Chapter 2 : The Opposite

876 93 2
                                    

Jaemin masih terdiam di tempatnya, membeku seolah waktu berhenti berputar. Ia mulai tersadar ketika Hyunjin mendorong Jeno dengan keras hingga menabrak tembok dan mencengkeram erat kemeja Jeno. Jeno hanya tertawa dengan senyum yang meremehkan. Hal itu membuat Hyunjin melayangkan pukulannya telak hingga kepala Jeno menoleh ke samping. Namun senyum meremehkan Jeno tetap terpasang, tak terpengaruh apapun sekalipun Hyunjin sudah menatapnya dengan muka garang.

 Namun senyum meremehkan Jeno tetap terpasang, tak terpengaruh apapun sekalipun Hyunjin sudah menatapnya dengan muka garang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lo anak baru aja belagu!"marah Hyunjin dengan suara keras. Jeno hanya melengos mendengarnya.

"Hah, suka-suka gue dong. Lo nggak berhak atur gue,"seru Jeno dengan tatapan mata tajam membuat Hyunjin siap melayangkan tinjunya lagi. Jaemin yang sempat terjatuh segera bangkit menarik tangan Hyunjin dan menghentikannya. Hyunjin menoleh padanya dan Jaemin menggeleng pelan.

"Nggak usah diladenin,"kata Jaemin dengan wajah datar. Hyunjin melirik pada Jeno emosi lalu membanting Jeno hingga ia nyaris tersungkur ke samping.

Jaemin segera membantu Haechan berdiri dan mengantarnya ke UKS. Jelas Haechan tidak mungkin bisa berjalan sendiri. Ia memapah Haechan yang tampak kesakitan. Beruntung ruang UKS satu lantai dengan kelas mereka sehingga Haechan tidak perlu naik turun tangga.

Hyunjin melengos hendak kembali masuk ke kelasnya ketika tatapannya mengarah pada buku berbahasa inggris yang terbuka di lantai lorong. Ia memungut buku itu hendak membawanya ke kelas. Ia menatap Jeno penuh dendam sebelum melangkah masuk ke kelasnya. Meletakkan buku itu di meja Jaemin. Yah, siapa lagi yang akan membaca buku macam itu selain Jaemin di kelasnya.

Dokter di UKS mengobati Haechan dengan hati-hati. Sesekali Haechan tampak mengerang kesakitan ketika Dokter menekan wajahnya terlalu keras, membuat Jaemin ikut meringis. Luka Haechan tidak begitu parah sebenarnya. Rupanya pertengkaran tadi tidak separah yang ia bayangkan. Tapi melihat kelasnya yang biasa tenang kini muncul perkelahian untuk pertama kalinya membuat ia sedikit khawatir. Apalagi semua itu dipicu oleh Jeno, murid baru yang bahkan baru 2 hari menginjakkan kaki di sekolah ini.

Jaemin teringat kata-kata Renjun siang tadi. Mau tak mau ia mulai mempercayai gosip yang diceritakan Renjun. Masalahnya, Hyunjin itu mudah sekali tersulut. Mungkin saja 2 orang yang sama-sama keras kepala itu akan sangat sering berkelahi. Memikirkannya saja ia sudah pusing. Jaemin tak suka keramaian. Karena itu saat istirahat ia lebih suka mendekam di perpustakaan atau taman samping bangunan sekolah yang sepi. Bunyi gemericik air kolam sangat menenangkannya.

Haechan bergerak ke salah satu kasur kosong dan berbaring disana. Dokter menyarankannya istirahat sejenak sampai pusingnya hilang. Efek kepalanya yang sempat terbentur lantai tadi. Jaemin bergegas mendekatinya.

"Haechan, sebenernya ada apa sih?"tanya Jaemin penasaran. Ia menahan diri sejak tadi sampai temannya itu selesai diobati. Haechan menghela nafas kasar, terlihat frustasi.

"Astaga, si anak baru itu parah banget, Jaem. Aku cuma ngajakin dia ke kantin. Kamu tahu sendiri kan, maksudku mau nemenin dia sekalian gabung sama temen-temen kita. Biar dia nggak sendirian dan bisa berbaur. Tapi dia justru jawabnya nyolot, sampai Hyunjin datengin kita. Kamu kan tahu cara ngomong Hyunjin itu kayak gimana. Kita mah udah hafal dia emang suka ngegas kalo ngomong, tapi maksud dia bukan buat ngajakin berantem. Lah si Jeno langsung nonjok Hyunjin. Gila kali tu bocah,"marah Haechan sambil sesekali meringis karena sudut bibirnya sedikit bengkak terkena pukulan.

Puzzle Piece [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang