"Daun yang jatuh tak pernah membenci angin. Dia membiarkan dirinya jatuh begitu saja. Tak melawan, mengikhlaskan semua." – Tere Liye
***
Jeno tak pernah merasa bersalah sebesar ini. Sejak meninggalkan Jaemin yang terkapar di gang itu, ia sulit tidur sepanjang malam. Ia justru merasa sangat khawatir, bertanya-tanya dalam hati bagaimana keadaan Jaemin saat ini. Banyak pertanyaan yang hinggap di otaknya. Tentang liontinnya dan Jaemin yang cocok satu sama lain. Mengapa kalung mereka berpasangan?
Jeno mengambil hasil tes DNA yang ia serahkan ke rumah sakit 2 hari lalu. Amplop coklat bertuliskan namanya dan Choi Jaemin telah berada dalam genggamannya. Ia menghela nafas sejenak. Jika hasilnya sesuai dengan kecurigaannya, ia akan merasa menjadi orang paling jahat sedunia.
Jeno membuka amplop itu dengan tangan bergetar. Ia baca perlahan hasil tes tersebut dengan seksama. Ia baca berulang kali kesimpulan akhir yang membuatnya tertegun. Ia benar-benar terkejut melihat hasil tes tersebut. Semua bagian sampel memiliki angka yang mirip bahkan banyak yang sama persis. Pada kesimpulan akhir tertulis bahwa Lee Jeno dan Choi Jaemin adalah saudara kandung.
Tangan Jeno lemas di sampingnya. Tatapan matanya kosong. Setetes air mata turun dari matanya. Teringat segala macam hal buruk yang ia lakukan pada Jaemin yang ternyata adalah saudara kandungnya. Bagaimana bisa Jaemin adalah saudara kandungnya? Apa yang sebenarnya terjadi dengan masa lalunya? Ia telah menyakiti Jaemin seburuk itu. Ia bahkan tak tahu bagaimana caranya ia memohon maaf pada Jaemin. Ah, jadi itu sebabnya ia sering merasa bersalah setelah mengganggu Jaemin?
"Jeno?"panggil seseorang yang sama sekali tak ingin Jeno temui saat itu. Jeno menoleh ke arah sumber suara dan mendapati Jaemin berdiri disana dengan tangan yang masih digantung di leher dan tiang infus yang ia seret dengan tangan kanannya.
Jeno menatap Jaemin dengan tatapan terkejut. Ia melihat Jaemin tampak lebih baik dari terakhir kali ia tinggalkan membuatnya merasa bersyukur. Tapi Jeno tak siap untuk bertemu Jaemin hari ini. Ia segera berlari pergi dari sana tanpa menoleh lagi. Jaemin yang melihatnya heran. Sejujurnya Jaemin sempat melihat air mata Jeno yang mengalir turun.
"Jeno nggak sakit kan ya?"pikir Jaemin khawatir. Ia sempat melihat amplop coklat yang dipegang Jeno, curiga bahwa itu diagnosa kesehatan dari Jeno. Jaemin tak tahu, Jeno telah mengetahui fakta penting tentang hidupnya terlebih dahulu.
***
Jeno melangkah dengan lunglai ke sekolah. Masa skorsnya telah habis. Ia tengah berjalan menuju kelasnya dengan tatapan kosong. Ia duduk di bangkunya tak mengindahkan kawan-kawannya yang berbisik-bisik membicarakan dirinya. Hyunjin menatapnya datar dari ujung kelas tempat duduknya berada. Seluruh kelas telah memberitahukan pada Leeteuk apa yang terjadi beberapa hari terakhir. Hari ini Jeno pasti akan dipanggil ke ruang guru. Baru saja mereka memikirkan hal itu, Leeteuk Saem sudah muncul di depan kelas.
"Lee Jeno, ikut saya sekarang,"katanya. Jeno segera bangkit tanpa menjawab dan mengikuti langkah Leeteuk. Leeteuk membawanya ke ruang BK.
"Jeno-ah, Saem sudah tahu apa yang kau lakukan selama ini. Jangan tanya darimana Saem tahu, Saem hanya ingin kau mengakui kesalahanmu,"kata Leeteuk tegas penuh penekanan. Ia belum mengetahui penyebab Jaemin terluka. Tapi sikap Jeno yang selama ini merundung Jaemin bisa saja berhubungan dengan kejadian itu. Leeteuk hanya berharap Jeno mau mengakui kesalahannya entah ia berhubungan dengan pengeroyokan itu atau tidak.
Jeno hanya diam di tempatnya, tak menjawab sedikit pun. Hal itu membuat Leeteuk sedikit geram. Namun ia berusaha mengontrol emosinya.
"Jeno dengar, kau dikeluarkan dari sekolahmu dulu karena kasus yang sama. Hukuman itu terpaksa dijatuhkan padamu agar kau jera. Tapi jika kau tetap tidak menyesal dan berjanji tidak akan melakukannya lagi, sekolah ini juga bisa melakukan hal yang sama padamu,"kata Leeteuk tegas tetapi Jeno tetap bungkam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Puzzle Piece [✓]
Fanfic[COMPLETED] "Gue paling nggak suka sama tukang ngadu!" - Jeno "Aku udah maafin kamu jauh sebelum kamu minta maaf" - Jaemin Jaemin hanya seorang remaja 16 tahun yang berharap dapat bersekolah dengan nyaman. Ia anak baik yang tidak pernah macam-macam...