16 -Wangi Rambut-

145 22 108
                                    

ALO OLAA👀👀

Ai balik nih, kangen tidak????

Jangan lupa vote commentnya🥰

Sudah siap? Here we go🤩

***

Keringat panas dingin menjalar di seluruh tubuh Kayika. Jantungnya berdegup kencang, kakinya pun bergetar. Ini sudah seperti masa terakhir hidupnya. Entah apa yang membuatnya merasa takut seperti ini saat berhadapan dengan kepala sekolahnya.

"Kayika Farensca, kelas 11 MIPA D kemudian sekarang menjadi kelas 11 Mipa 7." Kata Pak Louis, kepala sekolahnya membaca selembar kertas yang pernah Kayika temukan sebelumnya. Gadis dengan rambut yang diikat satu itu membasahi bibirnya.

Meletakkan kertas itu lalu menumpu kedua tangan di meja, "Boleh saya bertanya tujuanmu datang kemari tempo hari?" tanyanya begitu tenang, tapi entah kenapa Kayika begitu gelisah.

Kayika merutuki dirinya kemarin, apa Wanji benar-benar mengadu? Semudah itu? Astaga, cowok itu benar-benar susah ditebak.

"Tolong jawab pertanyaan saya."

"I-itu saya-" dua insan di dalam ruangan itu kompak menoleh ke arah pintu.

Kening Kayika mengkerut melihat pria berkumis tipis yang beberapa waktu menjadi wali kelasnya.

"Ada perlu apa Pak Gipto?" tanya Pak Louis. Pak Gipto kemudian masuk kemudian berdiri sejajar dengan muridnya.

"Maaf Pak, saya ingin mendampingi murid saya disini." Gadis seperantaran bahu gurunya itu mengerjap dua kali.

Alisnya mengkerut halus, Pak Louis menyandarkan bahunya, "Kenapa? Saya tidak ada memanggil anda kemari, urusan saya hanya dengan siswi ini."

"Farensca adalah anak murid kelas saya, jadi apapun kesalahan yang telah siswa saya perbuat masih berada dibawah tanggung jawab saya."

"Begitu? Baiklah, saya hanya ingin tahu alasan anak muridmu menyusup ke kantor saya kemarin. Bersamaan dengan hadirnya perusuh itu dan merusak kamera pengintai saya." Pak Gipto menoleh sekilas, dimana disana Kayika menunduk takut.

"Bisa kamu jelaskan nona Farensca? Dan sepertinya kamu sangat tertarik dengan kertas ini?" Selembar kertas kusut diletakkan di atas meja.

"Maaf atas ketidaksopanan saya. Saya ingin tahu bagaimana sistem pembagian kelasnya. Saya merasa beberapa hal janggal, makanya saya menyusup." Aku Kayika masih belum berani membalas tatapan kepala sekolahnya.

"Oh ya? Seharusnya tentang hal itu kamu tanyakan sendiri pada Wali kelasmu itu. Seperti yang dikatakannya sebelumnya, dialah yang bertanggung jawab atas kelasnya."

Perkataan Pak Louis barusan membuat Kayika semakin tak mengerti. Apa semuanya ulah Pak Gipto? Apa-apaan ini?!

***

Pintu besar itu tertutup bersamaan dengan dua orang yang keluar. "Loh Claode, kamu disini?"

Cewek mungil itu mengangkat pandangannya, "Pagi pak." Sapa Ode yang dibalas senyum singkat tepukan di bahunya.

"Kalau begitu bapak duluan ya."

"Tapi pak saya-"

Pak Gipto batal melangkah, kembali membalik badan dengan wajah seakan bertanya. "Ah, kalau kamu mau bertanya tentang masalah tadi, nanti saja. Saya ada urusan." Ucapnya seakan tahu isi pikiran Kayika.

"Pak..."

"Sudah, sana kalian kembali kelas. Bel akan berbunyi."

Ode yang tidak tahu menahu hanya planga-plongo. Melihat Kayika mendengus ia pun bertanya, "Kenapa si?"

"Nanti gue ceritain. Btw, thanks ya udah ngasih tau Pak Gipto. Gue jadi enggak sendirian disana, sumpah serem." Hardik Kayika sambil merangkul Ode. "Enggak nyangka otak lo ternyata masih bisa gerak, gue kira udah kabangan."

Gadis dalam rangkulannya itu mengernyit, "Gue enggak ada ngasih tau Pak Gipto jir, malah gue kaget lo keluar bareng pak kumis."

Lekukan bibir Kayika perlahan lurus, "Lah? Kirain elo, terus gimana Pak Gipto bisa tau gue disini."

Kedua gadis itu saling bertukar opini, tanpa tahu seorang laki-laki dengan kaos hitam dibalut seragam putihnya itu tersenyum miring.

****

Sekantong belanjaan mendarat mulus di atas meja kantin, di hadapan cowok yang entah kenapa menggunakan kacamata saat itu.

Cowok itu mendongak meletakkan kamera kecil yang diotak-atiknya sedari tadi, mengambil air minum dan meneguknya.

"Kenapa?" Tanya Wanji, menyadari perbedaan aura kehadiran Kayika tak seperti biasanya.

"Lo yang ngelaporin gue kan? Tadi gue dipanggil kepsek gara-gara yang kemarin."

Wanji menghela, "Lo bego natural apa dibuat-buat sebenernya? Lo enggak tau disana ada kamera pengintai? Bisa keliatan darisana." Mulut gadis itu terbuka, wajahnya cengo. Ia juga baru sadar benda yang diotak-atik cowok itu adalah milik kepala sekolah.

Tetapi otaknya merespon sesuatu, "Terus yang dulu kenapa bisa enggak ketahuan?"

"Gue hapus videonya." ucap Wanji. Mendengar itu Kayika speechless, cowok ini menepati ucapannya. Entah kenapa ia jadi ingin tersenyum.

"Btw, Lo nggak marah?" Kayika bertanya dengan hati-hati.

Lelaki berkacamata itu bersandar pada kursi, menatap Kayika menelisik. "Kapan gue marah?"

"I-itu waktu di uks." cicit Kayika.

Wanji terkekeh kecil, melepaskan kacamatanya. "Repot, enggak ada yang gue babuin."

Gadis itu mencibik diam-diam, ia menarik pujian tadi. Laki-laki di depannya ini tetap menyebalkan.

"Duduk sini." Suruh lelaki itu menarik kursi di dekatnya, lalu menepuk benda itu mengisyaratkan agar Kayika mendekat.

"Mau ngapain?"

"Sini!" titah Wanji tidak langsung menjawab. Kayika menurut, lalu mendekat ke tempat Wanji berada. Menempati tempat duduk yang diperintahkan.

Menyibak rambut Kayika yang tergerai ke belakang, Wanji cowok itu menempatkan kepalanya di bahu sempit Kayika. Menyebabkan gadis itu mematung dengan pikiran kosong.

"Gue pernah suruh lo baca novel waktu itu kan? Gue mau lo certain sekarang, gue capek." Kata Wanji pelan, menutup mata.

"I-iya." Sial! Kenapa Kayika tiba-tiba gagap.

"Ngomong-ngomong..." Kayika melirik melalui sudut mata. "Wangi rambut lo, gue suka."

***

Mau bilang apa dulu nih?🤣🤪

Definisi Wanji sejauh ini?😋

Hihi, stay healthy semua🥰🧚‍♀️

SKYHIGH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang