Sudah 30 menit Nara dan Ryan mengelilingi sebagian area SMA Garuda. Ada banyak hal yang akhirnya dia ketahui. Padahal awalnya Nara tak peduli dengan apapun, yang terpenting dia bisa sekolah disini dengan tenang dan damai.
Pun banyak hal yang mereka obrolkan, bahkan sampai ke cerita tentang bagaimana sosok Ryan bisa dicap playboy yang seringkali sadis kalau mengakhiri hubungan. Semua diketahui Nara secara tiba-tiba sebab cowok itu yang mengoceh duluan.
Kini mereka berada di ruang sejarah, tempat anak IPS nongkrong untuk belajar masa lalu.
"Hidup lo bener-bener iseng ya?" tanya Nara, tak habis pikir.
"Enggak se-iseng itu sih sebenarnya. Dari 24 mantan gue, cuma 7 orang yang gue putusin. Sisanya, mereka yang mutusin gue duluan. Yaa..jadi, gue nya iseng, terus dia nya mau-mau aja gue jadiin pacar."
Nara geleng-geleng kepala. Makin heran dengan cara berpikir Ryan. Tapi satu hal yang Nara tau, bahwa seorang Ryan Khaliq Artharendra terlalu mencari yant sempurna.
"Tapi gue salut sih sama lo, seiseng-isengnya lo pacaran, lo gak ada tuh selingkuhin pacar lo. Atau jadiin pacar lo pesuruh gitu.."
Ryan tertawa, "Ya gue gak sampe berpikiran kesana kali." kata nya masih dalam sisa-sisa gelak tawa. "Intinya setiap cewek yang pernah jadi pacar gue emang dasarnya iseng juga. Dia cuma penasaran, gimana rasanya jadi pacar gue. Yaa kita tuh emang ga ada perasaan sayang ataupun suka."
"Dari mana lo tau itu? Kalo seandainya cewek yang pernah jadi pacar lo terus lo putusin gitu aja itu ternyata cewek yang bener-bener tulus gimana?"
"Nggak ada mantan gue yang bener-bener tulus, Na." Ryan duduk disalah satu kursi. "Orang yang beneran tulus dan sayang sama kita, itu keliatan dari matanya."
"Masa sih?"
"Serius, dia punya binar mata yang beda waktu ditatap. Hati nya emang gak bisa dibaca, tapi sikapnya, jelas bisa. Gerak-gerik orang yang lagi jatuh cinta itu keliatan banget."
"Eh bentar bentar deh." Nara menarik kursi lalu duduk dihadapan Ryan, menatap cowok itu dalam-dalam. "Lo kan pacaran cuma iseng, berarti, lo belum pernah ngerasain jatuh cinta?"
"Ya pernah sih, tapi udah lama banget. Gue juga udah lupa gimana rasanya."
"Unik ya?" Nara menautkan kedua alisnya. "Berkali-kali pacaran, tapi cuma pernah satu kali ngerasain jatuh cinta."
"Ya gitu,"
"Gue juga belum pernah ngerasain jatuh cinta. Gue gak tau gimana rasanya. Percaya nggak?"
"Percaya gak percaya sih, tapi gue bisa buat lo jatuh cinta sama gue." Ryan menaikan alisnya sok keren.
Nara reflek membuat jarak, menatap sengit kearah cowok itu. Seorang Anara sulit untuk jatuh cinta, terlebih pada orang yang baru dikenal. Jadi mustahil jika Ryan yang cuma modal paras, bisa membuat Nara jatuh cinta.
"Percaya gak?" tanya Ryan, dalam dirinya, ia sangat percaya bisa membuat Nara jatuh cinta.
"14 hari," Kali ini tatapan Nara berubah jadi serius. "Kalo dalam 14 hari lo bisa buat gue jatuh cinta sama lo, gue siap ikutin apa mau lo. Tapi kalo lo gagal, lo yang harus siap ikutin apa kata gue."
"Hmmm, jadi pacar gue? Mau?"
2 minggu waktu yang sebentar. Dan Nara tidak mungkin bisa jatuh cinta dalam waktu sesingkat itu. Jadi sepertinya bukan suatu masalah kalau Nara menyetujui syarat Ryan--apabila dia yang menang--
"Oke. Lagipun ya, gue bukan tipe orang yang bisa dengan gampangnya naruh perasaan ke orang lain. Apalagi gue baru kenal sama orang itu."
"Yaa kita liat aja nanti, lo gak bisa bohong lohh."
KAMU SEDANG MEMBACA
With, R!
De TodoHidupnya berubah ketika dipertemukan dengan seorang gadis bernama Anara. Dia bukan lagi R yang sering kali disebut-sebut badboy. Ia tak pernah menyangka jika pada akhirnya, perjalanan cintanya akan berhenti pada Anara. Gadis dengan sejuta pertanyaan...