11

264 47 6
                                    

—morning , happy reading ya—


Yuuta mengacak-acak suraian legam jelatanya. Sudah hampir seminggu Inumaki marah padanya-meski sebenarnya Yuuta tidak mengerti mengapa pemuda itu tiba-tiba sensi-dan sangat sulit sekali untuk didekati.

Inumaki selalu terlihat seperti menghindarinya. Kalau begini caranya , bagaimana cara Yuuta menanyakan apa yang ia rasakan.

Saling bertatapan saja ia langsung buang muka.

Tangan kekarnya ia gunakan untuk menopang dahi mulusnya. Mengapa Inumaki jadi sulit di dekati sih , apa yang salah darinya. Padahal Yuuta sudah sebisa mungkin menjauhi Rika agar Inumaki tidak marah kepadanya lagi.

Tapi raut Inumaki kala ia berbicara dengan Maki sama seperti ketika ia berbicara dengan Rika. Jadi sebenarnya , Inumaki suka dengan Rika atau Maki ?.

Oh , tentu saja Inumaki menyukai dirimu semata. Hanya saja kadar kepekaanmu sangat minim.

Bahkan Megumi bisa menyadarinya dengan sekali lihat , dalam hati ia berdoa agar kepekaan dalam diri senpainya meningkat walaupun hanya sedikit.

"Wajahmu tampak kusut ," Maki mengubah posisi duduknya menjadi berhadapan dengan Yuuta.

Yuuta menghela nafas kesekian kalinya. "Aku sungguh tak mengerti , aku sudah berusaha untuk menjauhi Rika agar Inumaki tak menatapku dengan sorot tajam seolah ingin membunuhku saat itu juga," Yuuta menjeda.

"Tapi lihatlah sekarang ,kini aku di dekatmu dan dia masih menatapku seperti itu," lanjutnya sedikit melirik kearah Inumaki yang menatapnya tajam di sebrang sana.

"Dia menyukaimu atau Rika sih"

Tuk

"Peka sedikit". Maki menghela lalu bangkit dari duduknya. "Yah , tak mungkin dia menyukai dua orang dalam satu waktu , kan ?," Maki menepuk pelan pundak Yuuta guna menyemangati sohibnya kemudian pergi keluar kelas.

Yuuta mengangguk kecil lalu bangkit , berniat untuk mengajak Inumaki makan bersama dengannya. Belum ada satu langkah , pemuda manis itu sudah pergi meninggalkan kelas duluan.

Dan kesekian kalinya , rencana untuk mendekati Inumaki kembali gagal.
























Sore ini hujan.

Tidak begitu deras tapi mampu membuatmu basah kuyup bila nekat untuk menerobosnya.

Seperti dua pemuda yang kini berada di bawah naungan jaket hitam milik salah satunya. Entah bagaimana caranya mereka berdua bisa pulang bersama , yang jelas kini mereka sedang terjebak oleh hujan.

Sebenarnya bisa saja mereka pergi kerumah masing-masing di bawah naungan jaket yang sama. Hanya saja,

Rumah mereka berbeda arah.

Dan disinilah sepasang insan ini berdebat siapa yang harus memakai jaket hitam ini sampai tujuan.

Yuuta jelas-jelas takkan membiarkan sang pujaan hati pulang dengan keadaan basah kuyup begini. Dan lagi , tanpa pelindung seperti payung atau jaket.

Inumaki juga sama. Ia takkan membiarkan Yuuta pergi tanpa naungan apapun. Apalagi jaket itu milik Yuuta. Apa kata calon mertua nanti kalau melihat anaknya pulang dengan basah kuyup ?.

"Ini milikmu , kamu saja yang memakainya"

Untuk keseribu kalinya Inumaki menolak tawaran Yuuta. Dan untuk keseribu kalinya pula Yuuta bersikeras memaksa Inumaki memakai jaketnya.

"Aku tak ingin kamu sakit demam karena hujan-hujanan , cepat kenakan saja jaketku"

Inumaki menggeleng , masih berpegang teguh pada keputusannya. Sungguh keras kepala.

Yuuta tersenyum dengan lembut lalu menatap Inumaki dengan penuh makna. "Aku hanya tak ingin kamu sakit". Pada akhirnya pun Inumaki mengalah , ia pergi bersama jaket hitam milik Yuuta.

***

Kedua pemuda itu sama-sama tidak terlihat di sekolah. Padahal mereka berdua adalah sepasang insan yang begitu mencolok perhatian. Khususnya para fujoshi.

Namun setelah mengetahui kalau kedua pemuda itu bersama-sama menerobos hujan kemarin , rasanya jadi tidak heran kalau keduanya sama-sama tidak masuk.

Biasa , demam.

Dan lucunya lagi mereka berdua sama-sama demam. Padahal para fujoshi disana berharap bahwa salah satu dari mereka sehat dan pergi menjenguk salah satunya.

Namun ternyata realiti tidak sesuai dengan ekspektasi.

Nah , kembali pada pemuda dengan surai hitam kita yang kini berbaring lemah tak berdaya diatas kasur empuk miliknya.

Suasana kamarnya sedikit lebih tenang setelah sang ibunda tercinta meninggalkannnya bersama semangkuk bubur.

Jangan tanyakan reaksi sang ibunda ketika mendapati anak semata wayangnya terkena demam. Sungguh heboh luar biasa.

Padahal hanya demam biasa.

Tapi Yuuta sungguh senang begitu melihat sang bunda heboh seperti dulu. Sudah lama sekali Yuuta tidak melihat bundanya seheboh tadi semenjak kejadian itu.

Ah , lupakan.

Yuuta berusaha bangkit dari tidurnya ke posisi duduk , sebisa mungkin untuk tidak menyenggol bubur yang berada diatas nakas.

Dengan penuh kehati-hatian , Yuuta mengambil semangkuk bubur yang terhidang beberapa menit yang lalu diatas nakas. Tangannya dengan perlahan memasukan sesendok demi sesendok bubur kedalam mulutnya. Meski rasanya hambar , Yuuta tetap memakan bubur itu.

Netra zamrud itu melirik kearah ponsel yang berada disampingnya.

Kira-kira Inumaki sekolah tidak ya ?. Atau malah berakhir sama sepertinya-berbaring diatas kasur dengan sebuah kompres penurun panas yang bersemayam diatas dahi.

Tangan kirinya ia gunakan untuk menyalakan ponsel , mengetikkan pesan pada Inumaki.

Tidak butuh waktu lama , Inumaki menjawab pesannya dengan cepat. Mengabarkan bahwa dia juga sama-sama sakit membuat Yuuta tersenyum kecil.

Cepat sembuh , cantik.

***

Gimana sudah panjang belum wkwk.

Saya sudah sebisa mungkin bikin ini panjang , maaf kalau belum sesuai keinginan kalian ya.

Jaga kesehatannya disana , ketemu di next chapter (。•̀ᴗ-)✧

forever [yuuta✗toge]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang