60 -Drama Pulang Sekolah-

85 13 1
                                    

Jangan lupa vote commentnya chingu🥰✨

***

"HEH BATU! NGAPAIN LO SAMA BINI GUE, NGAPAIN?!" Tiba-tiba saja Gerald datang merusuhi Sonya dan Arsya yang sedang berbicara. Dia berdiri di antara dua remaja itu sambil memberikan tatapan menghunus pada Arsya.

Karena kejadian malam lalu, sekolah jadi diliburkan beberapa hari. Tentu hal itu sangat menggemparkan, bukan hanya di SKIS namun di masyarakat juga. Segala protes dan iming-iming mulai berdatangan. Syukurnya hal itu masih bisa dikendalikan walau masih banyak yang berlebihan.

Dan berita lain, Louis sudah ditangkap dan yang terlibat dalam aksi penculikan itu juga berhasil ditahan. Pihak berwenang memang sedikit kewalahan karena kedudukan yang mereka punya. Namun keadilan tetaplah keadilan. Berani berbuat, berani juga menerima.

Hari ini adalah hari pertama sekolah dibuka setelah tujuh hari dikosongkan. Masih banyak wartawan dan orang-orang yang sengaja datang untuk mengorek informasi dari beberapa siswa, untungnya Ayah Sergio—Oji memberikan bantuan untuk menanganinya.

"Lo apaan sih?!" sungut Sonya.

"Diem!" bentak Gerald pada Sonya. "Lo mau ngapain lagi hah? Ganti target ngerecokin pacar gue sekarang lo,  jangan coba-coba ye. Sebelumnya lo emang berkuasa, tapi enggak sekarang, lo kira gue takut sama lo?"

Arsya menatap Gerald meneliti, memandangnya dari ujung rambut sampai kaki. Lalu terakhir membalas tatapan Gerald dengan alis terangkat. Dipelototi begitu Gerald menelan ludah, "Y-ya takut lah, makanya jangan nyari masalah sama gue!"

"Saya enggak tertarik sama pacarmu, dia banting harga juga saya enggak berminat," ujar Arsya membuat Sonya mendelik.

"Lo tadi niat minta maaf gak? Akhlakless banget jadi orang," dumal Sonya yang kemudian langsung tersadar. Arsya meliriknya datar.

"Blegug sia anjir! Lo juga walau banting tulang Bebiso gue gamau sama lo!"

"Apa nih yang banting-banting?" Ode tiba-tiba sudah berada disana, bersamaan dengan teman-temannya yang lain juga Sergio. Dengan memegangi tali ranselnya, ia menatap bergantian tiga orang itu seperti anak kecil.

"Kenapa lo Sya?" tanya Sergio menghampiri Arsya.

"Lo kasih tau temen lo tuh, kenapa malah recokin cewek gue. Di kelas lo kan banyak tuh cewek cakep malah lo judesin, giliran Sonya burik gini lo pepet. Mau lo apa sih, batu?!"

Mendengar penuturan Gerald, Arsya jadi memutar otak. Dia yang kurang tanggap atau memang Gerald yang tidak cakap berbicara?

"Sini gak lo?!" geram Sonya bersiap menghajar lelaki itu. namun sebelum itu terjadi Gerald langsung bersembunyi di balik tubuh kecil Ode.

"Yaampun beb, salah terus aku dimata kamu. Kan kalo aku bilang kamu cantik dia makin mepetin kamu tuh, gimana sih. Jangan sampe ketularan bego aku juga dong. Bibit keturunan Angkara terancam tercemar nanti," ucap Gerald mengintip dari balik badan Ode yang sebenarnya percuma.

"Apa bibit-bibit?! Sini lo! Gue diemin malah ngelunjak ya lo!"

"Pacar kamu lah, lupa ya?" Gerald masih membalas.

"Lupain aja Nya biar seru," Wijak menyahut.

"Heh Jak! Gelud hayu gausah ngode,"  Gerald berkacak pinggang.

Kayika menggelengkan kepalanya. Melihat air muka Arsya sepertinya ia tertekan. "Udah heh, kapan ini jadi jengukin Aci?" tanya Kayika sebelum temannya semakin ngelindur.

"Lah, iya lupa." Gerald menepuk jidat.

Dengan tangan terlipat, Sonya melirik Gerald sinis, "Semua juga lo lupa, kenapa gak sekalian lupa napas? Lebih bermanfaat kalo kayak gitu."

"Kalian duluan aja, saya mau mampir dulu," ujar Arsya.

"Lah tapi kan lo yang bawa mobil lo sama anjir, gimana caranya kesana?" beo Lanang.

"Kalian bawa aja mobilnya, saya make motornya Sergio. Lagian Wanji juga bentar lagi dateng, dia juga bawa mobil," jawab Arsya. Ia menadahkan tangannya pada Sergio meminta kunci, tanpa berkomentar Sergio langsung memberikannya.

Saat itu juga Wanji terlihat berlari kecil ke arah mereka. "Yaudah kalo gitu bagi dua, sebagian di mobil Wanji sebagian lagi di mobil Arsya," ujar Kayika.

"Lo berdua duluan deh. Kayaknya Aci lagi sendiri disana," ujar Sergio.

"Lah kenapa gitu? Barengan aja sih, emangnya kenapa?"

"Tau lo Ser, mana muat kita satu semua mobil. Udah bagus dibagi dua," Wijak ikut menimpal.

Sergio tiba-tiba menyenggol Ode dengan sikunya, gadis itu mengernyit ke arahnya, Sergi lalu memberi isyarat melalui matanya. Namun Ode tetap Ode, manusia dengan sel otak paling lemot.

"Ngapain lo nyenggol-nyenggol Inces?" Sergio melotot terus mengisyaratkan agar cewek ini mengikuti rencananya. Ia memiringkan badannya sedikit lalu berbisik, "bantuin gue biar Kayika bareng Wanji!"

"AH!" Ode berteriak disaat Sergio masih berdekatan dengannya. Lelaki itu reflek menjauh. "Lo berdua beli buah kek apa kek, yakali tangan kosong. Biar kita-kita yang duluan kesana."

Kayika sepertinya tahu maksud dari gadis cerewet itu.

"Lo pikir muat apa?!" Wijak geregetan, dia tak mengerti yang terjadi saat itu.

"Muat! Mobil orang kaya hih."

***

"Kedua kalinya lo make orang dalem," dumal Kayika bersidekap di kursi depan.

Lelaki itu menghela napas, "Terserah lo, gue jelasin juga lo gak percaya."

"Iyalah! Btw, buah tangannya pake uang lo dulu, gue miskin."

"Lah kan temen—" Wanji batal melanjutkan protesnya disaat Kayika melayangkan tatapan maut padanya. Dengan berat hati Wanji menyetujuinya. "Gini banget pdkt-in cewek," gumam cowok itu yang setelahnya langsung melajukan mobilnya.

Di lain tempat, dalam satu mobil milik Arsya Louis keadaannya benar-benar terasa kacau. Ricuh penuh dengan lontara kalimat dosa dari penghuninya.

"SAPE NIH YANG BILANG MUAT HAH?! KELUAR LO SEKARANG!" teriak Wijak terhimpit oleh Sonya juga Lanang.

"Muat sebenernya kalo si cemong duduk di atap mobil," jawab Sergio.

"HEH INI ULAH LO JUGA YA!"

***

Gadis berambut pendek yang terduduk di atas brankar itu menatap sekelilingnya dengan pening. Ruang inapnya seketika sesak setelah petugas kepolisian meninggalkan tempat. Setelah memberi kesaksian dia tidak lagi mengeluarkan suara apapun, hal itu percuma karena teman-temannya sudah banyak bicara. Doakan saja pasien lain tidak terganggu karenanya.

"Kayika sama Wanji mana dah? Beli parcel kok lama banget dah," celetuk Niken bertanya.

Disaat itu pula pintu tergeser dengan keras, menampilkan wajah tertekuk Kayika dengan sebuah parcel di satu tangannya. Aci langsung berpikir ini ulah temannya yang menyatukan dua insan itu.

"Lo kalo mau ngamuk kira-kira dong, udah tau sendirinya biang sial," ujar Wijak yang sedang mencomot cemilan di sofa.

"Bodo amat!" sungut Kayika melangkah masuk. Gadis itu meletakkan parcel tersebut di meja sebelah brankar Aci, "selamat bangun putri tidur," sindir Kayika.

Aci memutar matanya malas. Ia melihat ke arah lain, namun matanya berhenti pada pintu keluar. Rasanya ada sesuatu yang mengganjal. Dia tidak terlalu memikirkannya, selain itu pikirannya juga terpecah karena suara Niken.

"Lo kenapa sih Mong?"

Aci menatap Ode yang terlihat memusatkan atensi padanya. Seperti anak kecil yang penasaran akan sesuatu yang baru. Aci mengangkat sebelah alisnya pertanda bertanya.

"Gue mau nanya deh, Aci waktu koma gentayangan gak sih?"

"Lihat, hemogoblogin sudah menyebar sampai stadium empat," ujar Lanang menggelengkan kepala.

***
See youu🧚‍♀️

SKYHIGH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang