O1

1K 95 11
                                    

Sore itu sunyi

Menyisakan suara langkah kaki seorang anak laki-laki bersurai platinum yang berjalan kearah taman dengan lesu. mata indah dengan iris violet itu nampak sembab , seperti habis menangis.

Menghela nafas panjang , anak itu mempercepat langkahnya menuju rumah-rumahan kecil berbentuk bulat yang berada tak jauh darinya namun sedetik kemudian langkahnya terhenti.

Sebuah suara isakan yang samar-samar mengusik telinganya. Netranya menelusuri seisi taman , mencari keberadaan sang pemilik isakan.

Kemudian manik violetnya terpaku pada sebuah manik hijau yang menatapnya dalam dengan tatapan yang tak terbaca. Sang pemilik manik violet membalikkan tubuhnya , berfikir bahwa anak laki-laki didepannya butuh waktu untuk menyendiri.

Tapi ketika mendengar rintihan anak lelaki tadi , niatnya untuk pergi ia urungkan.

Anak laki-laki dengan surai platinum itu menghela pelan kemudian mendekati si surai hitam yang duduk sambil memeluk kedua kakinya , sesekali merintih kesakitan.

"Sakit ," lirihnya

Memilih untuk mendengarkan keluh kesah si manik hijau , laki-laki dengan surai platinum berjalan mendekatinya , kemudian berjongkok didepannya sambil tersenyum hangat.

"Inumaki Toge ," ujarnya sembari mengulurkan tangannya.

Namun anak laki-laki didepannya tak kunjung menjawab , hidungnya memerah karena terus-terusan menangis.

Inumaki tersenyum masam. menggaruk tengkuknya yang tidak gatal lalu berdeham. "Namamu ?," Bukan menjawab , anak laki-laki didepannya malah menangis lagi.

Inumaki mengerti.

Kemudian Inumaki mengulurkan tangannya , memeluk anak laki-laki yang sangat rapuh didepannya. Membiarkan anak laki-laki itu menangis di dadanya.

"Tuhan engga akan memberikan cobaan diluar batas kemampuan hamba-Nya ,"

Inumaki mengusap-usap punggung kecil anak laki-laki yang kini menangis dipelukannya.

"Okkotsu ,"

Netra bening dengan iris violet yang begitu indah bergeser kearah sang pemilik suara.

"Okkotsu Yuuta ," Inumaki tersenyum kecil kemudian kembali mengusap-usap punggung kecilnya.

***

Yuuta bilang dia akan selalu ada disini. Ditempat ini , tempat dimana mereka dipertemukan oleh takdir.

Karena itulah anak laki-laki dengan surai platinum itu melangkahkan kakinya menuju taman kecil didepannya.

Netra dengan manik ungunya itu menemukan sosok yang ingin ia temui berada di dalam rumah-rumahan kecil berbentuk bulat itu

Sadar ada yang datang , si surai hitam legam itu menoleh dan mendapati anak laki-laki yang nampak lebih muda darinya tersenyum hingga matanya menyipit.

"Ternyata kamu datang , inumaki" Yuuta berdiri dari duduknya

Berlari kecil mendekati anak yang sedari tadi ia tunggu.

Inumaki tersenyum lagi

"Mau bermain ?" Yuuta mengangguk kecil , membiarkan lengannya digenggam oleh tangan putih dan kecil milik inumaki.

"Kamu selalu ada disitu kan ? Di tempat itu ," tanya Inumaki membuat Yuuta mengangguk pasti. Tentu saja Yuuta akan selalu ada di tempat itu.

"Kalau begitu , aku boleh terus bermain disana bersama mu ya ?" Inumaki menoleh , menatap sepasang netra hijau terang milik Yuuta membuat Yuuta tersenyum.

"Iya"

































Perkataan Yuuta kemarin benar adanya.

pagi ini Inumaki menemukan Yuuta berada di ayunan , Sesekali Yuuta mendorong ayunannya agar bergerak menggunakan kakinya.

Inumaki tersenyun tipis lalu berjalan dengan sedikit cepat mendekati Yuuta lalu mendorong ayunannya.

Yuuta tersentak kecil ketika menyadari ayunannya bergerak , dia menoleh kebelakang dan mendapati sesosok Inumaki yang tersenyum hingga matanya menghilang.

"Suasana hatimu buruk ?"

Yuuta mengangguk kecil , kaki pendeknya bergerak untuk menendang kerikil-kerikil yang berada didekatnya.

Inumaki tersenyum tipis

"Mau makan ?" Yuuta menoleh kearah Inumaki "apa hubungannya ," ujarnya.

"Ketika suasana hatimu buruk , makan adalah cara yang tepat untuk membuat suasana hatimu membaik"

Kerutan halus muncul di dahi mulus milik Yuuta. "Sejak kapan ? ," Dia mendengus geli membuat Inumaki tertawa kecil tanpa suara.

Walaupun sedikit tidak percaya. Namun , Yuuta tetap mengiyakan ajakan Inumaki untuk makan.

Hari setelahnya Inumaki terus mendatangi tempat itu. Kini hari esok adalah hari yang selalu ia tunggu. Besoknya , besoknya dan besoknya lagi.

Tapi hari ini berbeda

Yuuta tidak datang. Inumaki terus menunggu Yuuta yang tak kunjung datang. padahal sudah 2 jam dia duduk di ayunan untuk menunggu sesosok laki-laki pemilik manik hijau tapi laki-laki itu masih belum menampakkan batang hidungnya.

"Yuuta... ," Bisiknya kecil

Kaki pendek miliknya mengayun-ayun kecil membuat ayunan yang sedang ia duduki mulai bergerak.

"Yuuta datang gak ya , katanya dia selalu ada disini ," Inumaki menatap kedua sepatunya dengan tatapan kosong. Menghela nafas , akhirnya dia bangkit untuk meninggalkan taman yang akhir-akhir ini menjadi tempat favoritnya.







































Yuuta tidak datang lagi.

Manik ungu milik Inumaki terus mencari keberadaan si sosok surai legam. Matanya terus bergerak mencari dengan ketelitian.

Nihil. Yuuta tetap tidak ditemukan. Inumaki mendesah pelan , perasaan takut mulai menggerogoti hati kecilnya. Ia tak mau kehilangan Yuuta.

Namun perlahan , sosok Yuuta mulai menghilang dari kehidupan Inumaki.

Dan inumaki yang sedikit demi sedikit mulai melupakan semua tentang Yuuta.

***

forever [yuuta✗toge]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang