Chapter 4

21 11 5
                                    

Happy Reading

✨✨✨

Brrukkk!!

Salva membanting pintu kamarnya begitu keras, "Aaa!" teriak Salva.

Salva mengelus pipi yang bekas tamparan itu, begitu kerasnya ia menampar sehingga bibir Salva berdarah. Lalu ia duduk di meja rias dan mengambil tissue lalu mengelap darah yang mengalir di celah bibitnya. Setelah bersih tidak ada darah sedikitpun tiba-tiba Salva mulai merasakan emosi mengingat kejadian tadi.

"Kenapa harus terjadi seperti ini!"

"Kenapa!" Salva menangis dan melemparkan sebuah tempat tissue ke arah kaca rias, kaca rias itupun hancur berkeping-keping.

"Kenapa dunia tidak adil kepada saya, kenapa saya harus merasakan ini!"

"Saya meminta kepada Tuhan untuk melindungi keluarga saya, bukan untuk menghancurkan keluarga saya! Kenapa!"

"Jika saya hidup cuma merasakan sakit yang amat mendalam kenapa saya di lahir kan!" bibir Salva mulai bergetar karena emosi yang tidak bisa di kendalikan.

Salva mengacak-acak rambut yang tergerai itu lalu membenturkan kepalanya ke tembok cukup keras, tangan yang gemetaran dan kini emosi Salva benar-benar tidak bisa di kendalikan. Saat Salva merasa tenang Salva mengambil handphone yang berada di atas kasur lalu membuka pesan di WhatsApp.

Setelah itu, Salva melemparkan handphonenya ke atas kasur tidak lama kemudian Salva tertidur di lantai disertai banyaknya serpihan kaca

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah itu, Salva melemparkan handphonenya ke atas kasur tidak lama kemudian Salva tertidur di lantai disertai banyaknya serpihan kaca.

***

"Salva!Salva, buka pintunya!" seseorang yang mengetuk pintu kamar Salva dari luar.

Sinar matahari masuk ke celah-celah jendela kamar sehingga Salva langsung membuka matanya secara perlahan-lahan. Namun sepertinya tubuh Salva benar-benar lemah tidak berdaya seperti tidak ada kekuatan untuk bangun.

"Salva!buka pintunya, ini aku Adji!" Adji terus mengetuk pintunya dengan keras.

"Salva, sayang. Buka!"

Salva tidak sanggup untuk berbicara, tetapi Salva tidak habis akal ia langsung mengambil gelas kaca yang ada di meja lampu tidur lalu membantingnya itulah menjadi sebuah peringatan.

Cringg!

"Astagfirullah, Salva are you okay? Salva sebaiknya kamu menjauh dari pintu, please jangan buat aku khawatir!"

Adji langsung mengambil ancang-ancang untuk mendobrak pintu kamar Salva, brukk! Bruukk!Brukk!
Akhirnya Adji berhasil membuka pintu kamar Salva, namun ia terkejut melihat Salva sudah tidak berdaya kamarnya pun sangat berantakan sekali.

Ingin Ku Hentikan WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang