanang.

"Ini malem bego!"

***

Jadi aku ingetin lagi ya. SKIS punya empat gedung, tiga gedung kelas 10,11,12 dan satu gedung utama yang isinya kayak ruang eskul, ruang tata usaha, ruang guru dan semacam itu.

/membayangkan luas sekolahnya🤸‍♂️

DAH YA, BABAY❤️🧚‍♀️

SKYHIGH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang