O5

352 68 11
                                    

Lagi-lagi Inumaki menguap. Entah sudah berapa kali pemuda manis itu menguap.

Yuuta mengerjapkan matanya dua kali sembari menatap Inumaki dengan tatapan kebingungan.

"Semalam tidur jam berapa ? ," Tanya Yuuta dengan lembut. Ah , tidak Yuuta memang selalu berkata dengan lembut.

Inumaki menggeleng kecil. Wajahnya ia benamkan di perpotongan tangannya.

"Aku tidak melihat jam"

Yuuta tersenyum masam. Tangan kekarnya mengelus pucuk kepala Inumaki membuat laki-laki itu tambah mengantuk.

"Kalau mau tidur , tidur aja nanti aku bangunin" Inumaki mengangguk kecil. Bahkan tidak ada sedetik , Inumaki sudah melesat pergi ke alam mimpi.

Wajahnya ketika tidur begitu tenang membuat Yuuta tersenyum kala melihat wajah damai Inumaki. Sungguh , Yuuta berani bersumpah bahwa Inumaki terlihat begitu cantik ketika tertidur seolah sosoknya bisa membuat aprhodite menganga  terpesona.

Yuuta menggeleng kecil , menepis pikirannya.

"Dia tidur lagi ?" Maki menghela begitu Yuuta mengangguk sambil tersenyum tipis padanya. "Si bodoh itu pasti menganggu Inumaki ketika ingin tidur" Maki membersihkan kacamata nya.

Yuuta tau sebutan si bodoh itu untuk siapa. Walau Yuuta belum pernah melihat sosoknya secara langsung tapi Yuuta sering mendengar namanya disebut ketika Yuuji dan Nobara sedang mengghibah ria.

"Biarkan saja Inumaki tertidur," Maki bangun dari kursinya , berjalan menjauh kemudian mendekati meja Nishimiya.

"Inumaki," Yuuta menusuk-nusuk pipi mulus Inumaki dengan jari telunjuknya.

Inumaki mengerang , marah karena merasa tidurnya di ganggu. Yuuta tersenyum kecut. "Inumaki , gunakan alas nanti kepalamu sakit ," Yuuta menepuk pelan pipi Inumaki.

Inumaki membuka matanya kemudian menatap kesal kearah Yuuta. "Jangan tidur tanpa alas , nanti—"

Inumaki mengambil tangan kiri Yuuta lalu menjadikannya alas untuk tidur. Yuuta tersentak kecil karena Inumaki yang tiba-tiba mengambil tangan kirinya.

Yuuta menurunkan bahunya kemudian tersenyum tipis. Tangan kanannya ia gunakan untuk mengelus surai platinum milik Inumaki.

Namun sayang , momen manis itu tidak berlangsung lama karena jam pelajaran sudah dimulai disusul dengan guru berkacamata masuk kedalam kelas.

Walau enggan mau tidak mau Inumaki melepas tangan Yuuta. Alih-alih bangun , pemuda mungil itu justru kembali dengan acara tidurnya.

Hm , nyali mu boleh juga.

"Inumaki ,"

Inumaki berdeham agak kesal sebenarnya karena acara tidurnya di ganggu lagi. Tapi , hey kamu dipanggil guru sayang.

"Inumaki apa kamu sakit ? Jika kamu sakit kamu memilih ke UKS atau—"

"Saya ke UKS ,"

Tanpa basa basiInumaki bangkit dari duduknya kemudian berjalan sempoyongan ke luar kelas.

Yuuta sebenarnya sedikit khawatir , dia takut kalau Inumaki tiba-tiba terjatuh karena tidak kuasa menahan rasa kantuknya kemudian orang-orang mengiranya pingsan atau lebih buruknya mengira bahwa Inumaki
























, Mati.

Sungguh , itu takkan lucu.

Baiklah Okkotsu Yuuta kamu terlalu memikirkan hal-hal yang buruk.

Tapi tetap saja Yuuta merasa gelisah. Yuuta bukan tipe yang bisa menyembunyikan perasaannya buktinya saja guru sejarahnya sekarang menyadari hal itu.

"Okkotsu kalau ada yang membuatmu tidak nyaman katakan" Yuuta menelan salivanya lalu menggaruk pipinya gugup.

"A-anu boleh saya menemani Inu—"

"Iya silahkan"

Yuuta menegakkan duduknya , padahal dia belum selesai berbicara tapi sudah di iyakan. Agak langka guru modelan begini.

Yuuta mengangguk kemudian berlari menyusul Inumaki. Koridor nampak sepi , hanya suara langkah kaki yang menggema di sepanjang jalan.

Yuuta sudah lelah mencari Inumaki. Keberadaan sosoknya juga tidak ditemukan di UKS. Kemana perginya pemuda beriris violet itu.

Merasa lelah mencari kesana kemari , Yuuta memilih pergi ke rooftop karena hanya tempat itu saja yang belum dia periksa.

Dengan nafas tersengal-sengal dia mulai menginjakkan kakinya di anak tangga hingga ke tangga terakhir.

Dibukanya pintu coklat dengan ukiran kuno yang baru saja di cat beberapa minggu yang lalu. Cahaya matahari menerobos masuk melalui celah pintu yang terbuka iris hijau Yuuta nampak berkilau begitu terkena sinar matahari. Netranya bergerak liar mencari keberadaan Inumaki.

Merasa tidak ada siapa-siapa , Yuuta membalikkan badan sebelum suara batuk kecil menyapa indra pendengarannya. Yuuta berbalik kemudian menelusuri si pemilik suara yang tak lain adalah sosok yang ia cari sedari tadi.















"Ah , ternyata disini"

Inumaki melirik Yuuta kemudian menutup kembali matanya. "Aku mengantuk jangan di ganggu" Yuuta meringis. Dia kesini karena khawatir dengan Inumaki bukan ingin menganggunya.

"Aku engga gangguin kamu kok ," Yuuta duduk di sebelah tubuh mungil Inumaki. "Yuuta" Yuuta berdeham menanggapi panggilan Inumaki lalu menoleh kearahnya.

Inumaki nampak sedikit gelisah bingung untuk memilih buka suara atau bungkam.

Yuuta mengerti kemudian kekehan kecil keluar dari bibir tipisnya.

"Bicara saja"

Inumaki terbatuk kecil karena gugup.

"Elus kepalaku lagi"

"Huh?"

"Elus kepalaku lagi seperti tadi ," Inumaki menaikkan sedikit nada bicaranya agar Yuuta bisa mendengar suara paraunya.

Yuuta menutup mulutnya , wajahnya bersemu merah hingga ke telinga.

Inumaki sadar sungguh dia jadi malu sekarang karena meminta hal yang tidak-tidak.

"A-ah lupakan" Inumaki mengalihkan padangannya kemana saja asal dia tidak melihat kearah Yuuta. Yuuta menahan nafas , mencoba menetralkan detak jantungnya yang tidak beraturan. Kemudian tangan kekarnya bergerak mengelus surai platinum blonde Inumaki.

Inumaki melirik Yuuta kemudian mengalihkan padangannya kembali. Rona merah terlukis jelas di kulit putih pucatnya.

Inumaki sungguh gugup.

***






Segini dulu yak maaf dikit huhu. Sebenernya mau di up kemarin tapi pani mikir ini critanya aneh jadi engga di up.

Oks sekian bacotan dariku

Makasi buat kalian yang ngevote sama komen😫❤️. Pani sampe mau nangis liat antusias kalian.

forever [yuuta✗toge]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang