Chapter 12

5 3 0
                                    

Happy Reading!!

✨✨✨

Suasana asri dan nyaman di tengah ibu kota Jakarta ini, masih ada menyediakan perumahan yang memiliki keindahan alam yang sangat indah. rumah yang berdesain sama yang di sebut perumahan Cahya Indah Pondok Kelapa. Rumah baru Salva berdekatan dengan rumah Adji, bisa dibilang bersebelahan.

Tepatnya pukul 09.30, Salva dan Sinta telah sampai rumah yang dimaksud. Tidak lama, mobil truk pengangkut barang telah sampai. Hari ini adalah hari Salva dan Sinta menginjakkan kaki di rumah barunya, disana ada Bunga berserta keluarga membantu Sinta untuk membereskan barang-barang ini. Anya dan Salva membereskan kamar Salva, Anya melihat buku diary Doraemon.

"Kak, ini punya Kakak?" tanya Anya sambil menunjukkan buku tersebut.

"Ya ampun, kamu temui dimana?" Salva langsung memeluk buku diary itu dengan erat.

"Aku temuin di tas hitam,"

"Terimakasih banyak ya, Anya. Aku udah nyari ini kemana-mana, tapi aku enggak pernah ketemu." Salva sangat berterimakasih kepada Anya karena ia telah menemukan buku diary itu yang udah hilang sejak dua tahun yang lalu.

Untuk bagian kamar Salva sudah rapih, kini bagian kamar Sinta. Salva dan Anya melanjutkan membereskan kamar Sinta. Tiba-tiba seseorang laki-laki bertubuh besar dan bersuara serak basah, siapa lagi kalau bukan Daffa Ayahnya Adji dan Anya.

"Anya, Salva kita makan dulu yuk?" ajak Daffa.

"Iya, Pah." balas Anya.

Salva langsung pergi bersama Anya ke ruang tamu, disana sudah berkumpul untuk segera makan bersama. Suasana disana terasa ramai sekali, seperti sebuah keluarga besar yang harmonis. Salva ingin sekali merasakan ini setiap hari, tetapi ia sadar tidak akan bisa merasakan lagi kebersamaan dalam sebuah keluarga.

"Hey!" Adji menepuk pundak Salva.

"Eh—"

"What are you thinking?"

"No," Salva memberikan senyuman tipis kepada Adji.

"Serius?"

"Iya,"

Adji mengerutkan keningnya, tidak biasa Salva menjawab pertanyaannya dengan singkat. "Pasti ada yang Salva pikirin." batin Adji.

Selesai makan, mereka semua melanjutkan beres-beres sisa barang yang belum tersusun rapih. Langit berubah menjadi warna oranye, biasa disebut dengan sebutan Senja. Kini barang-barang tersusun rapih dan dua kali lipat cepat selesai, Sinta sangat berterimakasih kepada Bunga berserta keluarga yang telah membantu dirinya.

"Terimakasih banyak ya, Bunga sama Daffa. Maaf ngerepotin kalian?" seru Sinta.

"Ya ampun, enggak merasa di repotkan kok. Kalau ada apa-apa kasih tau aku yah, aku ada dirumah. Kalau kamu bete atau jenuh, bisa main kerumah."

"Iya. Terimakasih juga buat Adji sama Anya." Sinta tersenyum tipis.

"Iya, Tante. Sama-sama. Ee— Tante, Adji boleh ngajak Salva ke taman depan komplek enggak?" pinta Adji.

"Tanya aja sama anaknya langsung,"

"Dasar, anak muda bukannya habis ini mandi malah pacaran." canda Daffa, seketika semuanya tertawa melihat tingkah Adji.

Pipi Salva memerah, "Tapi mandi dulu,"

"Oke." Adji tiba-tiba pulang untuk mempersiapkan diri untuk pergi bersama Salva.

Ingin Ku Hentikan WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang