Siwon, Jaemin, dan Tiffany tengah makan malam bersama. Sesekali Tiffany menceritakan apapun dan ditanggapi dengan candaan sang ayah. Jaemin hanya tersenyum tipis sesekali. Kata-kata Jeno terus memenuhi kepalanya. Ia ingin mengutarakan pada orangtuanya, namun entah mengapa merasa tak tega.
"Jaemin, kenapa?"tanya Tiffany. Jaemin terkejut. Ia melupakan satu fakta, Tiffany sangat peka padanya, walaupun mereka tak memiliki hubungan darah, tapi ikatan batin keduanya sangat kuat. Siwon ikut menatapnya curiga. Jaemin kikuk, tidak tahu harus menjawab apa.
"Kau sudah berjanji pada kami untuk selalu jujur menceritakan masalahmu kan?"kata Siwon membuat Jaemin menunduk dalam. Ia beranjak bangun membuat kedua orangtuanya bingung. Arah pandang mereka mengikuti pergerakan Jaemin yang masuk ke kamarnya dan menemukan anak itu kembali membawa secarik kertas. Jaemin menyodorkan pada mereka dengan wajah menunduk.
Siwon menerimanya dan membaca dengan seksama. Tiffany mengintip di sampingnya. Keduanya lantas terkejut, menatap Jaemin tak percaya.
"Lee Jeno? Anak yang yang mengganggumu?"tanya Siwon dan dijawab anggukan kepala Jaemin.
"Kau yakin ini asli?"tanya Tiffany.
"Ya, Eomma. Jeno memakai kalung yang berpasangan dengan kalungku,"kata Jaemin sembari mengeluarkan kalung berliontin kuncinya. Tiffany membekap mulutnya, tak menyangka bahwa kalung berliontin kunci itu memang benar petunjuk dari masa lalu Jaemin.
"Apakah Jeno sekarang masih jahat padamu?"tanya Siwon.
"Tidak Appa, dia justru sangat menyesal,"kata Jaemin. Siwon tersenyum lega. Jaemin diam dan menunduk, tampak bimbang dan ragu.
"Sayang,"panggil Tiffany membuat Jaemin mengalihkan pandangan pada Tiffany yang tengah tersenyum manis padanya.
"Jangan ragu. Kalau kau ingin menemui mereka, temui saja. Jangan sampai kau menyesal di kemudian hari Jaemin. Mereka orang yang sangat penting untukmu,"kata Tiffany.
"Tapi bagaimana jikalau mereka ingin mengambilku dari tengah kalian?"tanya Jaemin. Kedua orangtuanya terdiam sejenak. Tiffany tampak berusaha menahan air matanya yang siap jatuh. Walau bagaimana pun fakta ini jelas membuatnya sangat terkejut. Apabila ia benar-benar harus kehilangan Jaemin, ia tak akan pernah siap.
"Apapun Jaemin, demi kebahagiaanmu,"kata Siwon disambut anggukan kepala Tiffany. Jaemin terpekur di tempatnya, menatap mereka bergantian. Senyum kedua orangtua yang menjaganya selama 15 tahun membuatnya merasa berat untuk mencoba mencari tahu. Namun ia tak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini.
"Aku menyayangi Eomma dan Appa, lebih dari siapapun di dunia,"kata Jaemin membuat Tiffany bergerak menggenggam erat tangannya.
"Eomma dan Appa, juga sangat menyayangi Jaemin,"kata Tiffany. Siwon ikut mengangguk mendengar penuturan Tiffany.
"Aku ijin menemui mereka besok, Eomma, Appa,"kata Jaemin akhirnya disambut anggukan kedua orangtuanya. Biarlah waktu yang menjawab, akan kemana arah Jaemin akan melangkah setelah ini.
.
Tiffany menatap wajah Jaemin yang terlelap dengan tatapan intens. Mengusap rambutnya lembut seperti kebiasaannya saat Jaemin berada di dekatnya. Sejak mengambilnya kali pertama di Panti Asuhan 15 tahun lalu, Tiffany telah menganggap Jaemin seperti putra kandungnya. Kenyataan bahwa dirinya dan Siwon tidak bisa memiliki keturunan membuat mereka memutuskan untuk mengadopsi seorang anak.
Tiffany jatuh cinta pada pandangan pertama kepada sosok kecil Jaemin yang tersenyum manis kepadanya. Anak itu bahkan belum lancar berjalan, sesekali terjatuh, dan belum terlalu bisa berbicara. Tiffany menggendongnya saat itu, dan Jaemin langsung memeluk lehernya, membuat Tiffany tanpa pikir panjang memilih Jaemin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Puzzle Piece [✓]
Fanfiction[COMPLETED] "Gue paling nggak suka sama tukang ngadu!" - Jeno "Aku udah maafin kamu jauh sebelum kamu minta maaf" - Jaemin Jaemin hanya seorang remaja 16 tahun yang berharap dapat bersekolah dengan nyaman. Ia anak baik yang tidak pernah macam-macam...