An Order

421 64 17
                                    

Carthurberg dalam keadaan kacau, ratusan pemberontak mulai memenuhi alun-alun kota, eksekusi massal siap dilakukan. King Wagner De Luca sudah wafat, perang yang terjadi bertahun-tahun kini sudah usai.

Panglima Smitz dengan gagah membelah kerumunan,
dibelakangnya beberapa bangsawan keluarga raja diseret paksa ke tempat eksekusi.

Tangisan penduduk membuncah meneriaki putri mahkota kesayangannya, sementara wanita itu hanya tertunduk lemah ia berjalan tanpa alas dan hanya mengenakan dress tipis di suhu yang sangat minim.

Carthurberg dikenal sebagai penghasil batu mulia, kontranya dengan Oriondale semakin menjadi ketika Carthurberg tidak lagi memasok bebatuan, padahal benda itu adalah konduktor paling baik untuk para mage.

Oriondale memiliki prajurit terkuat, digadang-gadangkan sebagai 'Sang Penakluk', bahkan bangsa Mathurian yang terkenal brutalpun bisa  ditaklukan, bangsa itu terkenal bisa menjelajahi lautan.

Kelemahan Carthurberg adalah tidak memiliki putra mahkota, serangan Oriondale menjadi sangat mudah. Terlebih lagi Carthurberg cukup kaya untuk sebuah kerajaan kecil.

"TOLONG SELAMATKAN PUTRI MAHKOTA" teriak salah seorang dipadatnya penduduk.

"DIA SATU-SATUNYA NYAWA KAMI, TOLONG AMPUNI DIA." Timpal salah seorang lagi.

Smitz menengok ke sumber suara itu, beberapa kesatria menodongkan pedangnya agar berhenti berteriak.
Pria berpangkat panglima itu turun dari kuda putihnya dengan gagah, sebagai panglima termuda ia sangat tampan dengan rambut tersisir rapih, kulit bersih dan alis tebal. Matanya setajam elang dan pedangnya setajam cakar harimau.

Para tawanan itu mulai diseret ke podium, tiang gantung muat untuk lima orang sekaligus. Tak lupa Smitz pun memajang kepala Wagner di sebuah tugu.

Ia menghampiri sang putri mahkota yang terlihat pasrah padahal penduduknya rela bertukar, mengorbankan nyawa mereka sendiri demi keselamatannya.

Smitz berjongkok, tubuh wanita itu terlihat mungil apabila tidak mengenakan dress formal. Ia bisa melihat kaki mulus itu penuh lebam, padahal ia sama sekali tidak menyiksanya. Biasanya para putri atau permaisuri tahanan perang akan dibawa ke Oriondale, walaupun kerajaan mereka sudah runtuh  pengaruh mereka masih dibutuhkan jadi raja selalu menempatkan mereka di istana harem.

Tapi entah mengapa kali ini Willis II meminta untuk mengeksekusinya, tugasnya di negeri ini jadi semakin panjang.

Smitz menarik dagunya keatas, ia disuguhkan dengan tatapan kosong. Warna mata dan rambutnya sangat sama seperti batu cymophane yang langka, bibirnya menggigil keunguan.

"Apa kau siap putri? Melihatmu tidak berontak itu berarti sepenuhnya kau ingin cepat mati, hm?"

"Apa yang akan terjadi dengan rakyatku kalau aku mati?" Perkataan itu lolos dari mulut menggigilnya.

"Aku akan mengayak mereka satu per satu, memilih siapa saja yang bakal memberontak. Hidup hanya memiliki  dua pilihan yaitu patuh atau mati, berlaku juga untukmu."

"Jika kau tidak membunuhku, apa itu berarti kau mengkhianati Willis II?"

Smitz membisu, sangat disayangkan padahal Putri Petra De Luca sangat cantik, pertama kali ia melihatnya Putri selalu menatap kagum pada Willis II. Rasa suka mungkin sudah tumbuh semenjak Hanz tinggal di Carthurberg.

"Maksudmu aku menjadi pengkhianat?"

"Ya, karena aku ingin tetap hidup." Tatapnya serius.

"Raja tidak akan memaafkanku kalau kau masih hidup, kau bercanda. Cepat bawa dia naik!!" Smitz hampir saja terbuai dengan tatapan lugu itu.

EMPRESS REGNANT - LEVIHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang