O7

319 58 3
                                    

Dua bahu itu berjalan saling berdampingan , terkadang tertawa bahkan untuk hal yang tidak di perlukan. Kemudian keduanya berhenti di sebuah taman.

Yuuta tau betul taman ini. Walaupun sudah bertahun-tahun tidak berkunjung kemari. Tamannya tidak banyak berubah , bahkan Yuuta masih bisa melihat rumah-rumahan berbentuk bulat yang menjadi saksi bisu pertemuan antara Yuuta dan Inumaki.

"Setiap kali aku berdiri disini" Yuuta menoleh , menatap Inumaki dari samping sementara Inumaki menatap lurus kearah taman. Sorot matanya menampakkan sebuah keputusasaan. Bibirnya terbuka lagi ",aku merasa seperti ada sesuatu yang hilang di dalam hidupku" Yuuta menatap Inumaki teduh dari hatinya yang terdalam ia sungguh ingin meminta maaf , meninggalkan Inumaki begitu saja tanpa alasan yang jelas. Namun ketika melihat reaksi Inumaki kala itu , Inumaki jelas tidak mengingatnya.

"Aku selalu berusaha mencari apa yang hilang dengan mengunjungi taman ini , tapi itu tetap tidak membuahkan hasil" lanjutnya.

"Dadaku terasa sesak setiap kali aku memaksa untuk mengingat memori lama yang sudah terhapus" Yuuta tersenyum kecut. Hatinya sungguh terluka begitu Inumaki mengatakan semuanya perasaannya dengan jujur. Ia terus dihantui rasa bersalah di masa lalu hingga sekarang.

Sebenarnya Yuuta tidak mengerti mengapa acara pulang bersama malah menjadi acara curhatan isi hatinya. Bukan , bukannya Yuuta keberatan akan ini. Tapi , mengapa Inumaki menceritakan ini kepadanya ?.

Kendati Inumaki sendiri menceritakan ini pada Yuuta tanpa alasan. Dia hanya merasa sesak setiap kali melewati taman ini , dia juga tidak betah dengan rasa sesak yang terus menghantuinya. Mungkin bercerita tidak ada salahnya kan ?. Inumaki tidak butuh kata penyemangat , tidak butuh tatapan iba , dia hanya ingin di dengarkan.

Ada perasaan senang ketika Yuuta tidak menatapnya dengan tatapan iba , namun dengan tatapan teduh yang begitu menyejukkan hati membuat rasa gundahnya kini hilang digantikan dengan sebuah kehangatan. Yuuta membenarkan posisi tas gitarnya yang merosot tanpa melunturkan senyumannya.

Nyanyian merdu dersik di kala senja mengalun halus masuk ke telinga Sesekali menerbangkan anak rambut sepasang insan yang kini berdiri berdampingan dibawah naungan langit dengan semburat jingga.

Yuuta berjalan lebih dulu beberapa langkah. "Ayok pulang," baritone rendah mengalun lembut membuat Inumaki menoleh kearah sang pemilik suara.

Irisnya melebar , sedikit bergetar kala melihat pundak Yuuta yang kokoh terlihat begitu familiar. Yuuta tersenyum , senyumannya begitu tulus membuat jantung Inumaki berdegup dengan kencang serta menghadirkan perasaan asing ke dalam dada.

Salah satu cinta pun terlahir di antara jutaan sinar cahaya senja. Detik itu , Inumaki tau. Yuuta lah satu dari sekian memorinya yang terhapus di masa lalu.

***

Yuuta melempar gitarnya ke atas kasur diikuti dengan suara deritan kasur begitu dirinya merebahkan tubuh jangkungnya. Belum ada beberapa detik ia berbaring santai ponselnya berbunyi.

Nama sosok yang tak asing terpampang di layar ponselnya. Rika. Gadis mungil yang setahun lebih muda darinya yang kini menjadi murid lesnya.

Yuuta telah lama menjadi guru les. Dia selalu berfikir mencari uang sendiri adalah yang harus dia lakukan sekarang , dia sudah besar. Rasanya tidak enak bila meminta.

Yuuta , hari ini aku tidak bisa les. Aku sedang ada janji dengan teman-temanku

Yuuta tersenyum tipis , memaklumi. Toh namanya juga anak muda. Dulu dia juga sering membolos les dengan alasan ada janji dengan temannya. Yuuta menutup matanya sejenak , mengistirahatkan batin dan tubuhnya yang lelah.






































"Yuuta ,

, Yuuta sayang"

"Maaf ya. Sekarang keputusan ada di tanganmu , pilih ayah atau bunda. Bunda gak akan marah kok kalau jawabannya ayah"

Sepasang kelopak mata itu terbuka lebar. Menampakkan iris hijau zamrud yang bergetar diiringi dengan lelehan air mata serta perasaan aneh yang merasuki dada.

Tangan kekarnya memijat pangkal hidung , kenapa dia harus memimpikan kejadian yang selama ini ia kubur dalam-dalam. Yuuta menoleh ke arah jendela , menatap sang luna yang kini jauh lebih terang dari biasanya.

Air matanya nampak berkilauan begitu diterpa cahaya si selena. Menghela nafas panjang , pemuda bersurai legam itu memilih untuk beranjak dari tempat tidur dan pergi mencari angin di luar.


























Pemuda itu sebenarnya tidak tau apa yang akan ia lakukan di taman ini. Tapi kakinya sudah terlanjur melangkah kesini tanpa alasan. Jadilah dia duduk diatas ayunan , sendirian dengan tatapan lurus kebawah. Mimpinya tadi benar-benar membuat luka lamanya terbuka.

"Yuuta ?"

Yuuta menoleh kemudian kedua netra itu saling bertemu. "ah , untung tidak salah orang. Apa yang kau lakukan disini ? ," Inumaki berjalan dengan langkah kecil mendekati Yuuta kemudian ia duduk di samping Yuuta. "Hanya berkeliling," jawabnya membuat Inumaki mangut-mangut.

"Sebenarnya aku kesini karena sedang melarikan diri dari Gojou ," ceritanya. Yuuta menoleh lagi menatap surai platinum pemuda disampingnya. "Kalian dekat ya" Inumaki mengangguk kecil. "hanya sebatas teman"

"Kenapa kamu melarikan diri darinya ? Maksudku dia tidak melakukan hal-hal gila yang membuatmu ketakutan kan ?" Inumaki tertawa. Suaranya begitu halus membuat Yuuta terperangah lantas melupakan mimpi yang tadi mengganggunya.

"Tidak , Dia memaksaku untuk minum obat"

"Huh , obat ?"

"Iya , hanya obat batuk biasa. Tenang saja"

***


forever [yuuta✗toge]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang