Chapter 5

12 7 0
                                    

Happy Reading

✨✨✨


"Nah, sekarang kita udah selesai makan. Kamu siap-siap ya, aku mau ke kasir buat bayar dulu. Tunggu disini jangan kemana-mana ya, sayang."

"Emang aku mau kemana?" Salva mengerutkan dahinya.

Salva menghirup udara segar disana, suasana yang masih asri dan alami itu memberikan Salva sebuah ketenangan. Kini perlahan-lahan Salva bisa menerima takdir yang telah Tuhan berikan. Tiba-tiba mata Salva tertuju kepada handphone Adji yang tergeletak di atas meja, Salva mengambilnya dan melihat Look screen foto Salva dan Adji.

"Dia romantis banget si," Salva tersenyum manis.

Lalu dia membuka WhatsApp di handphone Adji, Salva tidak menemukan ada yang mencurigakan. Pesan dari perempuan lainpun tidak ada, Salva langsung tidak percaya melihat kontak WhatsAppnya hanya laki-laki saja tidak ada perempuan lain selain keluarga Adji dan Salva.

"Sebenernya banyak perempuan yang minta save, tapi kenapa dia enggak save, yah?" Salva mengerutkan dahinya.

"Karena aku tuh sayang sama kamu. Sekali aku udah sayang sama seseorang, aku ga mau ngecewain orang yang aku sayang yaitu kamu. Walaupun kita LDR Jakarta dan Bandung, aku bakalan tetep jaga hati buat kamu." ucapan Adji yang tiba-tiba muncul dari belakang.

"Eh—, maaf sayang. Aku enggak ada maksud buat aku tau semuanya isi handphone kamu." Salva tersenyum tipis.

"Aku ngerti. Lagian juga tidak apa-apa kok, sekarang kamu percaya kan?" Adji mengelus rambut Salva dengan begitu lembut.

"I love you,"

"I love you too so much."

Salva dan Adji pergi meninggalkan restoran tersebut, mereka kembali melanjutkan perjalanannya ke toko furniture untuk membeli meja rias. Sesampainya disana, Adji langsung menarik lembut tangan Salva dan ia suruh memilih meja rias mana yang Salva suka.

Tiba-tiba Salva tertuju meja rias yang ada di depan, "Itu bagus ga sih?"

Adji dan Salva menghampiri meja rias tersebut, "Kamu suka ini?"

Meja rias yang berwarna biru dan dihiasai lampu di pinggiran kacanya memudahkan untuk kita ingin dandan. Ya, Salva sangat menyukainya.

"Kalau kamu suka, kita beli yang ini yah?"

"Terus, gimana bawanya?"

"Di gotong,"

"Bercanda aja terus!" gumam Salva.

"Nanti ada yang nganterin meja riasnya langsung kerumah kamu, Salva cantik." Adji mencubit hidung Salva.

"Kita ke kasir buat bayar ya," sambungnya.

Salva hanya mengikuti ucapan Adji.

Semua administrasi dan alamat sudah selesai. Jam tangan yang melingkar di tangan Adji menunjukkan pukul 11:15 WIB.

"Kamu mau pulang atau mau jalan-jalan lagi?"

"Kayanya pulang aja,"

"Kenapa kayanya? Kamu ga yakin kalau kita mau pulang?"

"Aku enggak enak sama kamu,"

"Kalau enggak enak kasih kucing."

"Ih, aku serius. Dari tadi kamu terus yang bayar, terus sampe kamu gantiin meja rias aku yang pecah itu. Dan sekarang, aku yang gantian beliin kamu sesuatu."

"Jangan. Lebih baik uangnya kamu tabung, suatu saat kamu akan membutuhkannya. Kamu simpan yah sayang."

"Tapi kamu dapat dari mana uang sebanyak itu?"

Ingin Ku Hentikan WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang