Chapter 5 : The Beginning

542 87 1
                                    

"Sahabat tak akan menghilang saat masalah datang, tapi menggandeng tanganmu dan menghadapinya bersama-sama." – Anonymous

***

Jaemin kembali dari ruang guru di lantai 5. Hari ini ia tidak ke perpustakaan karena wali kelas memanggilnya. Olimpiade Matematika akan diadakan sebentar lagi. Sebagai perwakilan sekolah, Jaemin harus mempersiapkan banyak hal.

Jaemin mengernyitkan dahinya melihat Yangyang yang berlari terburu keluar dari kelas. Peluh tampak memenuhi wajahnya tetapi anak itu tetap berlari secepat yang ia bisa. Jaemin pikir Yangyang sedang terburu-buru jadi ia lebih memilih kembali ke kelasnya. Ia duduk di bangkunya dan membuka buku catatan, menuliskan segala sesuatu yang perlu ia persiapkan dan pelajari untuk olimpiade. Namun laju lari Yangyang yang menimbulkan derap kontras di koridor membuatnya mengalihkan pandangan. Tak lama Yangyang kembali berlari keluar dan disitulah Jaemin merasa ada yang tidak beres.

Jaemin melangkah keluar kelas, menunggu Yangyang di depan pintu kelasnya. Anak itu pasti akan lewat di depannya nanti. Benar dugaannya, Yangyang tampak berlari ke arah kelasnya. Bahkan ia tak menyadari keberadaan Jaemin apabila ia tak menarik tangan Yangyang untuk menghentikannya.

"Sebentar Jaem, aku buru-buru,"katanya sembari melepas paksa genggaman Jaemin. Ia lantas berlari menuju kelasnya lagi dan Jaemin mengikutinya dari belakang. Apa yang tengah menimpa Yangyang membuatnya mematung di tempat. Felix, Jeno, Chani, dan Seungmin tampak mengelilingi salah satu sahabatnya itu. Jeno memukulnya berulang kali dengan roti yang tadi dibawa Yangyang.

"Ini coklat, kita kan minta stroberi, lo tuli hah?"bentak Jeno sambil mendorong tubuh mungil Yangyang membuatnya beringsut. Badannya sedikit gemetar.

"Tadi kan katanya....disuruh ganti...coklat,"kata Yangyang yang langsung mendapat toyoran kepala dari Felix.

"Kapan? Lo ngimpi kali,"celetuk Felix. Beberapa siswa di kelas melengos, tak berani ikut campur. Mereka jelas tahu, Felix dan teman-temannya tengah mempermainkan Yangyang. Jelas-jelas tadi mereka mendengar Jeno menyuruhnya membeli roti kacang, lalu ganti almond, lalu ganti greentea, lalu coklat, sekarang berganti lagi menjadi stroberi. Hal itu membuat Yangyang bolak balik kantin sampai 4 kali. Seragam anak itu bahkan sudah basah kuyup. Sudut bibirnya berdarah karena pukulan Jeno saat Yangyang kali pertama menolak. Anak berhati lembut itu mudah sekali takut. Renjun juga sedang tidak masuk karena sakit hari ini. Jadilah tak ada seorang pun yang membelanya.

"Heh jawab kalo ditanya!"bentak Chani membuat Yangyang terkejut dan semakin ketakutan di tempatnya. Tangan Jeno terangkat hendak memukul Yangyang. Yangyang bahkan sudah pasrah dan menutup matanya.

Namun seseorang menahan tangan itu. Jaemin, dengan berani ia menahan tangan Jeno dan menarik Yangyang ke belakangnya. Ia menghentak tangan Jeno sekuat tenaga hingga Jeno sedikit terbanting ke kanan. Belum pernah ada yang melihat kemarahan Jaemin. Ia lebih sering diam dan bersembunyi di balik buku. Walaupun wajahnya tetap datar, tetapi itu justru lebih menakutkan.

"Aku tahu kamu lebih kuat dari yang lain. Tapi bukan berarti kamu bisa tindas orang seenaknya,"kata Jaemin marah. Jika ini Renjun, kata-kata kasar pasti sudah terlontar. Jeno melengos mendengarnya dan memasang wajah meremehkan.

"Nggak usah ikut campur! Atau lo mau kita tindas juga?"ancam Jeno sembari menatap tajam mata Jaemin. Hatinya berdesir. Selalu begitu, ada sesuatu yang berbeda tiap kali ia menatap manik mata Jaemin. Mata itu familiar baginya. Membuat dirinya ragu untuk sejenak. Namun Jeno dengan ego yang setinggi langit, menepis hal itu jauh-jauh.

Jaemin tetap mempertahankan wajah datarnya. Ia sama sekali tidak takut pada Jeno. Ia paling benci keramaian, apalagi perkelahian. Jadi ia tak menggubris kata-kata Jeno dan menarik Yangyang pergi dari sana. Felix tertawa di tempatnya lalu menarik tangan Jaemin, mencegahnya untuk berbalik dan memukul rahangnya kuat-kuat membuat semua orang memekik. Ia memukuli Jaemin dengan kasar bahkan menendang perutnya dengan brutal. Jeno tak tinggal diam, ia juga melakukan hal yang sama. Yangyang berusaha melindungi Jaemin walaupun berakhir dengan ia juga terkena banyak pukulan. Karina, seorang siswi di kelas berlari keluar memanggil guru.

Puzzle Piece [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang