||LILY||-1

8 3 0
                                    

-CERITA HANYA FIKSI BELAKA DAN TIDAK ADA UNSUR KESENGAJAAN-
-CERITA HANYA IMAJINASI SANG PENULIS-
-ENJOY-
-HAPPY READING-

-👑-

Flash back off, 2 tahun kemudian..

Hari yang cerah ini, aku diajak Cheo untuk acara minum teh di halaman. Entah dimana yang penting di area kastil. Sejak kedatangan secarik surat itu aku menjadi pemurung dan pendiam dihari itu juga. Tidak seperti Lily yang selalu cerah ceria setiap saat dan dimana saja, kalau ada apa-apa aku lebih memilih bungkam dan diam.

"Kenapa hm? Apakah kue nya kurang manis?.." Tanya Cheo yang melihat wajahku tanpa ekspresi.

Aku hanya menggeleng pelan seperti biasanya.

Sejak umur 4 tahun aku menjadi singkat/irit bicara. Bahkan tak jarang aku tidak berkomentar saat diajukan pertanyaan. Jawaban andalan ku hanya "hm" "tidak" dan "iya" selain itu aku tidak akan menjawab.

Begitu juga saat debutante 4 tahun yang lalu, aku hanya memasang ekspresi datar tanpa ada kata "ceria" untuk wajahku. Bahkan aku menjadi bahan pembicaraan setiap hari selama seminggu berturut-turut saat itu.

"Mengapa Nona Lily tidak ceria?.."

"Mengapa ia begitu murung?.."

"Apakah ia tidak diperlakukan secara adil?.."

"Tentu saja, kan dia hanya gadis desa biasa yang kehidupannya digantung pihak kerajaan.."

Begitulah, kabarnya yang beredar. Sebagai orang yang menjadi bahan pembicaraan seluruh penjuru negri aku hanya diam saja tidak berkutik. Toh, tidak ada guna aku menanggapi ocehan murahan dan tidak ada manfaatnya itu.

Hanya Jane yang sering aku ajak bicara, dan tentunya Cheo. Dan kadang jika aku perlu bantuan aku hanya meminta tolong Foenix tidak perlu yang lain. Theo aku lirik saja tidak pernah apalagi ajak bicara. Sungguh malas!

Raja dan ratu hanya aku tanggapi dengan anggukan saja. Begitu dinginnya sikapku bahkan keluarga kerajaan hanya aku yang bersikap terlalu misterius.

Theo sudah memperingatkan ku berkali-kali untuk tetap tersenyum tapi hanya aku abaikan.

"Lily mau bertemu dengan ibu dan ayah hm?.." Tanya Cheo lagi sambil menyeduh teh.

"Hm.." Jawabku singkat, padat dan jelas. Keterlaluan jika Cheo tidak mengerti apa maksudnya.

Sudah berkali-kali sampai kupingku terasa panas mereka-mereka menawarkan hal yang mustahil ini.

"Mmmm, Cheo bisa atur itu untuk Lily..tapi, Lily mesti janji dulu pada Cheo untuk segera kembali saat sudah 3 hari.." Ucapnya.

"Dasar keterlaluan, memangnya aku ini boneka? Memainkan perasaan seperti mengganti alur koreografi. Dan menyalah gunakan kata permintaan maaf, yang padahal hal yang mereka buat adalah kesalahan besar. Dasar manusia bau kencur!.." Batinku mengejek mereka habis-habisan tanpa ragu.

"Aku tak peduli.." Tiga kata yang aku gunakan, sungguh menguras tenaga.

Saat mendengar komentarku, Cheo selalu saja memasang wajah ceria dan selalu menerima apapun keputusanku seolah-olah tidak terjadi apa-apa.

WH0Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang