||PENJELASAN||-4

6 2 0
                                    

-CERITA HANYA FIKSI BELAKA DAN TIDAK ADA UNSUR KESENGAJAAN-
-CERITA HANYA IMAJINASI SANG PENULIS-
-ENJOY-
-HAPPY READING-

-👑-

Beberapa pengawal yang menjaga di depan dan belakang kereta kuda ini telah menjaga kami dengan baik saat perjalanan menuju ke pemakaman kota dekat sini. Aku berbincang dengan Foenix lewat jendela kereta kuda yang terbuka, sementara ia sendiri menunggangi kuda dan Cheo berada di lain sisi kereta kuda alias di samping Theo.

"Kapan terakhir kali kau mengunjungi pemakaman ibu mu Foenix?.." Tanyaku dan Foenix pun menoleh.

"Saat umur dua belas tahun.." Jawabnya yang membuatku terkejut.

"S-selama itu?? Tapi kenapa kau tidak berziarah??.." Tanyaku lagi dengan nada terkejut.

"Entahlah Nona, ayah saya selalu melarang saya untuk bepergian sendiri saat masih kecil dan remaja, lalu kini saya dewasa tapi saya juga harus bekerja di menara..Jadi bisa dibilang tidak ada waktu untuk mengunjungi pemakaman ibu saya.." Jelas Foenix sambil memasang ekspresi yang mendukung alias memelas.

"Ohh begitu.." Responku singkat lalu menyandarkan kepalaku ke lubang jendela dan melamun sekejap seperti biasa.

Aku memikirkan perasaan Foenix saat tidak bisa menjenguk makam ibunya merasa ikut sedih. Tapi menurutku Foenix masih bisa dikatakan beruntung dapat melihat wajah orang tuanya meskipun dalam waktu yang singkat. Sementara diriku tidak pernah melihat wajah ibuku termasuk ayah kandungku sendiri sedari kecil. Aku juga belum melihat sebuah lukisan kasar milik mendiang kedua orang tuaku yang entah dimana pihak kerajaan menyimpannya.

Bahkan selama tinggal di kastil bertahun-tahun lamanya aku tidak pernah tahu letak kamar kedua orang tuaku. Yang ku tahu hanya kamar Theo yang Cheo yang terletak di samping kanan dan kiri kamarku.

Aku pun memalingkan kepala menatap Theo yang tengah menutup mata sambil menyilangkan kedua tangannya didepan dada itu.

Aku menepuk-nepuk pahanya pelan agar ia mau membuka mata, dan tak lama ia pun membukanya.

".........." Theo hanya menatapku yang bertanda "ada apa?".

"Anu Theo, Lily mau tanya.." Tanyaku sambil memilin telapak tangan.

"............." Ia hanya menatapku dengan mata seperti biasa.

"Mungkin pertanyaan ini tidak akan kau jawab, tapi Lily sangat ingin tahu.." Aku perlahan-lahan menjelaskan maksud dari pertanyaanku karena takut kena marah oleh Theo.

"Jadi, mengapa Lily diberikan kepada orang lain? Padahal kan kalau mama meninggal bisa saja kerajaan mau merawat Lily.." Tanyaku dan Cheo yang berkuda di samping Theo pun memalingkan kepala, karena memang tidak ada satu pun yang mengeluarkan suara kecuali aku.

Theo hanya kembali menutup mata dan membenarkan posisinya seperti tadi lalu mengabaikan pertanyaanku.

Aku yang tahu respon Theo seperti itu hanya mengangguk paham dan kembali pada posisi dudukku seperti tadi untuk menunggu sampainya kita di tempat pemakaman karena sudah bisa ditebak sikap Theo yang akan seperti ini.

-👑-

Sesampainya kita di pemakaman aku berjalan mendahului yang lainnya untuk menuju ke makam ibu. Dan tiba di satu titik kita berhenti karena Theo membuka suara.

WH0Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang