Hari ini tepat dimana audisi kompetisi menyanyi tingkat SMA dimulai. Dan Nara mendapat sesi audisi pertama, dimana audisi itu dimulai tepat jam 7 malam. Dan untuk sesi-sesi berikutnya itu diadakan besok.
Para peserta diminta untuk hadir sebelum pukul 4 sore.
Kemarin, Nara sama sekali tak bertemu Ryan di sekolah. Dia cuma melihat Jefran seorang diri. Awalnya Nara mau bertanya, tapi sepertinya akan terlalu canggung nantinya. Jadi dia mengurungkan niatnya itu. Jadi sekarang, dia ditemani Kala. Tapi sayangnya, cewek itu malah tertidur pulas. Padahal tempat mereka duduk sangat tidak memungkinkan untuk seseorang dapat tertidur. Itu jelas karena kondisi ruangan finalis begitu berisik. Tapi ini Kala, manusia yang katanya paling berbeda dari manusia-manusia lainnya.
Nara melirik sekilas pada Kala yang masih terpejam. Mungkin karena posisi duduk mereka ada di dekat kipas angin yang super besar, jadilah Kala bisa se lelap itu jatuh dalam mimpinya. Nara menghela napas berat, mengecek sekali lagi ponsel nya. Namun notifikasi yang dia tunggu-tunggu tak kunjung muncul. Jadi sebenarnya, dimana Ryan berada?
Apa sikap Nara semalam terlalu berlebihan hingga membuat cowok itu berpikir kalau Nara marah padanya? Atau mungkin, dia cuma ingin menghindari Nara karena dia paham kondisi Nara pada malam itu?
Akan tetapi kenapa dia harus tiba-tiba menghilang disaat Nara membutuhkan kehadirannya?
Menit demi menit berlalu cepat. Sampai tak sadar dia pun ikut terlelap. Menyender dibahu Kala. Namun belum 10 menit Nara memejamkan mata, suara dering telepon di ponselnya membuat ia seketika terbangun. Secera refleks, jantung Nara berdegup kencang. Nara melihat laya ponselnya, langsung terperangah begitu melihat nomer yang tertera disana.
Nomer tanpa nama itu.
Jemari Nara mendingin. Dia hendak menjawab panggilan itu tapi didetik berikutnya dia justru menggeser tombol merah dilayar ponselnya.
Cepat cepat Nara mematikan ponselnya, tapi sebelum benda itu benar-benar mati, nomer tanpa nama itu sudah keburu mengirimi Nara chat.Awalnya Nara mau menghiraukan itu. Tapi rasa penasarannya mengalahkan rasa benci terhadap cowok itu. Terlebih ketika satu chat berbentuk video muncul setelah chat sebelumnya.
Tanpa nama
Buat yang mau audisi, dilihat ya, Na.
*Video*
Nara membuka video yang berdurasi 2 menit itu. Disana, cowok dengan kaus hitam tengah memangku sebuah gitar. Dia lalu menyanyikan reff lagu favorit Nara. Suaranya agak berubah sejak terakhir kali Nara mendengarnya. Tapi bagaimana cara dia menyanyikan lagu itu masih sama betul.
Setetes air mata berhasil lepas dari pelupuk mata Nara. Dia membekap mulutnya pelan untuk meminimalisir suara isak. Sampai video itu habis, nyatanya tangis Nara semakin menjadi. Bahkan sampai membangunkan Kala.
Airmuka cewek itu langsung berubah panik begitu melihat Nara menangis"Nara? Lo kenapa?" tanya Kala dengan nada khawatir.
Nara tak menjawab, dia hanya mengalihkan layar ponselnya pada Kala. Dan tanpa perlu bercerita banyak, Kala sudah tau penyebab Nara menangis.
"Udah ya, Na, gak usah nangis. Kan ada gue disini."
Nara menggeleng lemah, "Gue nggak bisa, Kal.." ujarnya, masih dalam isak tak kentara. "Gue nggak bisa benci sama dia, karena nyatanya, semakin gue berusaha untuk membenci dia. Malah semakin semakin sulit buat gue menerima keadaan."
Itu yang justru membuat Nara benci. Dia ingin sekali berdamai. Tapi kenyataanya, dengan dirinya sendiri pun dia masih sulit berdamai.
"Udah cupcupcupp. Anak cantik gak boleh nangis. Nanti gue beliin eskrim. Okee?"
KAMU SEDANG MEMBACA
With, R!
RandomHidupnya berubah ketika dipertemukan dengan seorang gadis bernama Anara. Dia bukan lagi R yang sering kali disebut-sebut badboy. Ia tak pernah menyangka jika pada akhirnya, perjalanan cintanya akan berhenti pada Anara. Gadis dengan sejuta pertanyaan...