O2

500 82 20
                                    

Pemuda kecil dengan tinggi sekitar 164 cm itu berjalan sedikit lebih cepat menelusuri koridor.

Nafasnya sedikit terengah-engah membuat dia terbatuk kecil. Dia hampir terlambat karena itulah dia berlari menuju kelasnya yang sudah lumayan dekat.

Namun langkahnya terhenti begitu sosok jangkung yang melewati dirinya.

Sosok laki-laki berpunggung kokoh dengan surai legam , kedua netra hijaunya begitu cerah , bibir yang sedikit pucat.

Bak terkena slow motion semua hal yang berada di dekat Inumaki mendadak melambat. Surai legam sosok jangkung itu berkibar pelan , iris hijaunya berkilauan begitu diterpa sinar matahari bahkan Inumaki bisa mencium bau khas yang menyeruak dari laki-laki itu.

Rasanya ia pernah mengenal punggung itu. Tapi siapa , ya ?

***

"Okkotsu Yuuta ," laki-laki itu tersenyum ramah , memperkanalkan dirinya didepan kelas.

"Ja , kalau begitu pilihlah bangku kosong yang kau pikir tempat itu paling nyaman ,"

Yuuta mengangguk. Iris hijaunya bergulir melihat bangku kosong disamping sosok mungil bersurai platinum.

Yuuta tersenyum tipis , rasanya ia mengingat laki-laki ceria dengan netra violet yang dipenuhi binar itu.

"Ah , saya akan duduk disana"

Semua menoleh kearah Inumaki , tidak lebih tepatnya kearah bangku kosong disamping Inumaki. Sang guru mengangguk setuju. Lalu dengan riang Yuuta berjalan mendekati Inumaki.

"Inumaki-kun ,"

Inumaki menoleh , menatap Yuuta dengan tatapan penuh kebingungan. Bagaimana laki-laki disampingnya ini mengetahui namanya ?.

Yuuta sedikit gugup melihat respon Inumaki membuat dia sempat berfikir kalau dia salah orang.

"Siapa ?," Inumaki mengerutkan dahi mulusnya membuat Yuuta menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "A , ano.. tidak mengenalku ?,"

Inumaki meletakkan telunjuk di dahinya , nampak seperti berfikir kemudian wajahnya menjadi cerah lalu mengangguk.

"Aku mengenalmu... ,"

Yuuta tersenyum lebar , namun senyuman lebar Yuuta menjadi luntur kala Inumaki melanjutkan perkataannya.

"... Beberapa detik yang lalu karena kamu mengenalkan dirimu didepan kelas tadi ," mata Inumaki menyipit karena senyuman lebarnya. Ia merasa bangga bisa mengingat sosok laki-laki disampingnya ini.

Padahal bukan itulah yang dimaksud oleh Yuuta.

Yuuta menghela pelan kemudian tertawa dengan hambar.

"Engga ingat ya "

Kerutan di dahi Inumaki makin nyata. Jauh di lubuk hatinya Inumaki menyumpah serapahi surai legam didepannya.

Padahal Inumaki sudah mengingat namanya , tapi laki-laki itu malah berkata seenak jidat bahwa Inumaki tak mengingatnya.

"Aku mengingatmu ," serunya. Inumaki mengembungkan pipinya kesal menambah kesan imut di wajahnya yang pucat.

Yuuta tertawa hambar. Lalu mengangguk-angguk mengiyakan Inumaki.

Toh Inumaki memang benar kok

Walau sebenarnya bukan itu yang Yuuta maksudkan.

Inumaki mendengus kesal. Ia memalingkan wajahnya dari Yuuta , membuat Yuuta tertawa kecil disampingnya. "suasana hatimu buruk ?,"

"Jangan berbicara denganku , aku sedang marah ,"

Demi Tuhan Inumaki sangat imut.

Lagi , Yuuta tertawa melihat Inumaki.  "Ne, Inumaki-kun ,"

Iris violetnya melirik kearah Yuuta , tak berniat menjawab panggilan si iris hijau. "Dulu ada seseorang yang pernah berkata kepadaku loh...

... Kalau suasana hatimu buruk , makan adalah solusinya ,"








Netra dengan iris violet itu melebar , berbinar-binar dengan takjub seolah hal yang dikatakan oleh Yuuta tadi adalah hal terhebat sepanjang masa.

"Benar ? , Siapa orangnya

Aku yakin sekali aku bisa beteman dekat dengan orang itu ," lagi lagi mata indah itu menyipit karena senyum lebarnya.

Senyumnya begitu lebar dan hangat bahkan menular

Buktinya saja Yuuta yang melihatnya ikut tersenyum. Walaupun tersenyum kecut karena sosok laki-laki didepannya ini begitu tidak peka akan perkataan Yuuta.

Sudahlah Yuuta lelah

"Ah , dia teman semasa kecilku dulu ," Inumaki nampaknya begitu semangat karena baru pertama kali dia mendengar bahwa ada seseorang yang berfikiran sama dengannya.

Padahal dia yang dimaksud Yuuta adalah dirimu.

Peka sedikit , tolong.

"Kamu beruntung bisa berteman dengannya ,"

Ujar Inumaki ia memajukan bibir tipisnya lalu mengalihkan padangannya ke luar jendela

sungguh dari dalam lubuk hatinya Inumaki merasa ia cemburu pada Yuuta.

Yuuta mengehela , lalu senyum tipis terbit di bibirnya yang pucat.


























































"Iya , aku beruntung...

... Sayangnya dia tidak mengingatku ,"

Inumaki menoleh , menatap Yuuta dengan tatapan tidak percaya.

Kini Inumaki menyumpah serapahi tindakan kejam sosok teman masa kecil Yuuta

Bagaimana bisa melupakan temannya begitu saja ?.

Oh , Inumaki andaikan kamu tau bahwa yang kini kamu sumpah serapahi adalah dirimu sendiri.

"Tapi suatu saat nanti , dia pasti mengingatmu ,"

Angin berhembus dari jendela. Menerbangkan surai platinum Inumaki

Sungguh , Yuuta berani bersumpah bahwa pemandangan yang ia lihat ini adalah pemandangan paling indah seumur hidupnya.

Yuuta tersenyum tipis , sangat tipis. Sampai-sampai tak ada yang menyadari bahwa dia sedang tersenyum.









"Kalau begitu ingat diriku ya"

***

forever [yuuta✗toge]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang