BAGIAN 25- Pada Titik Terendah

21 10 2
                                    

Jika semua berakhir tak bahagia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jika semua berakhir tak bahagia. Ijinkan aku mengucap satu kalimat yang sudah menghantui ku cukup lama. Bahwa aku mencintaimu.

....

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

....

Lima jam berlalu setelah Nara masuk ke ruang UGD. Gadis itu masih ditangani. Tertebak jelas seberapa parah kondisinya.

Sejak tadi, Ryan hanya diam. Menatap ke bawah sambil sesekali merutuki dirinya dalam-dalam. Pakaiannya belum terganti, masih dengan mengenakan kemeja penuh darah.
Kala duduk disampingnya. Cewek itu tak berhenti menangis. Bukan cuma karena Nara yang masih terbaring di ranjang UGD. Tapi juga karena sampai sekarang ini, orang tua Nara belum muncul. Kala tentu tau bagaimana k
sah keluarga Nara. Ia tau kenapa orang tua Nara sangat tidak peduli kepada Nara. Namun kalau kondisinya seperti ini, apakah rasa peduli mereka masih kosong?

Handphone Kala berdering, notifikasi panggilan dari Arsen.

"Hallo?"

"Kala? Kondisinya Nara gimana? Ini gue udah dapet tiket, tapi jadwal terbangnya nanti malem."

Kala mengusap air matanya sebelum menjawab pertanyaan Arsen. Meminimalisir suara serak nya agar Arsen tak terlalu khawatir dengan kondisi Nara.

"Masih di ruang UGD Kak. Nanti kalau udah selesai, aku telepon Kakak lagi."

Terdengar hembusan napas khawatir di sebrang sana. Kala semakin tak karuan rasanya. Satu-satunya orang yang masih peduli pada Nara diantara keluarganya yang lain ya cuma Arsen. Namun sayangnya jarak memisahkan mereka. Menjadikan mereka seperti orang asing dalam beberapa tahun terakhir.

"Oke, thanks, Kala."

Teleponnya tertutup. Kala lalu menoleh pada Ryan. Sedang cowok itu masih tertunduk tak berdaya.

"Gue mau menyalahkan lo, tapi kayaknya terlalu bodoh. Karena sebelum pergi buat ketemu sama lo, Nara cerita ke gue dia seneng banget."  Ucap Kala, suaranya serak. Sebab terlalu banyak menangis. Air matanya turun lagi tanpa bisa dikontrol. "Nara nggak pernah se-bahagia hari ini. Suaranya ceria banget waktu gue denger di telepon. Dia bilang, kalaupun lo nggal bisa terima perasaan dia, seenggaknya dia udah berani jujur."

With, R! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang