Chapter 11

8 6 0
                                    

Happy Reading!!

✨✨✨

"Bun, kita akan pindah rumah?" Salva menepuk pundak Sinta. Sinta terkejut mendapatkan sentuhan itu.

"Iya sayang," lirih Sinta.

"Kenapa, Bunda? Inikan rumah kita, kenapa harus dijual?"

"Ini jalan terbaik untuk kita sayang, kita harus kubur masa lalu itu sedalam-dalamnya. Dan jadikan masa lalu itu sebuah pelajaran untuk lebih baik dimasa depan, kamu ngerti?"

Salva bungkam dan tidak mau mendengar penjelasan dari Sinta, ia bingung harus bagaimana sekarang. Ia harus meninggalkan jabatannya sebagai ketua OSIS, melepaskan tanggung jawabnya, dan meninggalkan teman-temannya. Padahal baru saja masalahnya selesai, dan kini masalah baru datang kembali.

"Salva belum siap, Bunda?" tiba-tiba air mata Salva jatuh.

"Tapi kamu harus siap." ucapan Sinta membuat Salva benar-benar terluka.

Salva tidak membalasnya, ia langsung pergi ke kamarnya dan menangis melihat takdirnya seperti ini. Seharusnya Salva mendapatkan dukungan lebih dari kedua orangtuanya, namun tidak sesuai ekspektasi ia malah mendapatkan luka yang amat mendalam.

"Kenapa impian aku seketika hancur begitu saja!"

"Apa salah aku, ya Tuhan. Kamu telah merenggut kebahagiaan di keluarga ini!" Salva terus menangis.

"Andai aku bisa menghentikan waktu!" Salva benar-benar berharap ini tidak terjadi.

Langit kini berubah menjadi hitam tidak terlalu pekat, ini menandakan hari sudah malam. Jam yang melingkar di tangan Salva menunjukkan pukul 19.00, sampai sekarang pun Salva tidak mau keluar kamar.
Tiba-tiba seseorang datang dan mengetuk pintu kamar Salva, ia berusaha terus membujuk Salva agar keluar dari kamar.

"Salva sayang, kamu masih marah ya sama Bunda?" seru Sinta.

"Maafkan Bunda sayang, tapi Bunda punya berita baik untuk kamu sayang?"

Salva mengerutkan dahinya, "Berita apakah itu?" batin Salva.

Salva langsung membuka pintunya tersebut,"Kenapa, Bunda?"

"Makan yuk sayang, kamu belum makan lho?" bujuk Sinta.

Salva hanya menganggukkan kepalanya tidak berbicara sepatah pun. Ia langsung berjalan ke tempat meja makan, Salva melihat ada Sate Ayam di sana.

"Bunda, siapa yang beli?"

"Bunda,"

"Bunda jalan sendiri?"

"Iya sayang, habisnya putri kesayangan Bunda lagi ngambek."

"Bunda," Salva langsung memeluk erat Sinta.

"Bunda, maafin Salva ya. Udah bersikap seperti itu. Maafin Salva, Bunda." Sambungnya.

"Udah sayang, Bunda ngerti. Pasti kamu syok mendengar berita ini, tapi kamu mau tau enggak kita akan pindah kemana?" ujar Sinta.

"Emang kemana, Bun?"

"Kita akan pindah ke Jakarta, tepatnya dekat rumah Adji."

Salva tersenyum lebar mendengar hal ini, "Serius, Bun?"

"Iya sayang, bahkan Bunda sedang usahakan untuk satu komplek dengan Tante Bunga. Bunda sudah bicara hal ini sayang, gimana senang enggak?"

"Seneng banget Bunda, terus gimana sekolah Salva?"

Ingin Ku Hentikan WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang