Take Lady Out

387 57 12
                                    

Betapa kagetnya Zoe ketika kembali ke istana, nampak di taman istana utama penuh oleh para gadis bangsawan. Makanan tertata rapi di meja panjang berwarna putih, mereka cekikikan menanggapi apa yang Isabel sedang ceritakan sampai semuanya berangsur sepi ketika raja tiba diikuti oleh Smitz dan Elroy.

Semua serentak berdiri untuk memberi hormat.

"Salam Yang Mulia Willis II." Seru mereka dengan nada lembut yang dibuat-buat. Diantaranya ada yang menarik perhatian Zoe, rupanya disana juga ada Micayla O'Malley Berdiri dengan gaun paling sederhana namun bisa membuat Zoe sebagai wanita pun takjub.

"Apa yang sedang kalian lakukan? Kenapa semua lady ada disini?" Tanya Zoe menuntut penjelasan terutama pada Isabel.

Lihat, dia memakai kalung yang berbeda lagi. Dasar wanita hedon!! Batin Zoe saat matanya tertuju pada leher putih di bingkai rantai perak dengan permata ungu berbentuk oval.

Isabel menghampiri, langkahnya anggun seperti biasa.

"Saya mengundang mereka secara khusus untuk membicarakan sesuatu. Awalnya saya ingin mendiskusikan ini dengan anda tapi sepertinya anda selalu disibukkan oleh pria itu." Liriknya pada Smitz.

"Jadi apa tujuan dari pertemuan ini?"

"Sepertinya ini sudah waktunya anda mengangkat selir lagi, menimbang Imirel dan Micayla tidak bisa mengerti tentang anda. Maaf, saya seperti ini karena peduli pada anda. Tidak biasanya anda sedingin ini, bahkan untuk menyapaku pun rasanya enggan kan? Anda mungkin lelah setelah melalui berbagai hal, jadi Yang Mulia bersantailah sejenak. Saya tidak akan mengungkit lagi masalah penobatan, itu mungkin karena Isabel Van Der Cruz belum pantas." Ucapnya, merasa paling rendah hati.

Mata Isabel tak bergoyang sedikitpun, Zoe melihat sedikit kejujuran dari matanya.

Zoe membuang napas, bagaimanapun ia tidak bisa terus menolak. Perlahan ia memperhatikan satu per satu dari gadis bangsawan, seperti lady pada umumnya mereka memiliki etika yang bagus dengan tidak berprilaku lancang, tatapan mereka pun terjaga tidak berusaha cari muka dihadapan raja.

Sayang sekali, cinta yang diperuntukan untuk satu orang tidak berlaku bagi mereka. Isabel yang sangat mencintai Hanz pun rela membagi prianya dengan gadis lain. Apa bisa seperti itu? Kalau aku menjadi dia sampai matipun tidak rela priaku disentuh oleh wanita lain. Pikir Zoe seraya membalikkan badan, di belakangnya Elroy yang berusaha menutupi tubuhnya dengan jubah menatap kosong sedangkan Smitz bersikap biasa saja.

Tiba-tiba pemikiran aneh melintas di benaknya. Lalu berputar lagi memasang badan tegap di depan para lady.

"Apa dari kalian ada yang pernah memberi ucapan selamat pada Duke Smitz? Setelah perang usai?"

Suasana menjadi riuh, ada yang berbisik ada juga yang tertunduk malu. Zoe yakin pasti ada, walaupun Zoe menyukai Smitz ia harus memastikan apakah saat ini ada wanita yang harus Smitz jaga hatinya. Karena sampai saat ini Zoe belum tau kalau Smitz memiliki seseorang yang istimewa.

"Saya Yang Mulia." Jawab seseorang di kursi paling ujung.

"Siapa namamu?"

Zoe melihat pada seorang lady yang bertubuh cukup proporsional, dengan rambut blonde sebahu. Ia mengangkat tangan dengan percaya diri.

"Saya Helena dari keluarga Earl."

"Apa kau anak dari Tuan Onyankopon?"

"Ya benar sekali Yang Mulia."

"Jadi kau pernah mengirim surat ucapan selamat pada Duke Smitz? Dan apa alasannya?"

"Saya sudah mengagumi Duke Smitz semenjak ia menjadi ksatria, awalnya saya ingin menjadi salah satu pasukannya tapi tentu negara ini tidak memperbolehkan seorang lady menjadi prajurit."

EMPRESS REGNANT - LEVIHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang