24 -Pertengkaran Dua Kelas-

94 18 104
                                    

Jangan lupa Vote commentnya yoo🥰❤️

Met baca🤩

***

"Ada apa Ren?" Mendengar panggilan Kayika, Rena membalik badan dengan wajah yang gadis itu sulit artikan.

"Gue mau minta sesuatu sama lo."

Kedua alis Kayika terangkat, "Apa tuh?"

"Jauhin Wanji."

Kayika membeku sesaat, "Gue mohon ini demi lo berdua. Kelas lo sama kelas-kelas lain itu enggak akur. Gue enggak mau Wanji malah dibully sama temen-temennya gara-gara sering ada di deket lo."

Kayika semakin bimbang saat Rena meraih sebelah tangannya, "Mungkin lo enggak sadar kalo dia cuman mainin lo, lo itu polos Kay."

"Tapi gue rasa dia enggak gitu." Kayika mengelak. "Lagian maksudnya dimainin apaan, gue sama dia enggak ada apa-apa."

"Ya kalo emang enggak ada apa-apa ya bagus, gue khawatir aja." Kayika terseyum memaksa, agak resah. "Karena sebelumnya Wanji bilang suka sama gue."

***

"WOY WOY ADA APAAN NIH???" Kayika, Niken juga Ode menerobos kerumunan siswa itu. Bukan tanpa alasan, tetapi mereka mendengar bahwa dalam kerumunan itu Wijak juga Lanang ikut andil.

"Jak, Lan?! Lo berdua ngapain woi? JAK!" lerai Niken memegangi Wijak smentara Ode dan Kayika mencoba memisahkan Lanang. Kedua temannya itu, mereka sedang terlibat baku hantam dengan dua anak kelas atas.

"LEPAS ANJING! NI BOCAH HARUS GUE KASIH PELAJARAN." Wijak memberontak hingga Niken berhasil terhempas ke belakang. Wijak tidak dalam mode bersabarnya, dia kehilangan kendali.

"Heh kalian pada kenapa sih? Sabar Jak, Lan." Lerai Kayika mencoba halus.

Bukannya menurut, keempat cowok itu malah saling membabi buta. Ditambah lagi erangan dari siswa yang ditendang kakinya oleh Wijak sangat memilukan.  Kerumunan orang-orang ini benar-benar tak berguna, mereka hanya mendokumentasikan dan menyaksikan kosong pergulatan itu.

"Duh gue panggilin yang lain aja ya??" Ode kelimpungan.

"WOE MINGGIR KASI JALAN!! GUE CIUM TAU RASA LO PADA!" Suara Gerald terdengar bersamaan dengan hadirnya gerombolan anak Sesmit tampak membelah sisi kanan. Dan lebih sengit lagi, sisi kiri juga menampakkan empat cassanova dan anak tingkat satu.

Dalam sekejap suasana hening ditengah pergelutan Wijak, Lanang dan dua anak kelas atas.

"Berhenti." Titah Arsya dengan nada datarnya. Namun adegan hantam menghantam itu tak juga terhenti.

Hingga akhirnya lelaki tampan itu mendekat lalu melayangkan pukulan keras pada Wijak kemudian menarik kerah Lanang yang awalnya menduduki salah satu anak Mipa 1 itu lalu melakukan hal yang sama seperti Wijak.

"HEH SYAITON! Berani-beraninya lo gituin temen gue!" marah Gerald hendak membalas, namun Sonya mencegahnya. "Jangan bertindak bodoh sekarang." Bisik Sonya.

Arsya menatap dua teman sekelasnya yang tepar di bawah kakinya, kemudian mengangkat pandangan pada anak-anak kelas Mipa 7. "Kalian kalau masih mau dianggap pantas disini, setidaknya jangan mengganggu ketenangan orang yang lebih tinggi dari kalian."

Wijak bangkit langsung mencengkram kerah Arsya, amarahnya begitu kentara hingga wajahnya turut memerah.

"Lo tau yang namanya salah nggak hah? Manusia kayak lo cuman berani berbuat tapi enggak berani nanggung kesalahan dan akhirnya sembunyi di balik kuasa. Lo kira lo siapa?" desis Wijak tepat di depan wajah Arsya.

Arsya melepas paksa cengkraman pada seragamnya, merapikan bekasnya sembari bersuara. "Kalian bahkan tidak mengetahui siapa saya. Sebagai ketua osis saya bertanggung jawab atas keamanan dan ketertiban di wilayah saya, jadi jika kalian berani berbuat seenaknya, jangan harap saya berlaku baik."

"Heh maneh minta ditabok ayok sini jangan pake ngode segala." Gerald kembali ingin menerjang Arsya, kali ini Aci turut membantu Sonya menghadanginya.

"Kendalikan emosimu, kalian para anak kelas terakhir sebaiknya menjaga sikap. Dari segi akademik kalian seharusnya sudah keluar dari SKIS. Jangan sampai etika kalian juga turut ikut rendahan sehingga tidak ada alasan lagi kalian bisa menetap disini." Ujar Arsya mengakhirinya dengan senyum tipis meremehkan.

"Apa yang kalian lihat? Bubar! Jangan sampai kalian tertular virus yang mereka bawa." Perintah Arsya pada yang lain. "Mungkin saya harus membeli seragam baru. Kau benar-benar membantu kebingungan saya dalam menghabiskan uang saku."

Arsya juga ketiga temannya ikut membubarkan diri. Sebelum itu Wanji sempat-sempatnya melirik cewek bersurai panjang di sebelah Lanang, cowok itu menyembunyikan senyum kecilnya barulah dia mengikuti teman-temannya yang lain.

"Liat aja yang bakal gue lakuin... Argh! that's jerk!" umpat Wijak mengepalkan tangan. Urat-uratnya terlihat menonjol belum lagi rahangnya yang mengeras sempurna. Wajah konyol biasanya seakan bukan lagi jati dirinya.

***

"Ash.."

"Udah tau sakit malah nyari perkara." Omel Niken bersidekap, memandangi dua temannya yang ditangani oleh Ode juga Kayika. "Kasian itu muka udah brecek jadi gak berbentuk."

"Bacot!" mereka semua mengelilingi brankar tempat Wijak juga Lanang. Entah apa gunanya, yang pasti mereka semua penasaran.

"Kenapa bisa gitu? Ada masalah apa?" kali ini Aci bertanya.

"Mereka ngehina adik gue. Ya gue lawan" Jelas Wijak yang langsung membuat tangan Kayika melayang, terhenti karenanya.

"Lo punya adik? Lah eta, baru tau." Wijak membalasnya dengan berdehem.

"Terus Lanang malah ikut bantuin gitu?" tanya Aci lagi.

"Ya gimana gue bisa diem sementara Wijak dikeroyok dua orang." Aku Lanang diikuti desah berat Aci.

"Kalo dilihat-lihat kalian yang bakal disalahin. Karena kalian nonjok duluan, bukannya gue udah bilang hati-hati? Ada waktunya kita gerak, tapi jangan sekarang." Ucap Aci.

"Lo tau gimana rasanya ketika keluarga lo ikut terseret sementara kita gak ada berbuat apapun?! Lo mana ngerti, yang lo pikirin itu diri lo sendiri, nilai dan peringkat. Lo bahkan sebelumnya enggak pernah peduli sama temen lo yang lain, gue ragu lo pernah nganggep kita temen atau enggak."

Wijak menjeda kalimatnya, tersenyum miring, "Orang kayak lo nggak mau turut campur. Cuman omdo, lo cuman ngeliatin tanpa ikut bantu apapun, dan seandainya kita berhasil lo bakal sok bahagia seakan ikut andil sebelumnya. Bullshit!"

"Jak!" Kayika memperingati.

Tak ada perubahan apapun dari ekspresi Aci. Gadis itu diam. "Iya, gue memang mentingin diri gue sendiri. Gue nggak munafik. Kenyataannya semua manusia punya pikiran untuk membuat dirinya sendiri bahagia, setulus apapun dia." Ujar Aci menunduk.

"Tapi gue masih punya harga diri. Lo bilang lo marah saat adik lo dihina kan? Sekarang lo hina gue yang bahkan cuma memperingati demi kebaikan lo, secara enggak langsung lo sama aja kayak mereka." Aci keluar ruangan dengan nada kecewa.

"Jak lo kok ngomong gitu sih? Lo kelewatan tau nggak?"

"Jak, gue tau lo masih kesel, tapi jangan lampiasin sembarangan. Kata-kata lo nyakitin." Gerald ikut menimpali Sonya.

Semua kemudian menghening dikala ponsel milik Panji bordering. Mereka memusatkan atensi pada ketua kelasnya itu. Menunggu Panji selesai dengan panggilan yang sepertinya cukup serius, dapat dilihat dari perubahan mimik wajahnya.

"Dari Pak Gipto, katanya Wijak sama Lanang dipanggil ke ruang kepsek."

***

Stay healthy semua!!🥰❤️

Ikutin terus ya🤪🥺

See you🧚‍♀️

SKYHIGH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang