Pertemanan membutuhkan waktu beberapa menit untuk dibuat,
beberapa momen untuk dihancurkan, dan bertahun-tahun untuk diperbaiki.
Teman baik adalah dia yang tak pernah berhenti mengingatkanmu tentang kebaikan,
meski nasihat yang ia lontarkan seringkali harus melukai hatimu,
tapi dia melakukan itu sebab dia sayang padamu.
-anonymous-
.
Jaemin menyiram bunga-bunga yang berada di toko ibunya dengan alat penyiram mini. Ia menyemprotkannya dengan telaten secara perlahan karena kelopak bunga itu rapuh apabila ia menyiram secara serampangan.
Hari ini hari Minggu. Biasanya Jaemin lari pagi di sekitar Pantai Haeundae lalu bergegas membantu sang ibu merawat bunga-bunga cantik di toko bunganya setelah membersihkan diri. Tiffany tampak sedang asyik menyusun bunga, membentuk buket indah yang ia susun di rak-rak sepanjang etalase dekat kaca depan. Buket-buket itu akan menarik perhatian pengunjung karena tampak dari luar jendela kaca besar.
Tiffany tersenyum ketika bunyi lonceng toko berkumandang. Seorang wanita muda memasuki toko dan melihat-lihat bunga yang tersusun rapi.
"Selamat datang,"sapa Jaemin yang keberadaannya paling dekat dengan pintu masuk. Tiffany segera mendekatinya dan membantu mencari bunga yang dibutuhkan. Setelah menemukan pilihannya, wanita itu segera membayar dan bergegas pergi. Beberapa saat kemudian, ponsel Tiffany berdering menampakkan sederet nomor yang belum ia simpan. Dahinya mengernyit karena tak tahu siapa yang menghubunginya. Ia segera mengangkat dan menyapa penelepon.
"Jaemin-ah,"panggil Tiffany pada Jaemin yang masih sibuk menyiram tanaman.
"Heum,"jawab Jaemin singkat, seperti biasanya, tanpa menoleh sedikitpun.
"Renjun menghubungi Eomma, katanya kamu tidak mengangkat teleponnya,"kata Tiffany sambil mendekati Jaemin untuk memberikan ponsel miliknya yang masih tersambung pada Renjun. Jaemin lantas menepuk dahinya.
"Tertinggal di rumah, Eomma,"kata Jaemin baru teringat ponselnya ia letakkan di kamar selepas mandi. Ia terburu berangkat ke toko sehingga melupakan ponselnya. Ia mengambil ponsel Tiffany dan menempelkannya ke telinga.
"Kenapa Renjun?"tanya Jaemin.
"Jaemin-ah, sibuk nggak?"tanya Renjun di seberang sana.
"Nggak sih, cuma bantu Eomma ngerawat bunga,"
"Jaemin temenin aku cari karton buat maket dong. Yangyang lagi pergi ke tempat kakeknya di Tongyeong bareng keluarganya,"
"Maket apa Njun?"
"Buat lomba eskul seni, bidang arsitektur,"
"Emang ada eskul itu di sekolah?"
"Ya ada lah, makanya jangan nempel terus sama buku!"
"Nggak jadi ditemenin nih,"
"Eh, Jaemin baik deh, jangan ngambek dong. Temenin, ya ya ya? Masak suruh jalan sendiri kayak jomblo,"
"Ya kan emang jomblo,"
"Iya iya emang jomblo makanya temenin,"
"Iya, tapi aku mampir rumah dulu, ambil hape aku ketinggalan,"
"Ya pantesan aku telpon enggak diangkat,"
"Hehe,"ringis Jaemin menyadari kecerobohannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Puzzle Piece [✓]
Fanfiction[COMPLETED] "Gue paling nggak suka sama tukang ngadu!" - Jeno "Aku udah maafin kamu jauh sebelum kamu minta maaf" - Jaemin Jaemin hanya seorang remaja 16 tahun yang berharap dapat bersekolah dengan nyaman. Ia anak baik yang tidak pernah macam-macam...