30 -Taruhan-

69 19 0
                                    

Alo lagi♥️

Huuu baru bisa up:(

Jangan lupa vote commentnya😘

***

"Ada urusan apa kalian disini?" Arsya membuka suara, terdengar tidak suka.

"Enggak tau malu emang lo pada, ngerecok mulu. Sekarang nyusup berjamaah, mau ngemaling?" Hao menyela.

"Saya tidak suka disela saat berbicara." Ucap Arsya yang langsung membuat Hao diam.

"Apa kalian enggak tau peraturan? Gimana kalian bisa masuk disaat puluhan penjaga berjaga?"

Wijak mendecih, "Ngaca anjing, lo juga ngapain malem-malem disini. Peraturan yang tertulis, siswa tidak boleh berada di lingkungan sekolah usai jam sekolah tanpa alasan yang logis. Lo pada ngapain di ruang teater?"

"Kalau kamu kepo. Kami disini untuk belajar, alasan yang logis bukan? Lagipula kepala sekolah udah ngijinin. Sekarang giliran kalian, apa alasan kalian disini?" Arsya kembali bertanya.

"Gila, ngambisnya nggak ngotak. Kompak bener sekelas." Celetuk Gerald, langsung dihadiahi pelototan Sonya.

Karena sepi, suara Gerald terdengar oleh semua orang. Arsya sampai terkekeh meremehkan.

"Sebenarnya cuman kelas kalian yang bersantai disaat test akhir semester tiba. Bukannya belajar, kalian malah merusuh di sekolah."

"Biasalah, mereka kan goblok, otak nol. Mana mikir tentang nilai. Mereka aja udah jadi anak buangan," Timpal Alvian.

"Hahaha, emang bener sih. Udah goblok, nyusahin, hidup lagi. Berkumpul satu kelas, beban SKIS emang kalian," Ujar Lisa.

"Heh! Tuh congor mau gue cabein nggak? Kayak paling bisa aja lo dih?" Ode langsung buka suara saking gemasnya.

Selanjutnya Niken menambahkan,"Tau darimana lo pada tentang kita-kita? Lucu gitu ya, kenal kaga tapi berani nilai sembarangan."

"Mikir lah, lo enggak mungkin ada disana kalo emang nilai lo tinggi. Goblok kok dibagi-bagi." Balas Hao mencibir.

"Maneh minta digebug. Enggak usah banyak gaya, lo bukan fisika!" balas Gerald.

"Weii, ngapa jadi saling ngatain anjir?" Sergio menengahi.

"Kamu kenapa? Yang mereka bilang itu semua benar, kamu jangan bela mereka. Biarin mereka biar sadar diri." Jika sudah begini urusannya, Sergio mending diam. Kalimat panjang Arsya itu hal keramat.

"Udahlah guys, jangan dilanjutin." Wanji ikut melerai.

"Kamu juga kenapa ikut-ikutan?" Heran Arsya.

"Jangan mentang-mentang Kayika disana lo malah bela mereka ya. Wanji, lo itu kena pelet apa gimana sih? Jelas-jelas mereka salah." Ucap Rena.

"Tap-"

"Kalian mau taruhan?" Semua menjatuhkan atensi pada Aci. "Saat test akhir nanti, kelas kami akan menyabet nilai tertinggi dalam setiap mapel, setidaknya minimal empat dari enam pelajaran utama. Gimana?"

Tawa remeh Arsya terdengar, "Kamu mau bertaruh atau mempermalukan diri?"

"Heh kalo takut tinggal bilang, banyak basa-basi lo jadi cowok." Ucap Wijak.

"Untuk apa saya takut dengan kalian? Dengan senang hati saya menerimanya."

Wijak tersenyum miring, "Kalo kami menang, kalian harus umumin di depan seluruh SKIS kekalahan kalian, gimana?"

SKYHIGH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang