BAGIAN 28- Pertarungan

17 10 34
                                    

Sepulang dari  rumah sakit, Ryan berniat mampir ke rumahnya Jefran. Kebetulan cowok itu juga sedang free. Tapi bukan Jefran namanya kalau gak ngerepotin Ryan. Saat Ryan menelepon Jefran dan bilang hendak main ke sana untuk curhat colongan, Jefran malah memberi syarat kepada Ryan berupa membawakannya sedikit snack untuk menjadi teman ketika curhat colongan itu di mulai.

Tapi masalahnya, yang di pesan Jefran itu nggak sedikit. Ya Ryan gak mempermasalahlan uang nya sih. Dia hanya malas dibuat mondar mandir di dalam mini market cuma untuk mencari snack pesanan Jefran.

Tapi gapapa. Kalau bukan sama Jefran, Ryan gak punya teman curhat lagi.

Ketika di mini market dan merasa keranjang yang dibawa sudah terisi penuh dengan snack snack pesanan Jefran, Ryan bergegas ke kasir untuk membayar.

Gak pakai lama. Urusan dia dengan mbak mbak kasir telah selesai. Satu kresek besar berlogo merah sudah berada di tangannya.

Namun ketika di parkiran, mata nya tak sengaja terarah pada Sasha dan satu orang cowok yang sepertinya pernah ia lihat sebelumnya.

Kalau dilihat dari bagaimana cara Sasha mengobrol dengan cowok itu, jelas betul mereka terlihat akrab.

Ryan masih belum mengenali siapa cowok yang tengah mengobrol dengan Sasha, namun ketika mata Sasha tak sengaja menatapnya, cewek langsung terlihat kalang kabut. Ketakutan tak jelas seperti baru saja melakukan kesalahan yang besar.

Ryan menghampiri. "Sasha?" tegurnya. Membuat cowok yang sedang mengobrol dengan Sasha pun ikut menoleh.

"Lo?" cowok itu sama kaget nya.

Ryan menyeringai tak habis pikir. Sasha yang ia kira telah berubah, ternyata tangan dibalik beredarnya isu tentang Nara beberapa waktu lalu.

Dan cowok itu, cowok yang hampir memperkosa Nara. Cowok yang membuat Nara trauma.

Ryan mengepal kan tangannya. Lantas melayangkan tinju pada Andre.

"BRENGSEK LO BERDUA!!"

"BANGUN LO BANGSAT."

Sasha tak melerai, ia malah mundur. Melihat Ryan  emosi adalah hal paling menakutkan untuknya.

di sela rasa sakit akibat tonjokan Ryan, Andre berkata, "Kenapa? Lo gak terima cewek lo bekas gue?"

Hal itu membuat Ryan semakin emosi. 

"NARA BUKAN BEKAS LO." Ryan menarik kerah baju Andre, melayangkan tonjokan bertubi tubi pada cowok itu sampai hidung nya keluar darah.

Andre kembali terkujur lemah di aspal. Namun Ryan masih dalam puncak emosi tertinggi nya. Ia hendak kembali meninju cowok brengsek itu ketika tiba-tiba saja dua orang dari belakang menarik nya. Mengunci dua lengannya hingga ia tak bisa berbuat apa-apa.

"Lepasin gue."

"Mau kemana sih emangnya? urusan kita belum selesai." Andre menjawab dengan penuh seringai yang sukar di tebak. 

Dan,

bughh.

Cowok itu menonjok perut Ryan. Berkali-kali.  Sampai ke wajah Ryan menjadi sasarannya. Ia tak menjeda nya sedikit pun.

Sedangkan Ryan mulai kehabisan tenaga untuk melawan. Tangannya semakin kuat dicekal. Darah segar keluar dari sudut bibir nya. Juga dari pelipis nya.

"STOP. GUE BILANG STOP." Sasha melerai, ia juga membawa beberapa orang untuk membantu mengusir perkelahian.

"Gak usah bilang gue brengsek. Disaat lo sendiri masih sama brengseknya." Andre berucap sinis sebelum dia meninggalkan Ryan.

"Lo urusin tuh cowok yang mandang fisik itu." ia juga berujar sini pada Sasha.

With, R! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang