O8

260 49 9
                                    

Malam ini Yuuta habiskan untuk mendengar cerita dari pemuda mungil di sampingnya. Ekspreksi wajahnya terkadang berubah menjadi ceria kemudian menjadi kesal begitu menceritakan hal-hal yang membuatnya jengkel.

Yuuta terkekeh , matanya menatap dalam sosok Inumaki hingga tanpa sadar jari-jarinya menyentuh tangan kecil Inumaki membuat Inumaki mengerjap dua kali , mencoba mencerna apa yang sedang terjadi.

"Lanjutkan saja , aku hanya ingin menggenggam tanganmu"

Kendati pikirannya masih mencerna , Inumaki mengangguk lalu melanjutkan ceritanya. "Yuuta , kamu tidak mendengarkan ceritaku ya!" Inumaki berseru kesal begitu ia sadar Yuuta tidak mendengarkan ceritanya.

Tangan kecilnya ia gunakan untuk mencubit pipi Yuuta membuat Yuuta tertawa kecil karenanya. "Kamu cantik," ujarnya tiba-tiba membuat wajah Inumaki kini memerah dibuatnya mengingatkan Yuuta pada apel yang sudah matang dan siap di petik.

"Apasih ," Inumaki menjatuhkan kepalanya di pundak Yuuta dengan telinga yang memerah. "Engga ," Yuuta tertawa lalu tangannya bergerak untuk mengusap suraian platinum Inumaki.

***

Inumaki berlari kecil memasuki gerbang sekolah. Netranya bergerak liar , berharap bertemu dengan orang yang ia kenali. Beberapa saat kemudian manik violetnya terpaku pada sosok jangkung dengan surai hitam yang sangat ia kenali.

Berniat untuk mendekatinya , Inumaki melangkahkan kaki. Sedetik kemudian langkahnya terhenti.

Matanya jelas menangkap sesosok gadis mungil dengan surai legam yang dibiarkan tergerai indah itu berjalan dengan riang kearah Yuuta sambil tersenyum lebar. Yuuta bahkan tidak terlihat terganggu , malahan Yuuta menepuk-nepuk pelan kepala gadis mungil itu.

Inumaki menghela , memangnya siapa dia ?.

Si surai platinum itu berjalan dengan gontai , semangatnya menghilang dibawa angin sepoi begitu saja. "Inumaki , kamu terlihat tidak bersemangat. Ada apa ?," Maki menghampiri Inumaki dengan sedikit berlari , membenarkan posisi tasnya yang sedikit melorot.

"Maki , aku pikir aku sedang patah hati"

Maki tertawa , sungguh lucu. Inumaki adalah laki-laki polos yang hidupnya melulu tentang nasi kepal kini sakit karena cinta. Kapan lagi Maki bisa melihatnya ?. "Jadi ? , Ceritakan yang detail" Inumaki menghela nafas , matanya memelas menatap Maki. "Ku pikir aku menyukai Yuuta" Tanpa dijelaskan Maki pun sudah tau cerita ini mengarah kemana.

Maki juga melihat pemuda berambut legam itu berjalan dengan seorang gadis cilik , menepuk-nepuk kepalanya pula. Bagaimana orang-orang tidak akan salah faham ?. Dan jangan lupakan senyuman manis yang terukir di wajah kedua insan itu.

Pantas gerah hati Inumaki melihatnya.

Maki terkikik lalu berdeham guna menetralkan suaranya. "Yah , sepertinya kamu harus bertanya pada Yuuta sendiri siapa gadis itu kalau tidak mau ada kesalahfahaman kan ?" Inumaki mengangguk lesu. Astaga , melihatnya tidak bertenaga membuat Maki sedikit tidak tega.

"Hari ini kamu bertingkah seperti bukan kamu , jangan begini. Bagaimana kalau ku traktir nasi kepal ?" Wajah Inumaki nampak lebih cerah sekarang. Nah lihatlah , begitu mudahnya menaikkan mood laki-laki ini.

***

Saya mau minta maaf karena chapter ini dikit pake banget dan gak memuaskan. Sebenarnya saya mau bikin ini lebih panjang , tapi saya bener' gak ada ide buat lanjutin dan saya ngerasa gak enak banget sama kalian yang nungguin cerita ini.

Saya juga mau bilang terimakasih buat kalian yang ngeluangin waktunya cuma buat baca karya saya yang gak jelas , pokoknya saya bener' minta maaf dan berterimakasih sama kalian. Ketemu lagi di next chapter ya

forever [yuuta✗toge]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang