Jaemin mulai bersekolah hari ini setelah 8 hari absen. Dokter menyatakan tak ada yang perlu dikhawatirkan dari luka-luka lebamnya. Hanya lengannya yang perlu penanganan lebih lanjut. Ia diharuskan kontrol sesuai jadwal yang diberikan dokter untuk memastikan kondisi tulangnya telah pulih kembali seperti sedia kala. Tangannya masih dibiarkan menggantung pada lehernya, menghindari pergerakan yang menghambat pemulihan.
Tiffany membantunya bersiap-siap. Memakaikan seragam karena Jaemin masih kesulitan menggerakkan tangan kirinya. Almamaternya ia letakkan ke bahu tanpa memakainya. Tasnya ia sampirkan di tangan kanan.
Sejujurnya Tiffany masih khawatir dan menyuruhnya istirahat lebih lama. Tapi Jaemin merasa ia sudah tertinggal pelajaran di sekolah. Apalagi sebelumnya ia sempat absen karena Olimpiade. Ia tak mau tertinggal terlalu jauh.
"Kau harus hati-hati, oke? Ingat kata Appa. Kalau temanmu mengganggumu lagi, katakan pada Leeteuk Saem,"pesan Siwon dan dijawab anggukan kepala ketika ia hendak keluar dari mobil sang ayah. Sepedanya terpaksa mengganggur di apartemennya beberapa minggu ke depan. Siwon akan mengantar dan menjemputnya untuk sementara sampai lengan Jaemin pulih.
"Terima kasih Appa, aku sekolah dulu,"pamit Jaemin sembari melambaikan tangan dibalas oleh Siwon. Jaemin baru memasuki gerbang ketika seseorang merebut tas sekolahnya. Orang itu adalah Yangyang yang sedang menampakkan deretan gigi putihnya sembari memeluk tas sekolahnya.
"Aku bawain,"katanya dengan suara riang yang hanya dijawab anggukan Jaemin.
"Kamu udah sembuh beneran?"tanya Yangyang kala mereka mulai memasuki koridor lantai 1. Yangyang melihat lengan Jaemin yang masih menggantung. Meringis nyeri sendiri. Saat Jaemin dirawat dan telah pulang ke rumah, Yangyang dan Renjun tak pernah absen menjenguknya setiap pulang sekolah. Memberinya semangat, menceritakannya banyak hal. Sesekali Hyunjin ikut menjenguk dan berakhir dengan debat panjangnya dengan Renjun. Tiffany hanya tertawa melihat tingkah mereka berdua yang mirip Tom & Jerry.
"Udah kok. Dokter udah ngebolehin aktivitas kayak biasa,"jawab Jaemin.
"Jaemin, Jeno agak aneh akhir-akhir ini,"kata Yangyang tiba-tiba. Dahi Jaemin mengernyit mendengarnya.
"Aneh gimana?"tanya Jaemin heran.
"Hyunjin cerita, dia lebih banyak diem di kelas sekarang. Apalagi temen sekelas kamu kan udah barengan laporin dia. Jeno tetep dingin dan kasar kayak biasanya, tapi nggak lagi emosional kayak dulu. Bahkan waktu Hyunjin mancing dia, Jeno tinggalin Hyunjin begitu aja, nggak ngegubris sama sekali,"kata Yangyang.
"Kalo Felix gimana?"
"Ck, aku masih harus ikutin Renjun. Dia mah nggak sembuh-sembuh. Masih hobi banget gangguin aku,"kata Yangyang sambil memajukan bibirnya.
"Yaudah nggak usah jauh-jauh dari Renjun,"kata Jaemin dan Yangyang hanya tertawa sebagai jawabannya. Yangyang mengantar Jaemin sampai ke kelasnya. Beberapa anak mengerubunginya, menanyakan kabarnya dan Jaemin hanya menjawab seperlunya. Jaemin mengucapkan terima kasih pada teman-teman yang telah membantu menjelaskan semuanya pada Leeteuk Saem. Mereka menjawab dengan kompak bahwa memang sudah sepatutnya mereka melakukan itu.
Jeno yang baru saja tiba di kelas tertegun melihat Jaemin yang telah berada di kelas pagi ini. Teringat kembali kata-kata Leeteuk Saem beberapa hari lalu yang membuat dirinya merasa tertohok. Jaemin bahkan tak tahu siapa dirinya, hanya menganggapnya sebagai teman sekelas.
'Jaemin meminta Saem untuk tidak memasukkanmu ke Rapat Komite, padahal dengan fakta bahwa kamu ikut mengeroyok Jaemin, itu lebih dari cukup untuk mengirimmu kesana. Ia berkata, kau akan sulit mencari sekolah apabila dikeluarkan lagi. Ya, Jaemin memang benar Jeno. Lalu setelah ia melakukan ini untukmu, kau masih akan mem-bully-nya lagi? Pikirkan Jeno! Jaemin membelamu! Bahkan ketika kau sudah sekejam itu padanya,'
KAMU SEDANG MEMBACA
Puzzle Piece [✓]
Fanfic[COMPLETED] "Gue paling nggak suka sama tukang ngadu!" - Jeno "Aku udah maafin kamu jauh sebelum kamu minta maaf" - Jaemin Jaemin hanya seorang remaja 16 tahun yang berharap dapat bersekolah dengan nyaman. Ia anak baik yang tidak pernah macam-macam...