Hinata menatap gelisah ke arah sebuah tulisan yang sepertinya itu adalah milik ratu, sebuah tulisan yang mengisyaratkan bahwa ratu memang ingin meninggalkan dunia ini.
.
.
.
Setelah kembali dari hutan karena sesuai prediksi, hinata dan sasuke ditemukan keesokan harinya oleh para prajurit dan saat kembali hinata malah menemukan sebuah tulisan tak asing yang tersimpan di belakang tumpukan buku milik ratu.
Ada saatnya cahaya berhenti bersinar dan mulai terlelap dalam kegelapan, aku ingin terbang bersama malam dan menyatu bersamanya, dengan ini kumohon izinkan aku menyerahkan jiwaku.
Hinata tak hentinya menatap tajam tulisan itu berharap jika ia salah membaca, ungkapan di balik tulisan itu sangat bermakna dimana ratu sepertinya memang ingin mengorbankan dirinya sendiri.
Melihat hal ini, hinata menjadi sangat kacau, ia tak mau lama terjebak di dunia yang bukan miliknya, oh...sekarang apa yang harus ia lakukan untuk kembali ke dunianya?.
"Ra-ratu...i-ibu suri meminta ratu untuk datang ke ruang sidang".
Hinata mengernyit dan menatap dayang itu dengan pandangan bertanya,
"Pe-permaisuri hamil ratu, da-dan sesuai aturan maka dia harus di hukum ma-mati".
Hinata menganga tak percaya, belum selesai masalah dirinya kini muncul masalah baru, jadi haruno keparat itu benar-benar melakukannya?, Merayu raja hingga ia hamil, kch...apa wanita itu benar-benar ingin mati konyol.
Dengan langkah cepat hinata datang ke ruang sidang, membuat semua pasang mata menatapnya, ia pun duduk di samping ibu suri dan melihat wanita itu yang menatapnya prihatin.
"Maaf telah membuatmu hancur hinata, ini adalah permintaan maaf dari klan kami padamu, jadi kematian sakura kau sendiri yang harus mengeksekusinya".
Hinata terdiam kaku, menatap ibu suri tak percaya, wanita paruh baya yang terlihat masih sangat cantik itu memberikannya sebuah surat eksekusi dimana hukuman sakura jelas tertulis disana.
"Tapi ibu suri, dimana yang mulia?".
Yang dipanggil ibu suri hanya menghela nafas, "dia telah melanggar sumpahnya, jadi aku juga memberinya hukuman".
Hinata kembali tak percaya jadi sebesar itu pengaruh ratu di kerajaan ini?, hah tunggu....ia menatap sakura yang menangis di dalam penjara tepat di depannya, jika ratu memiliki kuasa berarti ia berhak mengatur segalanya bukan?.
"Ibu ratu...?".
Mikoto tersenyum dan menatap menantu yang sudah ia anggap seperti putrinya sendiri itu dengan tatapan bertanya.
"Boleh aku menentukan hukuman yang lebih pantas untuk sakura?".
Mikoto mengernyit jelas ini bukan ratu yang akan melanggar aturan tapi kenapa sekarang menantunya itu ingin membuat hukumannya sendiri.
Dengan berat hati mikoto menganggukkan kepalanya, membiarkan hinata melakukan apa yang mungkin ia anggap benar.
Hinata tersenyum ia pun berdiri penuh wibawa dan menatap sakura, hal itu juga di saksikan oleh rakyat yang sangat penasaran dengan eksekusi sang permaisuri.
"Aku tau bagi kalian mungkin permaisuri telah melakukan kejahatan, yaitu telah melangkahi ratu dan menginjak harga dirinya, namun aku sebagai ratu tak berpikir demikian, bagiku permaisuri juga adalah saudariku, Anaknya kelak merupakan keturunan dari raja dan itu berarti juga akan menjadi anakku, jadi dengan ini kuputuskan bahwa hukuman yang pantas untuk kejahatan yang permaisuri lakukan hanyalah merawat anak itu dengan baik dan menjadi ibu yang baik baginya kelak".
Semua pasang mata terkejut mendengar penuturan ratu, image ratu yang kejam seakan runtuh seketika, bisik-bisik dari rakyat seakan memenuhi aula, bahkan ibu suri menatap ratu tak percaya.
Sakura yang mendengar itu juga terdiam, ia menatap hinata yang penuh percaya diri melangkah ke arahnya lalu membuka jeruji besi yang mengurungnya, uluran tangan itu seakan menggantikan uluran tangan malaikat maut padanya.
Sakura masih diam sebelum hinata dengan senyum kecil menarik sakura keluar dari sana dan kembali bersuara,
"Aku tidak akan tega jika harus membunuh bayi yang tak bersalah apalagi jika aku juga harus mengurung saudariku, jadi kumohon kalian mengerti akan keputusanku".
Sorak riuh dari rakyat pun menggema setelah keikhlasan yang ratu lakukan, semua mulai percaya bahwa sebenarnya ratu itu adalah panutan yang baik dan mereka mulai mendukung ratu mulai sekarang.
~~~
Semua hal yang dilakukan hinata sampai di telinga sasuke yang berada di paviliun, ibu suri sengaja mengurungnya disini agar ia tak terluka melihat permaisuri yang ia cintai dan juga calon bayinya mati, namun hal ini sungguh di luar dugaan, bagaimana mungkin ratu dengan sangat ikhlas melakukan semua itu?.
"Apa kau yakin ratu melakukannya?".
Prajurit yang membawa berita itu mengangguk yakin karena ia sendiri yang menyaksikan segalanya.
..
.
Dengan langkah cepat sasuke menuju ke gedung utama dimana ratu berada ia sangat ingin tau kenapa ratu melakukannya, setaunya ratu adalah wanita yang angkuh dan ambisius namun hal yang ia lakukan hari ini sungguh di luar prediksinya.Pintu kamar pun di buka menampilkan hinata yang sedang menulis sesuatu, bahkan ratu tak menghiraukan kedatangan raja, tak seperti ratu biasanya.
"Aku tidak menerima terimakasihmu, jadi bisakah kau tak mengangguku, yang mulia?".
Sasuke terdiam menatap ratu dengan kernyitan di dahinya, apa katanya tadi?.
"Aku tidak datang kesini untuk berterima kasih".
Hinata tersenyum kecil, "benarkah?, Jadi apa yang membuat kakimu melangkah kemari hmm?".
"Siapa kau?".
Hinata terdiam, onyx bertemu lavender keduanya saling menatap, hinata terkejut saat sasuke menanyakan hal itu, namun ia tak boleh terlihat mencurigakan, ia tak mau jika identitasnya terbongkar.
"Kau sepertinya tidak mengenal istrimu sendiri, apa perlu aku memperkenalkan diriku lagi?".
Sasuke berjalan mendekat, ia ikut duduk dan melihat hinata dengan pandangan menilai, tak ada yang aneh, ratunya tetap sama, cantik dan menawan, ah... Apa yang ia pikirkan?.
"Kenapa kau menyelamatkan sakura?".
Hinata berdehem, "aku hanya melakukan tugasku, apa aku salah?".
Sasuke berusaha mencerna kata-kata hinata, tak ada yang salah hinata memang melakukan hal yang benar, lalu kenapa, kenapa disini sasuke terlihat bingung?.
"Apa kau sangat membenciku?".
Sasuke terdiam, pandangannya tak pernah lepas dari gerakan hinata yang menaruh kuas lalu beralih untuk menatap lekat dirinya.
"Apa maksudmu?".
"Bahkan saat aku melakukan hal yang benar dimatamu itu tetaplah sebuah kesalahan, apa ratu sehina itu dimatamu?...
Tanpa rasa takut hinata memajukan wajahnya agar lebih dekat dengan raja, dengan sebuah seringai kecil ia merangkup wajah raja lalu menciumnya, raja tak melawan ia malah membalas ciuman itu dan terbuai akan kehangatan yang hinata tawarkan.
~~~
Next chapterrrrr ditunggu ya....
.
Now, I know that in this world no one can be trusted.
Curhat dikit... Kali aja ada yang senasib ya kan?.
Pernah gak sih kalian berpikir kalo kalian itu adalah satu-satunya yang paling tersakiti dalam hubungan?, Smpai sama siapapun kalian gak percaya gtu.
Jdi gini kemarin kan aing minta ig cwo aing gtu kan ye, tapi dia gak mau dong tpi sbnrnya cwo aing itu baik, tapi kan aing jadi mles kan ya, tapi ya udahlah bodo amat aja lah ya, mnding baca wattpad🤣🤣.... Mksi yg udah baca😍🥺
KAMU SEDANG MEMBACA
Uchiha Queen (Tamat)
Ficción histórica"cambuk dia 100 kali".... "dia ratu yang sangat kejam".... "aku tidak akan pernah mencintaimu, meskipun kau berstatus sebagai ratuku"...... "dicintai atau tidak tubuh dan jiwamu tetaplah milikku"....